Developing a Proposed Quality Standard for Batik with Natural Dyes to Support Product Competitiveness
Abstract
This study aims to develop an acceptable quality standard for batik with natural dyes to support product competitiveness, assess consumers' willingness to pay for certified batik, and evaluate business preferences for government support programs in adopting green industry standards. The development of batik standards based on natural dyes was initiated because there is no clear reference yet. To test whether this standard can enhance product competitiveness, a willingness to pay study was conducted aimed at assessing the potential increase in product market value. In addition, to support the implementation of this standard certification, a choice-based conjoint study was carried out on government support programs within green industry standards, which also focus on environmentally friendly products, to ensure more effective implementation of this standard in the future.
The methods used in research are the Framework for Analysis, Comparison, and Testing of Standards (FACTS) for standard development, willingness-to-pay analysis to estimate potential price premiums consumers are willing to pay, and choice-based conjoint analysis to understand business preferences for government support, such as tax incentives, financial assistance, and human capital training programs.
The development of a standard for batik with natural dyes involved a diverse group of stakeholders from across Indonesia, including consumers, producers, experts, and government representatives. This ensured a wide range of perspectives influenced the standard, which addressed crucial factors like consumer safety and less critical issues such as dye variability and technological limits. The established definition describes batik as "batik tulis, batik cap, or batik kombinasi" adhering to SNI provisions and using environmentally sustainable principles and natural dyes. This captures batik’s cultural significance and environmental commitment. Quality attributes like fabric integrity, color fastness, and dye resistance ensure no fabric tears or holes, stability in dimensions after washing, and resistance to fading and harmful chemicals. These attributes are rigorously tested using visual inspection and laboratory methods. The comprehensive standard aligns with international benchmarks like OEKO-TEX® and ERTS, ensuring batik’s quality and sustainability and setting a precedent for future industry standards.
The study on willingness to pay (WTP) for batik using natural dyes, supported by robust validity and reliability tests (Cronbach’s Alpha of 0.9055 and KMO value of 0.8675), reveals that consumers are willing to pay a premium for environmentally certified batik. The research segmented responses by demographics, with 79 selected respondents based on their annual clothing budget showing a willingness to accept a price increase of 25%-30% for certified sustainable products. Analysis across three income segments indicates consistent support for moderate price increases: in the first segment (annual budget of IDR 1,000,000 to IDR 5,000,000), 88% agreed to a 20%-25% increase; in the second segment (IDR 5-10 million), 90% showed similar agreement; and in the third segment (over IDR 10 million), 100% of respondents unanimously supported a 20%-25% price increase. This data underscores a strong market preference for sustainable batik and provides valuable insights for refining marketing strategies and product offerings to meet the needs of environmentally conscious consumers.
The findings also shed light on the key factors businesses prioritize to adopt green industry standards. Among the most influential drivers are financial support mechanisms, such as the provision of free initial certification. This assistance lowers entry barriers for businesses, making the transition to sustainable practices more accessible. Investments in human capital through tailored training programs and mentoring initiatives are equally important, equipping producers with the skills and knowledge necessary for successful implementation. Tax incentives also play a significant role by reducing the financial burden on businesses and encouraging compliance with environmentally friendly standards. A choice-based conjoint analysis illustrates how these combined factors can significantly influence and facilitate the industry's shift toward sustainability.
The development of standards for natural-dye batik offers significant managerial implications by enhancing product quality, promoting sustainability, and driving global competitiveness. These standards foster innovation in production techniques, encouraging investment in R&D to improve dye stability, eco-friendly processes, and color consistency. Collaboration among batik producers, government agencies, educational institutions, and NGOs is critical for advancing these innovations and providing training on sustainable practices. The standards also stimulate supporting industries, such as natural dye agriculture and processing, creating economic opportunities for SMEs and strengthening the supply chain. Insights from the willingness to pay (WTP) study highlight strong consumer preference for environmentally certified batik, with a majority willing to accept price increases of 20%-25%, reflecting a clear market demand for sustainable products. This consumer support provides batik producers with significant motivation to adopt certified standards, which not only enhance product value but also align with growing sustainability trends. By adopting these standards, producers can leverage consumer willingness to pay as a driver for innovation, including exploring new natural dye technologies and improving production efficiency. Government support through enhanced tax incentives, grants, and subsidies for certification plays a crucial role in reducing financial barriers, particularly for SMEs, enabling them to meet these standards while expanding their market reach. In addition, strategic promotional efforts—both domestically and internationally—can amplify the appeal of certified natural-dye batik, positioning it as a premium cultural and sustainable product in global markets. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan standar kualitas yang dapat diterima untuk batik berbasis pewarna alami guna mendukung daya saing produk, mengevaluasi kesediaan konsumen untuk membayar batik bersertifikat, dan menganalisis preferensi bisnis terhadap program dukungan pemerintah dalam mengadopsi standar industri hijau. Pengembangan standar batik berbasis pewarna alami ini diinisiasi karena belum tersedia acuan yang jelas. Untuk menguji apakah standar ini dapat meningkatkan daya saing produk, dilakukan studi kesediaan membayar (WTP) guna menilai potensi peningkatan nilai pasar produk. Selain itu, studi Choice-based Conjoint diterapkan pada program dukungan pemerintah dalam standar industri hijau, yang juga berfokus pada produk ramah lingkungan, untuk memastikan implementasi standar ini lebih efektif di masa depan.
Metode penelitian yang digunakan meliputi Framework for Analysis, Comparison, and Testing of Standards (FACTS) untuk pengembangan standar, analisis kesediaan membayar untuk mengestimasi potensi harga premium yang bersedia dibayar konsumen, serta analisis Choice-based Conjoint untuk memahami preferensi bisnis terhadap dukungan pemerintah seperti insentif pajak, bantuan keuangan, dan program pelatihan sumber daya manusia.
Pengembangan standar melibatkan beragam pemangku kepentingan dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk konsumen, produsen, ahli, dan perwakilan pemerintah, sehingga menghasilkan pandangan yang komprehensif. Standar ini mencakup definisi batik sebagai "batik tulis, batik cap, atau batik kombinasi" yang sesuai dengan ketentuan SNI dan menggunakan prinsip ramah lingkungan serta pewarna alami. Standar ini juga mencakup atribut kualitas seperti integritas kain, ketahanan warna, dan resistensi pewarna terhadap zat berbahaya. Pengujian atribut dilakukan melalui inspeksi visual dan metode laboratorium, serta dirancang untuk selaras dengan standar internasional seperti OEKO-TEX® dan ERTS.
Studi tentang kesediaan membayar (WTP) untuk batik dengan pewarna alami, yang didukung oleh uji validitas dan reliabilitas yang kuat (Cronbach’s Alpha sebesar 0,9055 dan nilai KMO sebesar 0,8675), mengungkapkan bahwa konsumen bersedia membayar lebih untuk batik bersertifikat ramah lingkungan. Penelitian ini mengelompokkan tanggapan berdasarkan demografi, dengan 79 responden terpilih berdasarkan anggaran tahunan mereka untuk pakaian, menunjukkan kesediaan untuk menerima kenaikan harga sebesar 25%-30% untuk produk berkelanjutan bersertifikasi. Analisis pada tiga segmen pendapatan menunjukkan dukungan konsisten terhadap kenaikan harga moderat: pada segmen pertama (anggaran tahunan IDR 1.000.000 hingga IDR 5.000.000), 88% setuju dengan kenaikan 20%-25%; pada segmen kedua (IDR 5-10 juta), 90% menunjukkan kesepakatan serupa; dan pada segmen ketiga (lebih dari IDR 10 juta), 100% responden mendukung secara penuh kenaikan harga 20%-25%. Data ini menekankan preferensi pasar yang kuat terhadap batik berkelanjutan dan memberikan wawasan penting untuk menyusun strategi pemasaran serta penawaran produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen yang peduli lingkungan.
Temuan ini mengungkapkan faktor utama yang diprioritaskan bisnis dalam mengadopsi standar industri hijau, dengan dukungan keuangan seperti sertifikasi awal gratis sebagai pendorong signifikan untuk mempermudah transisi menuju praktik berkelanjutan. Investasi dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan dan mentoring juga penting untuk membekali produsen dengan keterampilan yang dibutuhkan. Insentif pajak berperan besar dalam mengurangi beban finansial dan mendorong kepatuhan terhadap standar ramah lingkungan. Analisis conjoint berbasis pilihan menunjukkan bahwa kombinasi dukungan ini secara kolektif dapat mendorong dan memfasilitasi transformasi industri menuju keberlanjutan.
Pengembangan standar untuk batik berbasis pewarna alami memberikan implikasi manajerial yang signifikan dengan meningkatkan kualitas produk, mendorong keberlanjutan, dan memperkuat daya saing global. Standar ini mendorong inovasi dalam teknik produksi, mendorong investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) untuk meningkatkan stabilitas pewarna, proses ramah lingkungan, dan konsistensi warna. Kolaborasi antara produsen batik, lembaga pemerintah, institusi pendidikan, dan NGO sangat penting untuk memajukan inovasi ini dan menyediakan pelatihan tentang praktik berkelanjutan. Standar ini juga merangsang pertumbuhan industri pendukung, seperti pertanian pewarna alami dan pengolahan, yang menciptakan peluang ekonomi bagi UMKM dan memperkuat rantai pasok. Wawasan dari studi kesediaan membayar (WTP) menunjukkan preferensi konsumen yang kuat terhadap batik bersertifikat ramah lingkungan, dengan mayoritas bersedia menerima kenaikan harga 20%-25%, mencerminkan permintaan pasar yang jelas untuk produk berkelanjutan. Dukungan konsumen ini memberikan motivasi signifikan bagi produsen batik untuk mengadopsi standar bersertifikasi, yang tidak hanya meningkatkan nilai produk tetapi juga sejalan dengan tren keberlanjutan yang berkembang. Dengan mengadopsi standar ini, produsen dapat memanfaatkan kesediaan konsumen untuk membayar lebih sebagai pendorong inovasi, termasuk eksplorasi teknologi pewarna alami baru dan peningkatan efisiensi produksi. Dukungan pemerintah melalui insentif pajak yang ditingkatkan, hibah, dan subsidi untuk sertifikasi memainkan peran penting dalam mengurangi hambatan keuangan, terutama bagi UMKM, memungkinkan mereka untuk memenuhi standar ini sambil memperluas jangkauan pasar mereka. Selain itu, upaya promosi strategis, baik di tingkat domestik maupun internasional, dapat meningkatkan daya tarik batik berbasis pewarna alami bersertifikasi, memposisikannya sebagai produk budaya premium dan berkelanjutan di pasar global.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2316]