dc.description.abstract | Ayam merupakan komoditas peternakan yang sangat penting sebagai
sumber protein bagi masyarakat Indonesia. Penyakit adalah salah satu
permasalahan yang dapat menurunkan produktivitas dan kesehatan ayam.
Ascaridiasis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Ascaridia galli
yang dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan fungsi usus halus dalam
menyerap sari-sari makanan. Pengobatan infeksi A. galli pada ayam dapat
menggunakan sediaan anthelmintik untuk tujuan terapi namun, penggunaanya
perlu memperhatikan kejadian resistansi. Kejadian resistansi Anthelmintik
menyebabkan pengobatan menjadi tidak efektif, oleh sebab itu, penemuan
anthelmintik baru sangat diperlukan sebagai alternatif pengobatan.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang bertujuan untuk
memformulasi dan menganalisis secara in vitro aktivitas anthelmintik bromelin
dan vitamin C terhadap A. galli serta menganalisis secara in silico mekanisme
kerja pada reseptor tubulin, fumarat reduktase, gamma aminobutyric acid
(GABA) dan asetilkolinesterase. Manfaat penelitian ini sebagai potensi inovasi
produk baru anthelmintik berbasis enzim dan vitamin C terstandar terhadap A.
galli.
Desain penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu NaCl sebagai kontrol
negatif, Albendazole sebagai kontrol positif dan variasi konsentrasi formula
bromelin+vitamin C untuk menganalisis pengaruh konsentrasi formula terhadap
kematian cacing. Pengujian in vitro dilakukan dengan memasukkan A. galli dari
usus ayam buras kedalam cawan petri yang berisi formula bromelin dan vitamin C
5%, 10%, 15% dan 20%, NaCl dan Albendazole. Analisis data menggunakan uji
kruskan wallis dan uji mann whitney. Cacing yang mati kemudian diamati dengan
mikroskop elektron untuk melihat kerusakan kutikula. Analisis secara in silico
dilakukan pada reseptor tubulin kutikula, fumarat reduktase asetilkolinesterase
dan GABA menggunakan software autodock vina, pymol, pyrex, chimera,
discovery studio dan autodock tools.
Hasil stabilitas fisik dan kimia formula bromelain dan vitamin C
menunjukkan homogen, pH, warna, dan aroma tidak berubah selama
penyimpanan 1 bulan. Pengujian in vitro menunjukkan hasil terbaik pada
konsentrasi 20% dengan tingkat kematian 100% selama 4 jam. Pengamatan
dengan mikroskop elektron SEM menunjukkan kerusakan kutikula cacing pada
konsentrasi 20%. Analisis in silico menunjukkan peptida bromelin mampu
berikatan dengan reseptor pada tubuh cacing dengan potensi ikatan yang stabil
dan kuat pada ß-tubulin dan asetilkolineesterase.
Simpulan penelitian menunjukkan konsentrasi 20% formula bromelin dan
vitamin C berpotensi sebagai anthelmintik baru di masa depan dengan bekerja
pada reseptor tubulin yang menyebabkan kerusakan kutikula. Kerusakan kutikula
yang ditimbulkan dapat menjadi salah satu penyebab kematian cacing A. galli. | |