Kerawanan Pangan Di Tingkat Rumah Tangga, Kelaparan Kronis dan Kelaparan Tersembunyi pada Balita Di Tasikmalaya
Date
2025Author
Aisyah, Iseu Siti
Khomsan, Ali
Tanziha, Ikeu
Riyadi, Hadi
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia saat ini sedang menghadapi triple burden of malnutrition, yang ditandai dengan koeksistensi kekurangan gizi (malnutrisi), kelebihan berat badan (overweight) dan defisiensi zat gizi mikro (Rah et al. 2021). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 prevalensi masalah stunting pada balita sebesar 30,79%, prevalensi wasting pada balita 10,19% dan prevalensi kekurangan gizi (underweight) sebesar 17,68% (Kemenkes 2019). Defisiensi zat gizi mikro juga masih tinggi seperti masalah anemia pada anak. Berdasarkan pengelompokan umur, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup tinggi, yaitu 28,1% (Faiqah et al. 2019). Data SSGI 2021 menyebutkan prevalensi stunting Provinsi Jawa Barat mencapai 24,5%, sedikit di atas rata-rata angka stunting nasional, yaitu 24,4 %. Data SKI tahun 2023 prevalensi stunting Provinsi Jawa Barat mencapai 17,7%, masih melebihi target Nasional di bawah 14 persen (SKI, 2023). Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya (2020), angka kasus stunting di Kota Tasikmalaya mencapai 7.731 atau 17,58 persen dan angka tersebut lebih tinggi dari kasus di tahun sebelumnya 2019 tercatat angkanya 5.373 atau 10,95%. Untuk kasus prevalensi stunting tertinggi, yaitu Kelurahan Karanganyar 242 kasus (29,44%).
Kerawanan pangan terjadi ketika seseorang atau rumah tangga tidak memiliki akses reguler makanan bergizi yang cukup untuk hidup sehat dan aktif (FAO 2020). Kerawanan pangan adalah faktor penting tetapi sering diabaikan dan dapat memengaruhi kesehatan masyarakat. Individu yang rawan pangan rentan mengalami kesakitan akibat kekurangan zat gizi mikro. Kerawanan pangan berhubungan dengan kemiskinan, kekurangan gizi dan kelaparan. Kurangnya gizi yang adekuat disebabkan oleh kemiskinan (FAO 2013). Sampai saat ini belum ada studi yang mengukur kelaparan kronis dengan kelaparan tersembunyi secara bersamaan dan hubungannya dengan kerawanan pangan di tingkat rumah tangga di Indonesia.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kerawanan pangan di tingkat rumah tangga, kelaparan kronis dan kelaparan tersembunyi serta implikasinya terhadap kebijakan. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis model kerawanan pangan pada rumah tangga, kelaparan kronis, dan kelaparan tersembunyi pada balita stunting dan nonstunting; (2) Menganalisis strategi mengatasi kerawanan pangan rumah tangga dengan balita stunting dan nonstunting melalui pendekatan positive deviance; (3) Merumuskan alternatif-alternatif strategi berdasarkan SWOT sesuai dengan faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap percepatan penurunan stunting, kelaparan kronis dan kelaparan tersembunyi dan kelaparan kronis serta tersembunyi; (4) Menentukan prioritas strategi program percepatan penurunan stunting, kelaparan kronis dan kelaparan tersembunyi, kelaparan kronis dan kelaparan tersembunyi.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed method. Untuk studi analitik kuantitatif digunakan desain studi comparative cross sectional. Data yang dikumpulkan dalam studi kuantitatif adalah karakteristik sosial ekonomi, kerawanan pangan di tingkat rumah tangga, pola konsumsi pangan balita, keragaman pangan, pola asuh anak, akses terhadap pelayanan dan data kelaparan kronis (wasting, underweight, stunting) dan kelaparan tersembunyi (defisiensi iodium, defisiensi seng, dan defisiensi zat besi). Sementara itu, data dasar untuk penyusunan rekomendasi kebijakan dilakukan dengan pendekatan kualitatif, melalui Focus Group Discussion (FGD) antar stakeholders untuk merumuskan kebijakan berdasarkan analisis SWOT dan Analytic Hierarchy Process (AHP).
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Kawalu, Kabupaten Tasikmalaya sebagai kelurahan dengan prevalensi stunting tertinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2023. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 2-5 tahun di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Kawalu dengan prevalensi stunting 29,44%. Populasi balita stunting sebanyak 176 orang dan tidak stunting 646 orang. Sampel ditentukan dengan rumus Lwanga dan Lemeshow (1991) dan diperoleh sebanyak 68 orang untuk kelompok stunting, untuk kelompok nonstunting sebanyak 68 orang, sehingga total sampel sebanyak 136 anak balita. Dengan estimasi untuk upaya antisipasi bias dan drop out sebesar 10%, maka jumlah sampel yang dibutuhkan keseluruhan yaitu sebanyak 75x2=150 responden, terdapat balita drop out sebanyak 2 balita dan darahnya mengalami lisis sebanyak 6 balita, sehingga sampel menjadi 142 balita (71 kelompok stunting dan 71 kelompok nonstunting). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu: (1) pengambilan sampel dengan cara purposive sampling untuk memilih dua kelompok terpapar dan kelompok yang tidak terpapar, (2) pengambilan sampel secara simple random sampling untuk tiap kelompok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013 dan dianalisis dengan IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 22. Berdasarkan regresi logistik, variabel asupan karbohidrat, pola asuh, kelaparan kronis, asupan zat besi, asupan iodium dan defisiensi zat besi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting pada balita. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa variabel asupan zat besi merupakan penyebab yang paling dominan terhadap kejadian stunting karena memiliki nilai OR yang paling tinggi yaitu sebesar 7,286. Nilai OR tersebut menunjukkan bahwa balita dengan kondisi asupan zat besi tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi akan berisiko 7,286 kali lebih besar untuk memiliki status gizi stunting.
Strategi mengatasi kerawanan pangan rumah tangga pada balita nonstunting melalui pendekatan positif deviance didapatkan bahwa rumah tangga yang mengalami kerawanan pangan tetapi balitanya tidak mengalami kejadian stunting lebih memiliki upaya lebih keras untuk mencari sumber pangan dari sawah, kolam dan dari keluarga terdekatnya serta mendapat bantuan dari pemerintah. Ini sangat membantu mengatasi permasalahan terkait kekurangan pangan. Berdasarkan hasil SWOT, didapatkan strategi agresif, di mana instansi memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada Berdasarkan AHP terhadap lima ahli expert, alternatif strategi program percepatan penurunan stunting, kelaparan kronis dan kelaparan tersembunyi yaitu program intervensi zat gizi makro, baik dari segi kesiapan anggaran, sarana prasarana, kelembagaan maupun kesiapan masyarakat.
Collections
- DT - Human Ecology [578]