Desain Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Berkelanjutan Berbasis Jasa Ekosistem (Studi Kasus: DAS Cisadane)
Date
2025Author
Hasibuan, Muhrina Anggun Sari
Widiatmaka
Tarigan, Suria Darma
Ambarwulan, Wiwin
Metadata
Show full item recordAbstract
DAS Cisadane merupakan salah satu dari 15 DAS prioritas untuk segera
dipulihkan kondisinya. DAS ini terletak di kawasan strategis nasional untuk
pembangunan yang meliputi Provinsi Jawa Barat, dan Banten dengan luas
151.126 ha. Salah satu permasalahan pada DAS Cisadane adalah tingginya laju
alih fungsi lahan yang dapat mengganggu fungsi DAS sebagai penyedia jasa
ekosistem, terutama akibat ekspansi lahan terbangun yang cenderung kurang
terkendali. Gangguan hidrologi di DAS Cisadane diantaranya dapat diamati
melalui peningkatan peristiwa banjir dari tahun ke tahun. Upaya pengelolaan
DAS berkelanjutan tentu sangat diperlukan DAS Cisadane dalam rangka
menjaga fungsinya sebagai kawasan penyedia jasa ekosistem berupa pengaturan
air dan simpanan karbon. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik,
terpadu dan dinamis dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan
penggunaan dan penutupan lahan (Land Use Land Cover, LULC) terhadap
karakteristik jasa ekosistem DAS. Penelitian ini bertujuan untuk membangun
desain pengelolaan DAS Cisadane berkelanjutan berbasis jasa ekosistem yang
terdiri dari jasa pengaturan air dan iklim.
Pembangunan model hidrologi menggunakan Soil and Water Assessment
Tools (SWAT), sedangkan analisis penyimpanan karbon menggunakan model
Integrated Valuation of Ecosystem Services and Trade offs (InVEST). Skenario
perubahan penggunaan lahan menggunakan Land Change Modeler (LCM).
Simulasi model hidrologi dan penyimpanan karbon menggunakan tiga skenario
perubahan lahan tersebut yaitu business as usual (BAU), protecting paddy field
(PPF), dan protecting forest area (PFA). Analisis sebaran genangan banjir
dilakukan menggunakan model River Analysis System (RAS), yang dibuat oleh
Hydrologic Engineering Center (HEC) yang disebut dengan HEC-RAS.
Identifikasi dan penentuan faktor kunci yang memengaruhi keberhasilan
pengelolaan DAS berkelanjutan dilakukan dengan menggunakan model
Interpretive Structural Modeling (ISM). Desain pengelolaan DAS berbasis jasa
ekosistem pada DAS Cisadane dibangun berdasarkan integrasi data dari sub
tujuan penelitian sebelumnya yang mencakup jasa pengaturan air, jasa
pengaturan iklim dan strategi pengelolaan.
Hasil penyusunan model hidrologi di DAS Cisadane memiliki kinerja
model yang memuaskan. Alur sungai utama didasarkan pada hasil proses
delineasi DAS, dengan batas DAS terdiri atas 85 sub DAS. Pemodelan dilakukan
dengan mengasumsikan data curah hujan dan debit sungai menggunakan data
curah hujan dan debit sungai pada tahun 2017-2021. Karakteristik hidrologi
menunjukkan bahwa laju aliran maksimum (Q max) dan minimum (Q min)
adalah 199,4 m³/s, dan 4,9 m³/s, serta laju aliran bulanan rata-rata sebesar 59,5
m³/s. Proyeksi perubahan LULC menunjukkan peningkatan lahan terbangun dan
penurunan area hutan pada skenario BAU. Hal ini berdampak pada peningkatan
aliran permukaan dan penurunan infiltrasi yang membawa dampak signifikan
terhadap dinamika hidrologi DAS Cisadane. Skenario PFA memberikan respons
hidrologi terbaik dengan penurunan aliran permukaan dan hasil air yang
signifikan karena peningkatan infiltrasi air, serta peningkatan air tanah, aliran
lateral dan evapotranspirasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga
vegetasi hijau dan melestarikan lahan untuk mendukung ketersediaan air yang
berkelanjutan.
Dalam memodelkan distribusi banjir, digunakan komponen distribusi
banjir yang terintegrasi dengan profil tinggi muka air. Pendekatan ini
mempertimbangkan aliran permanen dengan mengacu pada debit tanggal 19
Januari 2022. Skenario simulasi genangan menggunakan periode ulang 5, 10, 25,
50 dan 100 tahun. Hasilnya, ada 30 kabupaten yang terdampak banjir. Luas
genangan banjir tahunan diperkirakan meningkat sebesar 24,41 ha per tahun pada
setiap periode debit. Teluk Naga, Sepatan Timur, Paku Haji, dan Kecamatan
Neglasari mempunyai peluang genangan terluas dan terdalam di Kabupaten
Tangerang, dengan total luas genangan 644,7 ha. Kedalamannya akan bertambah
dari 0,40 menjadi 1,33 m seiring dengan meningkatnya debit periode ulang.
Kabupaten Tangerang yang terletak di DAS Cisadane Hilir menjadi wilayah yang
paling terdampak.
Hasil penelitian menggunakan InVEST menunjukkan bahwa ketiga
skenario yang disajikan memiliki implikasi lingkungan dan sosial-ekonomi yang
berbeda, termasuk potensi perubahan dalam kumpulan karbon dan mitigasi iklim.
Hutan memiliki simpanan karbon tertinggi di DAS Cisadane, diikuti oleh lahan
pertanian dan lahan terbangun yang memiliki simpanan karbon yang lebih rendah.
Peningkatan simpanan karbon di lahan pertanian kering dan lahan terbangun
terjadi disertai penurunan signifikan di kawasan hutan akibat konversi lahan dan
deforestasi pada skenario PPF dan BAU. Hasil Net Present Value (NPV) pada
seluruh skenario menunjukkan hutan memiliki kontribusi nilai ekonomi yang
positif. Valuasi jasa pengaturan iklim tertinggi berada pada skenario PFA,
sebesar Rp 636 miliar. Sementara, valuasi jasa air terbesar juga dihasilkan oleh
skenario PFA dengan nilai Rp 1,2 triliun di tahun 2050 karena adanya surplus air
yang besar. Kedua jasa ekosistem ini memiliki hubungan yang positif (sinergis).
Kebijakan dan strategi pengelolaan DAS dianalisis dengan metode ISM,
dalam hal ini digunakan tiga elemen untuk mengukur pengelolaan DAS Cisadane,
yaitu kendala, kebutuhan dan aktor/peran dalam pengelolaan DAS Cisadane.
Hasil analisis strategi menyimpulkan kurangnya koordinasi dan keterpaduan
pengelolaan sumber daya air antar stakeholder terkait dan kurangnya konsistensi
dalam pelaksanaan peraturan tata ruang menjadi kendala utama dalam
pengelolaan DAS Berkelanjutan. Penegakan hukum pelaksanaan tata ruang serta
akselerasi dan kolaborasi pengelolaan DAS Terpadu menjadi kebutuhan prioritas
yang harus dipenuhi untuk mendukung strategi pengelolaan DAS Cisadane
berkelanjutan. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan
Daerah (Bappeda) serta Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS
Ciliwung Cisadane) memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan
pengelolaan DAS Cisadane berkelanjutan. Ketiga elemen kunci tersebut saling
terkait karena pengelolaan DAS memerlukan koordinasi antar instansi perencana,
pelaksana, dan pengendali/pengawas. Secara keseluruhan, perubahan yang
diharapkan untuk mewujudkan pengelolaan DAS Cisadane yang berkelanjutan
yaitu koordinasi, konsistensi terhadap peraturan dan kesadaran meningkat. Oleh
karena itu, diperlukan optimalisasi perencanaan penggunaan lahan dengan
mempertimbangkan kombinasi luasan penggunaan lahan yang mampu menjamin
keselarasan antara kepentingan lingkungan, sosial dan ekonomi.
Desain pengelolaan berkelanjutan DAS Cisadane terbagi menjadi tiga
bagian utama: hulu, tengah, dan hilir, dengan pendekatan berbasis ekosistem
untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya air. Di hulu, fokusnya
adalah konservasi hutan, rehabilitasi lahan, pengendalian erosi dengan terasering,
pembuatan sumur resapan, dan pendampingan agroforestri untuk masyarakat.
Bagian tengah menitikberatkan pada pengendalian banjir dengan pembangunan
tanggul, optimalisasi waduk, serta pengelolaan IPAL dan IPAM untuk menjaga
kualitas air. Di hilir, dilakukan proteksi mangrove, pembangunan polder untuk
mitigasi banjir, sistem peringatan dini, serta pemeliharaan pintu air untuk
mengatur aliran air secara efektif. Program yang dirancang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan masing-masing wilayah dapat menciptakan
keseimbangan antara pelestarian ekosistem dan pemenuhan kebutuhan manusia
secara berkelanjutan.