dc.description.abstract | Indonesia berusaha untuk meningkatkan nilai tambah kakao dengan melakukan hilirisasi kakao di industri dalam negeri. Pemerintah menerapkan bea keluar biji kakao agar menekan ekspor biji kakao dan stok biji kakao untuk industri dalam negeri selalu tersedia. Produk olahan kakao yang dihasilkan berupa pasta, lemak, dan tepung kakao. Ketiga komoditas tersebut diminati di Cina, bahkan Indonesia menjadi pemasok terbesar di Cina. Maka dari itu, tujuan penelitian ini yaitu menganalisis perkembangan ekspor kakao Indonesia ke pasar Cina setelah pemberlakuan ACFTA dan kebijakan bea keluar biji kakao, menganalisis pengaruh ACFTA, kebijakan bea keluar, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi ekspor kakao Indonesia ke pasar Cina, dan menganalisis pengaruh perubahan tarif bea keluar biji kakao terhadap ekspor kakao olahan Indonesia ke pasar Cina. Metode analisis yang digunakan adalah model persamaan simultan menggunakan metode Two Stage Least Square. Kebijakan hilirisasi kakao Indonesia dan manfaat dari perjanjian ACFTA mampu meningkatkan ekspor produk olahan kakao ke pasar Cina. Ekspor biji kakao Indonesia dipengaruhi negatif oleh tarif bea keluar biji kakao. Sementara itu, ACFTA berpengaruh positif terhadap pasta dan lemak kakao, namun sebaliknya untuk tepung kakao. Perubahan tarif flat sebesar 10 persen dianggap ideal diterapkan saat ini. Lalu, bisa dinaikkan menjadi flat 15 persen secara bertahap. | |