dc.description.abstract | Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak dibudidayakan di dataran tinggi maupun rendah. Permintaan terhadap cabai terus meningkat setiap tahun seiring dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan industri pangan serta farmasi. Tantangan utama dalam meningkatkan produksi cabai rawit meliputi berkurangnya luas lahan pertanian dan terbatasnya kepemilikan lahan oleh petani di Indonesia, sehingga efisiensi penggunaan lahan menjadi prioritas penting. Sistem agroforestri dan tumpang sari dengan tanaman kehutanan, perkebunan, dan pekarangan memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi lahan. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan varietas cabai rawit yang toleran terhadap intensitas cahaya rendah dengan produktivitas tinggi untuk mengoptimalkan penerapan sistem tersebut.
Pemuliaan cabai rawit toleran naungan dengan daya hasil tinggi merupakan langkah strategis untuk mengatasi keterbatasan varietas yang tahan terhadap cekaman naungan di Indonesia. Upaya ini bertujuan mengembangkan hibrida yang mampu berproduksi secara optimal di bawah intensitas cahaya rendah. Parameter genetik, seperti daya gabung umum (DGU), daya gabung khusus (DGK), dan heterosis, memiliki peran penting dalam merancang program pemuliaan yang efektif. Rancangan persilangan dialel menjadi metode yang tepat untuk mengevaluasi parameter-parameter tersebut, memungkinkan identifikasi tetua potensial dan kombinasi persilangan unggul yang mendukung pengembangan varietas hibrida. Pengujian hibrida dalam kondisi naungan diperlukan untuk menilai toleransi dan adaptasi terhadap cekaman naungan untuk memperoleh genotipe unggul yang toleran terhadap naungan dan memiliki daya hasil tinggi.
Percobaan pertama bertujuan untuk memperoleh informasi daya gabung dan heterosis tanaman cabai rawit pada kondisi naungan dan tanpa naungan. Penelitian ini menggunakan lima genotipe tetua yang disilangkan untuk menghasilkan 20 kombinasi persilangan full diallel. Penelitian ini menggunakan rancangan petak tersarang dengan tiga ulangan. Analisis daya gabung menggunakan Griffing metode I. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe IPB373 memiliki nilai daya gabung umum yang tinggi pada karakter hasil di kondisi tanpa naungan, sedangkan pada kondisi naungan tetua dengan DGU terbaik ditunjukkan oleh genotipe IPB420. Kombinasi persilangan IPB373 × IPB424 memiliki nilai daya gabung khusus (DGK) tertinggi pada karakter hasil di kondisi tanpa naungan, sedangkan kombinasi IPB423 × IPB420 menunjukkan nilai DGK terbaik di kondisi naungan. Hibrida IPB424 × IPB423 menunjukkan heterosis (41,89%) dan heterobeltiosis (21,58%) tertinggi pada kondisi tanpa naungan, sedangkan hibrida IPB420 × IPB423 memiliki heterosis (116,16%) dan heterobeltiosis (101,34%) pada kondisi naungan.
Percobaan kedua bertujuan untuk mengevaluasi keragaan dan daya hasil genotipe cabai rawit hibrida pada kondisi naungan dan tanpa naungan. Sebanyak 23 genotipe cabai rawit terdiri atas 20 hibrida hasil persilangan full diallel dan tiga pembanding ditanam menggunakan rancangan petak tersarang dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan meningkatkan tinggi tanaman, tinggi dikotomus, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, luas daun, panjang buah, diameter buah, bobot per buah, jumlah buah layak pasar, bobot buah layak pasar, bobot per bedeng, produktivitas, serta pigmen daun (klorofil a, b, dan total klorofil). Genotipe IPB420 × IPB423 dan IPB373 × IPB420 adalah genotipe cabai rawit yang berdaya hasil tinggi dan toleran dalam kondisi naungan, sementara IPB424 × IPB373 menunjukkan daya hasil yang tinggi pada kondisi tanpa naungan.
Keragaan F1 pada kondisi tanpa naungan menunjukkan korelasi positif yang signifikan dengan jumlah daya gabung umum dan heterosis. Sebaliknya, pada kondisi naungan, keragaan F1 menunjukkan korelasi positif yang signifikan dengan rata-rata nilai tengah kedua tetua, daya gabung umum tetua betina, jumlah daya gabung umum, heterosis, dan heterobeltiosis. Pemilihan varietas hibrida unggul umumnya didasarkan pada nilai duga daya gabung khusus (DGK), heterosis, dan nilai tengah karakter target. Namun, penelitian ini mengungkapkan bahwa nilai duga DGK tidak selalu mencerminkan keragaan tanaman, sehingga hibrida dengan DGK yang baik belum tentu menghasilkan keragaan optimal di lapangan. Syarat utama dalam pembentukan varietas hibrida komersial adalah keunggulan keragaan dibandingkan dengan varietas hibrida komersial yang telah tersedia. Berdasarkan hasil keragaan hibrida, kombinasi yang direkomendasikan untuk menghasilkan hibrida dengan potensi hasil tinggi meliputi IPB420 × IPB423 dan IPB373 × IPB420 pada kondisi naungan, serta IPB424 × IPB373 pada kondisi tanpa naungan. | |