Studi Keragaman Genetik dan Toleransi Naungan Galur galur Dihaploid Terung (Solanum melongena L.) Hasil Kultur Antera
Date
2025Author
Ma'arif, Samsul
Purwoko, Bambang Sapta
Ritonga, Arya Widura
Dewi, Iswari Saraswati
Metadata
Show full item recordAbstract
Terung (Solanum melongena L) merupakan sayuran famili Solanaceae yang
paling banyak ditanam di seluruh dunia karena dianggap sebagai salah satu sayuran
yang mengandung nilai gizi yang baik, karena rendah kalori dan mengandung
vitamin, mineral, serta senyawa bioaktif yang baik bagi kesehatan manusia Upaya
peningkatan produksi terung menghadapi berbagai kendala berupa konversi lahan
dan luas kepemilikan lahan pertanian oleh petani di Indonesia masih kecil. Sistem
agroforestri dan tumpang sari dapat menjadi solusi, namun terdapat cekaman
intensitas cahaya rendah (naungan) yang dapat menyebabkan terganggunya proses
metabolisme tanaman. Karakterisasi serta seleksi galur yang toleran cekaman
naungan merupakan tahap yang penting dalam pemuliaan tanaman. Penelitian ini
terdiri dari 2 tahap, pertama untuk melihat keragaman genetik dan pendugaan
parameter genetik, dan percobaan kedua untuk melihat toleransi galur terung hasil
kultur antera terhadap toleransi cekaman naungan.
Percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui informasi keragaman genetik
dan seleksi terhadap galur-galur dihaploid terung hasil kultur antera yang
mempunyai karakter agronomi terbaik. Sebanyak 18 genotipe terung yang terdiri
atas 15 galur dihaploid dan 3 varietas pembanding (Hitavi F1, Mustang F1, Provita
F1) ditanam menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan
empat ulangan, dengan satuan percobaan terdiri dari satu tanaman. Hasil penelitian
menemukan adanya perbedaan karakter kualitatif dan kuantitatif antar genotipe
terung yang diuji. Pengamatan terhadap karakter diameter batang, tinggi dikotomus,
jumlah buah, bobot per buah, dan panjang buah memiliki nilai heritabilitas dan
keragaman genetik yang luas. Analisis korelasi juga dilakukan untuk melihat
hubungan antara karakter pengamatan terhadap karakter hasil, mendapatkan
korelasi positif nyata bobot buah, panjang buah, diameter buah, panjang tangkai
buah, tinggi dikotomus, dan diameter buah. Seleksi terboboti terhadap delapan
belas genotipe terung dilakukan berdasarkan indeks terboboti mendapatkan 10
genotipe terbaik dengan kriteria seleksi berdasarkan karakter bobot buah per
tanaman, bobot buah, panjang buah, diameter batang dan tinggi dikotomus yang
selanjutnya dievaluasi toleransinya terhadap cekaman cahaya rendah pada berbagai
tingkat naungan.
Percobaan kedua bertujuan untuk mengevaluasi respons agronomi dan
fisiologis dari 10 galur dihaploid terung dan 3 varietas pembanding di bawah
berbagai tingkat naungan (0%, 25%, dan 50%). Penelitian ini menggunakan
rancangan split plot dengan 3 ulangan. Genotipe yang digunakan merupakan
genotipe yang mempunyai karakter agronomi terbaik dari percobaan pertama. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa naungan 25% merupakan lingkungan seleksi yang
optimal untuk toleransi naungan karena menunjukkan keragaman repons produksi
yang tinggi. Berdasarkan produksi relatif pada naungan 25% didapatkan 2 genotipe
senang naungan, 7 toleran, 3 moderat, dan 1 peka. Hasil berbeda didapatkan pada
intensitas naungan 50% dengan semua genotipe dalam kategori peka. Hasil
pengamatan terhadap karakter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, lebar daun, dan
luas daun lebih tinggi dalam kondisi naungan, sedangkan karakter hasil
menunjukkan hasil lebih baik pada kondisi tanpa naungan. Hasil pengamatan
terhadap karakter fisiologi menunjukkan peningkatan pada beberapa variabel
(klorofil a, klorofil b, klorofil a+b, antosianin, karotenoid, kehijauan daun (SPAD),
CO2 Interseluler, dan rasio RGB). Penurunan terdapat pada variabel pengamatan
rasio klorofil a/b, laju transpirasi, laju fotosintesis dan konduktansi stomata).
AM23P , AM14M , dan AM10H menunjukkan respons toleransi yang lebih baik
dalam kategori toleran dibandingkan galur lainnya pada naungan 25%. Analisis
korelasi karakter agronomi dan fisiologi terhadap produksi relatif mendapatkan
pengaruh nyata hanya pada karakter bobot buah per tanaman. Penelitian ini
memberikan wawasan penting untuk pengembangan varietas terung yang toleran
terhadap naungan. Temuan ini dapat dijadikan dasar untuk rekomendasi penanaman
terung di area dengan kondisi naungan, seperti pada sistem agroforestri.
Collections
- MT - Agriculture [3840]