Residu Beberapa Bahan Aktif Insektisida pada Bayam (Amaranthus tricolor L.) dan Kangkung (Ipomoea reptans (L.) Poir.) di Bogor, Jawa Barat
Abstract
Bayam dan kangkung merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksi bayam dan kangkung di Indonesia berfluktuatif yang disebabkan oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah masalah hama. Petani umumnya menggunakan insektisida untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksi sayuran. Masalah utama dari penggunaan insektisida yang tidak tepat adalah terdapat residu dalam produk sayuran. Pengetahuan, sikap dan tindakan petani tentang aplikasi pestisida di lapangan juga menjadi salah satu faktor penyebab tingginya residu pada produk pertanian. Interval antara waktu aplikasi terakhir dengan waktu panen yang terlalu singkat dapat menyebabkan residu insektisida yang tinggi pada produk pertanian. Tujuan penelitian ini menganalisis residu beberapa bahan aktif insektisida yang diaplikasikan pada bayam dan kangkung dan mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan petani terhadap dampak dan faktor penyebab terjadinya residu.
Penelitian yang dilakukan meliputi uji lapangan yang menggunakan formulasi pestisida berbahan aktif deltametrin, profenofos, imidakloprid, klorantraniliprol dan karbofuran. Selanjutnya residu beberapa bahan aktif dianalisis di Laboratorium Saraswanti Indo Genetech menggunakan GC/MS. Data hasil analisis residu beberapa bahan aktif dibandingkan dengan batas maksimal residu (BMR) sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Sementara itu data wawancara hasil survei pengetahuan, sikap dan tindakan petani dianalisis menggunakan Uji Chi Square pada taraf nyata 5%.
Insektisida profenofos, imidakloprid dan deltametrin pada tanaman bayam yang diaplikasikan pada 3 dan 7 hari sebelum panen menunjukkan kandungan residu yang lebih rendah dari batas maksimum residu (BMR). Sementara itu, profenofos, imidakloprid dan deltametrin pada tanaman kangkung menunjukkan kandungan residu di atas BMR pada aplikasi 3 hari sebelum panen, sedangkan aplikasi pada 7 hari sebelum panen kandungan residu berada dibawah BMR.
Kandungan residu beberapa bahan aktif pada tanaman kangkung pada aplikasi terakhir 3 hari sebelum panen profenofos 3,5890 mg/kg (BMR 1 mg/kg), imidakloprid 0,5076 mg/kg (BMR 0,5 mg/kg) dan deltametrin 0,8936 mg/kg (BMR 0,5 mg/kg). Residu pestisida pada bayam dan kangkung dapat disebabkan oleh frekuensi dan interval waktu aplikasi. Aplikasi pada tanaman bayam dilakukan sebanyak 2 kali dan aplikasi pada tanaman kangkung dilakukan sebanyak 3 kali. Semakin singkat interval waktu aplikasi dengan waktu panen memengaruhi kandungan residu pada tanaman. Sifat fisik dan kimiawi yang menyebabkan terjadi degradasi bahan aktif insektisida memengaruhi penurunan residu. Untuk kandungan residu bahan aktif klorantraniliprol dan karbofuran pada tanaman bayam dan kangkung menunjukkan tidak terdeteksi atau dibawah Limit of Detection.
Hasil wawancara petani Desa Bojong menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang penyebab terjadi residu memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap petani tentang penyebab residu. Namun sikap petani tentang penyebab terjadinya residu tidak memengaruhi tindakan petani tentang penyebab terjadinya residu. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara yaitu petani bayam dan kangkung Desa Bojong menyatakan sikap setuju (96,67%) bahwa penyemprotan tanaman bayam dan kangkung dilakukan hanya satu kali, sedangkan tindakan petani masih melakukan penyemprotan sebanyak 2 kali (70%) dan petani yang melakukan penyemprotan sebanyak 3 kali (13,33%).
Collections
- MT - Agriculture [3994]
