Mortalitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dan Korelasinya dengan Dinamika Kualitas Air dan Blue-green Algae pada Tambak Tanah
Date
2025Author
Arifin, Rahmatulloh
Nirmala, Kukuh
Hastuti, Yuni Puji
Supriyono, Eddy
Metadata
Show full item recordAbstract
Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Indonesia menunjukkan tren peningkatan produksi. Budidaya intensif, meskipun meningkatkan produksi, memicu akumulasi limbah seperti sisa pakan dan feses yang dapat mencemari lingkungan tambak. Nutrien berlebih dalam tambak sering menyebabkan eutrofikasi dan blooming alga, ketika jenis Cyanophyceae atau yang biasa disebut blue-green algae (BGA) yang mendominasi, dikhawatirkan akan berdampak merugikan pada udang, BGA dapat menghasilkan toksin berbahaya seperti microcystin, anatoxin, dan saxitoxin, yang akan rilis ke perairan ketika BGA mati dan berisiko menyebabkan kematian pada udang. Tambak dengan dasar tanah yang telah digunakan dalam jangka waktu yang lama rentan mengalami dominasi BGA, terutama karena akumulasi limbah organik. PT. Indonusa Yudha Perwita yang telah bergerak dalam kegiatan budidaya sejak 1985 pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan produktivitas tambak tanah dikarenakan adanya kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara kualitas air, kelimpahan BGA, dan kematian udang vaname pada tambak tanah.
Penelitian dilaksanakan di PT. Indonusa Yudha Perwita yang dimulai dari Oktober 2022 hingga Januari 2023. Penelitian ini menggunakan 5 tambak tanah dengan luas masing-masing ±4000 m2 dengan rata-rata penebaran 77 ekor/m2. Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu parameter kualitas air dan kinerja produksi. Parameter kualitas air meliputi parameter fisika dan kimia meliputi suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan, Oxidation Reduction Potential, kesadahan, alkalinitas, Total Organic Matter, Biological Oxygen Demand, Total Ammonia Nitrogen (TAN), nitrit, nitrat, fosfat dan N:P rasio, serta parameter biologi meliputi plankton dan bakteri (Total Vibrio Count (TVC) dan Total Bacteria Count (TBC)). Parameter kinerja produksi yang diamati pada penelitian ini meliputi Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH), Laju Pertumbuhan Bobot Harian (LPBH), Laju Pertumbuhan Bobot Rata-rata (LPBR), Rasio Konversi Pakan (RKP) dan produktivitas. Hasil pengukuran kualitas air dan kinerja produksi dianalisis secara deskriptif dalam bentuk grafik kemudian dilakukan uji korelasi Pearson.
Dalam penelitian ini secara deskriptif diperoleh bahwa kematian udang terjadi setelah kemunculan BGA, dimana beberapa puncak kematian tertinggi terjadi ketika banyak plankton mati. Kelimpahan BGA yang menurun dari minggu sebelumnya serta diikuti jumlah plankton mati yang meningkat selalu diikuti dengan kematian udang yang juga meningkat. Berdasarkan analisis secara statistik diperoleh nilai korelasi Pearson yang menunjukkan bahwa kematian udang yang terjadi memiliki korelasi positif (0,43) dengan kelimpahan BGA yang ada pada media budidaya. Parameter kualitas air yang memiliki nilai korelasi tertinggi dengan kelimpahan plankton yaitu BGA (0,61) dan TBC (0,50) dengan nilai korelasi positif. Adapun parameter kualitas air yang memiliki korelasi dengan nilai tertinggi terhadap kelimpahan BGA yaitu kecerahan (0,42) dengan nilai korelasi negatif. Nilai TKH tertinggi dari kelima tambak yaitu sebesar 28%, dengan nilai LPBH tertinggi 0,39 g/hari, nilai LPBR tertinggi 23,75 g, dengan produktivitas tertinggi 4,14654 ton/ha dan RKP terendah 1,29.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa kematian udang yang terjadi memiliki korelasi positif dengan kelimpahan BGA yang ada pada media budidaya. Selain itu secara deskriptif kematian udang memiliki pola yang sama pada beberapa tambak, dimana kematian terjadi setelah terjadinya kematian atau berkurangnya kelimpahan BGA dari pengamatan sebelumnya. Parameter kualitas air yang memiliki nilai korelasi terhadap dominasi BGA yaitu Kecerahan. The production of vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) in Indonesia has shown an increasing trend. Intensive farming practices, while enhancing production, contribute to the accumulation of waste such as feed residues and feces, which can contaminate the pond environment. Excess nutrients in the ponds often result in eutrophication and algal blooms. When Cyanophyceae, commonly called blue-green algae (BGA), dominate, they pose potential risks to shrimp. BGA can produce harmful toxins such as microcystins, anatoxins, and saxitoxins, which are released into the water when BGA dies, potentially causing shrimp mortality. Ponds with earthen substrates that have been used for extended periods are particularly prone to BGA dominance due to the accumulation of organic waste. PT Indonusa Yudha Perwita, a company engaged in aquaculture since 1985, has experienced declining productivity in earthen ponds in recent years, which is attributed to shrimp mortality. This study aims to analyze the correlation between water quality, BGA abundance, and vannamei shrimp mortality in earthen ponds.
The study was conducted at PT. Indonusa Yudha Perwita from October 2022 to January 2023. Five earthen ponds, each approximately 4.000 m² in area, were used, with an average stocking density of 77 shrimp/m². The parameters measured in this study included water quality and production performance. Water quality parameters encompassed physical and chemical aspects such as temperature, pH, salinity, dissolved oxygen, transparency, oxidation-reduction potential, hardness, alkalinity, total organic matter, biological oxygen demand, total ammonia nitrogen (TAN), nitrite, nitrate, phosphate, and the N:P ratio. Biological parameters included plankton and bacteria (Total Vibrio Count (TVC) and Total Bacteria Count (TBC)). Production performance parameters observed were survival rate (TKH), daily weight gain (LPBH), mean body weight (LPBR), feed conversion ratio (RKP), and productivity. The water quality and production performance data were analyzed descriptively using graphical representations, followed by Pearson correlation analysis.
Descriptive analysis revealed that shrimp mortality occurred following the emergence of BGA, with the highest mortality peaks observed during significant plankton die-offs. A decline in BGA abundance from the previous week, coupled with increased plankton mortality, was consistently associated with heightened shrimp mortality. Statistical analysis showed a positive Pearson correlation coefficient (0,43) between shrimp mortality and BGA abundance in the cultivation medium. The water quality parameters most strongly correlated with plankton abundance were BGA (0,61) and TBC (0,50), both exhibiting positive correlations. Transparency was negatively correlated with BGA abundance, with the highest negative correlation coefficient of -0,42. The highest survival rate among the five ponds was 28%, with a maximum daily weight gain of 0,39 g/day, the highest average body weight gain of 23,75 g, maximum productivity of 4,15 tons/ha, and the lowest feed conversion ratio of 1,29.
Based on the study, it can be concluded that Pearson correlation analysis indicates a positive correlation between shrimp mortality and BGA abundance in the cultivation medium. Furthermore, descriptive analysis suggests a consistent pattern of shrimp mortality across several ponds, occurring after the decline in BGA abundance or their die-off. Water quality parameters most strongly correlated with BGA dominance include transparency.
Collections
- MT - Fisheries [3053]