Show simple item record

dc.contributor.advisorBudiardi, Tatag
dc.contributor.advisorEffendi, Irzal
dc.contributor.advisorDiatin, Iis
dc.contributor.authorRahman, Mohammad Aghistni
dc.date.accessioned2025-01-21T06:29:46Z
dc.date.available2025-01-21T06:29:46Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160862
dc.description.abstractPermintaan ikan sidat di pasar dunia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir dengan nilai rata-rata 9,14% per tahun, pada 2023 permintaan mencapai 24.417 ton atau senilai 15,38 triliun rupiah. Prospek permintaan perlu diiringi dengan peningkatan produksi. Segmentasi pendederan merupakan salah satu titik kritis keberlanjutan pada budidaya ikan sidat. Upaya peningkatan produksi pendederan ikan sidat dapat direalisasikan melalui intensifikasi. Intensifikasi menghasilkan limbah akuakultur berupa senyawa nitrogen yang toksik dan karbondioksida dalam jumlah besar. Kondisi tersebut menjadi faktor melonjaknya konversi pakan, menurunnya laju pertumbuhan, mudahnya terinfeksi penyakit, hingga meningkatnya angka mortalitas ikan. Manajemen kualitas air pada intensifikasi pendederan dapat didukung melalui penggunaan sistem resirkulasi. Sistem resirkuasi dirancang untuk meningkatkan efisiensi manajemen produksi pada lahan dan sumber air yang terbatas seperti area perkotaan. Produksi akuakultur di wilayah perkotaan (urban aquaculture) menempuh rantai produksi dan pemasaran yang singkat, sehingga efisiensi manajemen usaha dapat tercapai. Manajemen usaha pada intensifikasi pendederan ikan sidat perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi seperti konversi pakan, konsumsi energi, jumlah tenaga kerja, dan padat tebar. Berlandaskan hal tersebut, kajian mengenai manajemen produksi pada intensifikasi pendederan ikan sidat penting untuk dilakukan. Manajemen produksi yang tepat berakar dari sinergisme antara kinerja produksi dan usaha yang baik, sehingga efisiensi biaya produksi tercapai dan profitabilitas meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen produksi pada intensifikasi pendederan elver ikan sidat (A. bicolor bicolor) dengan padat tebar berbeda melalui kajian kinerja produksi dan usaha. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2023 – Februari 2024 di PT Laju Banyu Semesta, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pendederan pada penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimen yaitu nonequivalent control group design yang terdiri atas tiga perlakuan dengan empat kali ulangan. Perlakuan berupa pendederan dengan padat tebar 4 g L-1 (kontrol), 5 g L-1, dan 6 g L-1. Setiap perlakuan dilakukan pada satu unit sistem resirkulasi yang terdiri atas empat unit percobaan, sehingga pendederan terdiri atas 12 unit percobaan. Unit percobaan berupa bak fiberglass bulat dengan diameter 130 cm yang diisi 500 L air. Sistem filtrasi tersusun atas filter fisik (kapas sintetik dan japanese mat), filter kimia (batu zeolit dan karang jahe), serta media filter biologi (bioball). Perputaran air pada setiap sistem resirkulasi dijalankan oleh pompa submersible dengan Qmax 6000 L h-1. Instalasi aerasi untuk ketiga sistem resirkulasi didukung oleh pompa udara dengan air flow 200 L menit-1. Ikan uji merupakan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) stadia elver yang berukuran bobot 9,65±0,80 g ekor-1. Elver tersebut merupakan hasil pendederan PT Laju Banyu Semesta dari fase glass eel yang berlangsung selama ±6 bulan. Glass eel berasal dari muara Sungai Cimandiri, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Biomassa ikan sidat yang ditebar pada setiap unit percobaan meliputi 2,13±0,18 kg (4 g L-1); 2,45±0,16 kg (5 g L-1); dan 2,86±0,09 kg (6 g L-1). Pendederan dilakukan selama 60 hari pemeliharaan. Ikan sidat diberi pakan komersial berupa pasta dengan kandungan protein 50% melalui metode restricted. Pakan diberikan dua kali sehari (pukul 08.00 dan 16.00). Pergantian air dilakukan sebanyak 3% per hari. Probiotik yang mengandung Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. diberikan pada air pendederan dengan dosis 20 ppm per hari. Daun ketapang sejumlah 30 g diikat menggantung pada setiap unit percobaan dan diganti setiap 14 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa produktivitas pendederan pada perlakuan 5 g L-1 (10,14±0,08 g L-1) sebanding dengan perlakuan 6 g L-1 (10,04±1,08 g L-1), sedangkan perlakuan 4 g L-1 menghasilkan produktivitas terendah (7,70±0,47 g L-1). Tingkat kelangsungan hidup antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Laju pertumbuhan mutlak bobot dan laju pertumbuhan spesifik bobot terbaik diperoleh pada perlakuan 4 g L-1 dan 5 g L-1. Tingginya kompetisi ruang gerak untuk memperoleh pakan pada padat tebar tertinggi (6 g L-1) berimplikasi pada laju pertumbuhan individu yang lebih lambat, selain itu hal tersebut berdampak pada koefisien keragaman bobot yang lebih rendah senilai 25,40±1,14 %. Laju pertumbuhan mutlak biomassa tertinggi dicapai pada perlakuan 5 g L-1 dengan nilai 42,83±0,67 g hari-1. Rasio konversi pakan antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Performa sistem resirkulasi dalam mengendalikan kualitas air mulai menurun seiring dengan berjalannya waktu pendederan. Selama 60 hari pendederan, penurunan kelarutan oksigen dan pH paling signifikan dialami pada perlakuan 6 g L-1. Nilai amonia memiliki tren yang meningkat, nilai amonia tertinggi dihasilkan oleh sistem resirkulasi perlakuan 6 g L-1 yaitu sebesar 0,164 mg L-1 pada hari ke-60. Nafsu makan ikan sidat menurun seiring dengan penurunan kualitas air, hal tersebut ditandai dengan merosotnya feeding rate pada perlakuan 6 g L-1 dari 2,80% hari-1 menjadi 0,83 % hari-1. Respons stres selama pendederan masih dalam batas toleransi pertumbuhan ikan sidat. Glukosa darah, total leukosit, dan hematokrit antar perlakuan pada setiap hari pengujian tidak memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik (P>0,05). Analisis finansial terbaik pada intensifikasi pendederan ikan sidat diperoleh pada perlakuan 5 g L-1 dengan revenue/cost ratio 1,21; net present value Rp413.535.619; net benefit/cost 1,85; internal rate of return 28,60%; dan payback period 4,37 tahun. Analisis sensitivitas menunjukan bahwa harga jual elver merupakan variabel paling sensitif pada semua perlakuan. Konsumsi air dan listrik paling efisien untuk memproduksi satu kg ikan dihasilkan oleh perlakuan 5 g L-1. Manajemen tenaga kerja grading dan packing berdasarkan biomassa panen setiap perlakuan. Jumlah tenaga kerja paruh waktu pada perlakuan 5 g L-1 dan 6 g L-1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan 4 g L-1. Kesimpulan pada penelitian ini, manajemen produksi pada intensifikasi pendederan elver ikan sidat (A. bicolor bicolor) memperoleh nilai kinerja produksi dan usaha terbaik melalui padat tebar 5 g L-1. Performa sistem resirkulasi dalam mengelola kualitas air mengalami penurunan seiring dengan berjalannya waktu pemeliharaan dan peningkatan padat tebar.
dc.description.abstractGlobal demand for eels has increased over the past five years, with an average annual growth rate of 9.14%. In 2023, the demand reached 24,417 tons, equivalent to IDR 15.38 trillion. This growing demand necessitates a corresponding increase in production. The nursery phase is a critical sustainability point in eel aquaculture. Efforts to enhance nursery production can be realized through intensification. However, intensification generates significant amounts of toxic nitrogen compounds and carbon dioxide as aquaculture waste. These conditions contribute to higher feed conversion ratios, slower growth rates, increased susceptibility to disease, and higher fish mortality rates. Effective water quality management in intensive nurseries can be supported by the implementation of recirculating aquaculture systems (RAS). RAS is designed to improve production management efficiency in areas with limited land and water resources, such as urban environments. Urban aquaculture involves shorter production and distribution chains, enabling more efficient business management. Business management in intensive eel nurseries must consider factors that affect production efficiency, such as feed conversion, energy consumption, labor requirements, and stocking density. Based on these considerations, research on production management in intensive eel nurseries is crucial. Proper production management stems from the synergy between production performance and business operations, leading to cost efficiency and increased profitability. This study aims to analyze production management in the intensification of elver eel (A. bicolor bicolor) nursery at different stocking densities through an evaluation of production and business performance. The research was conducted from December 2023 to February 2024 at PT Laju Banyu Semesta, Pamijahan District, Bogor Regency, West Java Province. The nursery practices employed a quasi-experimental method, specifically a nonequivalent control group design with three treatments and four replications. The treatments included stocking densities of 4 g L?¹ (control), 5 g L?¹, and 6 g L?¹. Each treatment was performed using one recirculating system consisting of four experimental units, resulting in 12. The experimental units comprised circular fiberglass tanks with a diameter of 130 cm filled with 500 L of water. The filtration system consisted of physical filters (synthetic fiber and Japanese mats), chemical filters (zeolite stones and coral), and biological filter media (bioballs). Water circulation in each recirculating system was maintained by a submersible pump with a Qmax of 6000 L h?¹. Aeration for all three recirculating systems was supported by an air pump with an airflow rate of 200 L min?¹. The test fish were elver eels (Anguilla bicolor bicolor) weighing 9.65±0.80 g per individual. These elvers were nursery-raised for approximately six months by PT Laju Banyu Semesta, originating from glass eels collected from the Cimandiri River estuary in Palabuhanratu, Sukabumi Regency, West Java Province. Biomass for each experimental unit was 2.13±0.18 kg (4 g L?¹), 2.45±0.16 kg (5 g L?¹), and 2.86±0.09 kg (6 g L?¹). The nursery period lasted for 60 days, with the eels fed a commercial paste containing 50% protein using a restricted feeding method, administered twice daily at 08:00 and 16:00. Water replacement was conducted at a rate of 3% per day. Probiotics containing Nitrosomonas sp. and Nitrobacter sp. were applied at 20 ppm daily. Additionally, 30 g of Indian almond leaves were suspended in each experimental unit and replaced every 14 days. The results showed that nursery productivity for the 5 g L?¹ treatment (10.14±0.08 g L?¹) was comparable to the 6 g L?¹ treatment (10.04±1.08 g L?¹), while the 4 g L?¹ treatment resulted in the lowest productivity (7.70±0.47 g L?¹). Survival rates across treatments were not significantly different (P>0.05). The highest absolute and specific weight growth rates were observed in the 4 g L?¹ and 5 g L?¹ treatments. High competition for feeding space in the 6 g L?¹ treatment led to slower individual growth rates and a lower weight variation coefficient of 25.40±1.14%. The highest absolute biomass growth rate was achieved in the 5 g L?¹ treatment at 42.83±0.67 g day?¹. Feed conversion ratios among treatments showed no significant differences (P>0.05). The performance of the recirculating systems in maintaining water quality declined over the 60-day nursery period. Dissolved oxygen and pH levels decreased most significantly in the 6 g L?¹ treatment. Ammonia levels showed an upward trend, with the highest value recorded in the 6 g L?¹ treatment at 0.164 mg L?¹ on day 60. Eel appetite decreased as water quality declined, reflected by the reduced feeding rate in the 6 g L?¹ treatment from 2.80% day?¹ to 0.83% day?¹. Stress responses remained within the tolerance range for eel growth, with no statistically significant differences (P>0.05) in blood glucose, total leukocytes, and hematocrit across treatments on each testing day. The best financial analysis for the intensification of elver eel nursery was obtained at a stocking density of 5 g L?¹, with a revenue/cost ratio of 1,21; net present value of Rp413,535,619; net benefit/cost ratio of 1,85; internal rate of return of 28,60%; and a payback period of 4,37 years. Sensitivity analysis indicated that the selling price of elvers was the most sensitive variable across all treatments. Water and electricity consumption per kilogram of fish produced were most efficient in the 5 g L?¹ treatment. Labor management for grading and packing was based on the harvested biomass for each treatment. The number of part-time workers in the 5 g L?¹ and 6 g L?¹ treatments was higher compared to the 4 g L?¹ treatment. The conclusion of this study, production management in the intensification of elver eel (A. bicolor bicolor) nurseries achieved the best production and business performance at a stocking density of 5 g L?¹. However, the performance of the recirculating aquaculture system (RAS) in maintaining water quality declined over time and with increasing stocking density.
dc.description.sponsorshipDirektorat Sumber Daya; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleManajemen Produksi pada Intensifikasi Pendederan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor)id
dc.title.alternativeProduction Management in The Intensification of Eel (Anguilla bicolor bicolor) Nurseries
dc.typeTesis
dc.subject.keywordanalisis finansialid
dc.subject.keywordintensifikasiid
dc.subject.keywordpadat tebarid
dc.subject.keywordsistem resirkulasiid
dc.subject.keywordurban aquacultureid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record