Penambahan zat pengatur tumbuh komersial terhadap kinerja pertumbuhan spora Gracilaria sp. sebagai sumber bibit

Abstract

Rumput laut Gracilaria sp. umumnya dibudidayakan dengan teknik yang menggunakan fragmen vegetatif yang disebar secara acak di dasar tambak. Sumber bibit yang digunakan umumnya berasal dari alam dan membutuhkan bibit dalam jumlah banyak sehingga ketersediaan bibit yang berkualitas harus berkelanjutan. Penggunaan bibit secara terus menerus dari alam akan mengakibatkan overeksploitasi sehingga terjadi kelangkaan sumber benih. Selain penggunaan bibit dari alam, teknik kultur jaringan merupakan upaya penyediaan bibit berkualitas hingga saat ini, namun teknik ini biasanya memerlukan biaya produksi dan biaya operasional yang lebih tinggi, media kultur dan tenaga kerja khusus serta rentan terhadap kontaminasi oleh mikroorganisme. Keterbatasan ini menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan bibit secara massal dan ekonomis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan siklus hidup Gracilaria sp. melalui perkembangan secara generatif yaitu dengan spora. Kultur spora menciptakan variabilitas genetik di mana teknik ini didasarkan pada penggunaan talus yang subur dan melepaskan spora dalam kondisi yang tepat atau dengan kandungan nutrisi yang terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja produksi budidaya rumput laut, khususnya spora Gracilaria sp. dapat dilakukan dengan menambahkan zat pengatur tumbuh, sehingga penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh zat pengatur tumbuh atonik terhadap kinerja pertumbuhan spora Gracilaria sp. sebagai sumber bibit secara in vitro. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu SSW (Sterilized Sea Water), grund, grund + atonik 5 ppm, grund + atonik 10 ppm dan grund + atonik 15 ppm. Rumput laut Gracilaria sp. yang digunakan adalah talus yang mengandung spora jenis karpospora hasil budidaya di Dusun Biring Kassi, Desa Bulu Cindea, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan. Parameter uji yang diukur selama penelitian meliputi perhitungan jumlah spora terlepas, kecepatan spora menempel pada substrat, jumlah spora yang menempel, perkembangan sel spora dan tingkat kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan atonik pada media grund memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah pelepasan spora pada hari pertama dan hari ke 5 (p<0,05), jumlah spora terlepas tertinggi pada media grund yaitu 460-913 spora/cystocarp/hari. Penambahan atonik 5 ppm pada media grund mampu mempercepat penempelan spora pada substrat, spora mulai menempel sejak hari ke-1 pada pelepasan hari ke 3 dan 5, serta menempel semua pada hari ke-2 hingga ke-3 selama periode pengamatan. Jumlah spora yang menempel pada substrat berpengaruh nyata pada hari pertama dan hari ke 3 (p<0,05) dan jumlah spora yang menempel tertinggi ditunjukkan pada perlakuan atonik 5 ppm yaitu 357-867 spora/ cystocarp. Perkembangan sel spora yang meliputi perkembangan stadia sel dan pengukuran diameter spora dan holdfast menunjukkan keterkaitan yang erat. Perkembangan stadia sel minggu ketiga pada semua perlakuan menunjukkan pembentukan talus tegak kecuali pada media SSW. Peningkatan diameter holdfast sejalan dengan perkembangan stadia sel, yang mencerminkan respon positif terhadap perlakuan atonik 5 ppm dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel serta pembentukan struktur holdfast yang lebih besar. Rata-rata diameter spora yang dilepaskan pada media adalah 22,33-23,33 µm. Diameter holdfast terkecil ditunjukkan pada media SSW sedangkan diameter tertinggi pada atonik 5 ppm. Berdasarkan uji Duncan (p<0,05) perlakuan SSW menunjukkan hasil yang berbeda nyata diantara semua perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup berbeda nyata antar perlakuan dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 88% dicapai pada atonik 5 ppm. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan zat pengatur tumbuh atonik pada media grund mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan spora Gracilaria sp., termasuk di dalamnya tingkat kelangsungan hidup dan perkembangan sel, yang berkontribusi pada peningkatan produksi sumber bibit. Perlakuan atonik 5 ppm terbukti sebagai dosis terbaik untuk mendukung peningkatan kinerja pertumbuhan spora Gracilaria sp.

Gracilaria sp. seaweed is commonly cultivated using techniques employing vegetative fragments randomly spread over the pond bottoms. Gracilaria sp. seaweed is generally cultivated using vegetative techniques through cuttings with a loose bottom method spread on the pond's bottom. The source of seeds used generally comes from nature and requires a large number of seeds, so the availability of quality seeds must be sustainable. The continuous use of seeds from nature will result in overexploitation and scarcity of seed sources. In addition to using natural seeds, tissue culture techniques are an effort to provide quality seeds to date. However, this technique usually requires higher production and operational costs, culture media, and specialized labor and is vulnerable to contamination by microorganisms. These limitations hinder meeting the need for seedlings in bulk and economically. One of the efforts that can be made is to utilize the life cycle of Gracilaria sp. through generative development, namely by spores. Spore culture creates genetic variability where this technique is based on using fertile talus and releasing spores under the right conditions or with fulfilled nutrient content. One of the efforts that can be made to improve the production performance of seaweed cultivation, especially Gracilaria sp. spores can be done by adding growth regulators, so this study aims to observe the effect of atonik growth regulators on the growth performance of Gracilaria sp. spores a source of seedlings in vitro. This study was conducted with experimental methods using a completely randomized design (CRD) consisting of 5 treatments and 3 replicates, namely SSW (Sterilized Sea Water), grund, grund + atonik 5 ppm, grund + atonik 10 ppm and grund + atonik 15 ppm. Gracilaria sp. seaweed used was talus containing adult carpospora spores cultivated in Dusun Biring Kassi, Bulu Cindea Village, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep, South Sulawesi. The test parameters measured during the study included the calculation of the number of released spores, the speed of spores attached to the substrate, the number of spores attached, development of spore cells, and the survival rate. The results showed that the addition of atonik on grund media had a significant effect on the number of spores released on the first day and day 5 (p<0.05); the highest number of released spores on grund media was 460-913 spores/cystocarp/day. The addition of atonik 5 ppm on grund media accelerated the attachment of spores to the substrate. Spores began to attach from day 1 to the release of days 3 and 5, and all were attached on days 2 to 3 during the observation period. The number of spores attached to the substrate had a significant effect on the first day and day 3 (p<0.05), and the highest number of attached spores was shown in the 5 ppm atonik treatment, namely 357-867 spores/cystocarp. Spore cell development which includes cell stadia development and spore diameter measurement showed a close relationship. The development of cell stadia in the third week in all treatments showed the formation of upright talus except in SSW media. The increase in holdfast diameter in line with the development of cell stadia reflects the positive response of 5 ppm atonik treatment in supporting cell growth and development and the formation of larger holdfast structures. The average diameter of spores released on the media was 22.33-23.33 µm. The minor holdfast diameter was shown in SSW media, while the highest diameter was in atonik 5 ppm. Based on Duncan's test (p<0.05), SSW treatment showed significantly different results among all treatments. The survival rate differed significantly between treatments and the highest survival rate of 88% was achieved at 5 ppm atonik. The results of the study conclude that the addition of the growth regulator atonik to grund medium can improve the growth performance of Gracilaria spores, including the survival rate and cell development, which contributes to increased production of seed sources. The 5 ppm atonik treatment proved to be the best dose to support the improvement of Gracilaria spore growth performance.