Analisis Rantai Pasok Dan Rancang Bangun Traceability System Kopi Robusta Berbasis Android di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Date
2025Author
Alhabsyi, Mohamad Fadel
Pertiwi, Setyo
Nugroho, Lilik Pujantoro Eko
Metadata
Show full item recordAbstract
Kopi (Coffea.sp) menjadi suatu komoditas bisnis yang paling banyak digemari
sampai saat ini dan aktivitas tersebut berkontribusi terhadap meningkatnya
permintaan akan biji kopi di Indonesia. Bolaang Mongondow Timur merupakan
salah satu daerah penghasil biji kopi robusta terbesar kedua yang ada di Provinsi
Sulawesi Utara dan menjadi sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat di daerah.
Meskipun memiliki potensi dan prospek yang besar dalam industri pertanian, petani
kopi Bolaang Mongondow Timur justru menghadapi permasalahan serius terkait
disparitas harga biji kopi di lapangan. Ketimpangan harga yang disebabkan oleh
kurangnya keterbukaan informasi sehingga menyebabkan terjadinya asimetri
informasi harga ataupun kualitas produk menjadi faktor penting yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis mekanisme, penanganan pascapanen, menghitung nilai tambah dan
mengukur kinerja rantai pasok, serta merancang sistem ketertelusuran kopi robusta
yang dapat membantu tempat pengolahan dalam melakukan monitoring terhadap
kualitas bahan baku.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif,
pengambilan data dilakukan melalui wawancara, penyebaran kuesioner dan survei
lapangan. Kuesioner disusun dengan pertanyaan semi-terstruktur agar memiliki
fleksibilitas dalam memperoleh kedalaman informasi. Pengolahan data menggunakan
metode Vorst untuk mengidentifikasi rantai pasok, perhitungan nilai tambah yang
diperoleh menggunakan metode Hayami dan penilaian kinerja rantai pasok dengan
menggunakan pendekatan metode SCOR (Supply Chain Orientation Reference)
dengan pengambilan keputusan AHP (Analytical Hierarchy Process), pada tahapan
terakhir yaitu desain sistem ketertelusuran kopi robusta menggunakan metode SDLC
(System Development Life Cycle).
Berdasarkan hasil wawancara dan studi di lapangan diketahui bahwa struktur
rantai pasok yang mendukung keberlangsungan komoditas kopi robusta di
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur terdiri atas petani, pengepul, tempat
pengolahan, coffee roastery dan industri ritel dalam daerah. Petani berperan sebagai
pemasok bahan baku, pengepul sebagai distributor dan tempat pengolahan sebagai
produsen. Sinkronisasi antar anggota rantai pasok terjadi disebabkan adanya proses
customer order dalam proses bisnisnya. Penanganan pascapanen kopi robusta
meliputi panen, sortasi, pengeringan, pengupasan kulit kering, sortasi biji kering,
penyangraian, penggilingan dan pengemasan.
Analisis nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami menemukan
bahwa petani menerima rasio keuntungan terbesar dengan menjual biji kopi basah
dengan tingkat kematangan yang seragam sebesar Rp2820-3320/kg dengan rasio 43-
47%, sedangkan untuk biji kopi dengan tingkat kematangan campuran sebesar
Rp320/kg dengan rasio 8%, untuk biji kopi kering hasil pengeringan alami
memperoleh keuntungan sebesar Rp6320-7570/kg dengan rasio 63-67%, sedangkan
untuk pengeringan mekanis Rp7570-8820/kg dengan rasio 67-71%. Pengepul
menerima keuntungan setiap kali melakukan distribusi biji kopi kering hasil
pengeringan alami sebesar Rp8638/kg dengan rasio 18%, sedangkan pengeringan
mekanis sebesar Rp4638/kg dengan rasio 9.3%. Analisis nilai tambah pada tempat
pengolahan dilakukan pada 3 industri rumahan, pertama Kopine Isco menerima
keuntungan dalam memasarkan produk biji kopi roasting sebesar Rp10.143/kg
dengan rasio 17%, sedangkan bubuk kopi Rp29.250/kg dengan rasio 36%. Kedua
Dela dan Lita Coffee menjual bubuk kopi menerima keuntungan sebesar
Rp68.679/kg dengan rasio 85%. Ketiga Robusta Gunung Ambang menerima
keuntungan dengan menjual greenbean sebesar Rp5820/kg dengan rasio 47%,
sedangkan untuk bubuk kopi Rp39.625/kg dengan rasio 81%. Selanjutnya untuk
mengetahui kinerja rantai pasok dilakukan pengukuran kinerja berdasarkan penilaian
matrik yang dilakukan oleh para pakar dan data perbandingan aktual serta target tiap
anggota. Hasil pengukuran kinerja yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa petani
memiliki persentase sebesar 51.2%, pengepul sebesar 57.7% dan tempat pengolahan
sebesar 63.8%, hasil ketiga stakeholder masuk dalam klasifikasi rata-rata.
Sistem ketertelusuran sudah berhasil dibuat dan diberi nama Kinton (Kopi
Inaton) yang diambil dari bahasa Bolaang Mongondow yang berarti kopi kita semua.
Sistem dapat mencatat informasi produk para aktor yaitu petani, pengepul, tempat
pengolahan, dan coffee roastery, serta dapat melakukan ketertelusuran informasi
seputar asal usul biji kopi secara real-time dan transparan dengan cara pindai QR
Code yang berasal dari sistem sehingga dapat meningkatkan rasa kepercayaan
khususnya pada tempat pengolahan saat memasok bahan baku dari supplier.
Pengujian aplikasi dilakukan dua kali yaitu pengujian alfa menunjukan bahwa semua
fitur di dalam sistem berjalan dengan normal, dan pengujian beta yaitu implementasi
di lapangan yang menunjukan sistem dapat diterapkan.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2316]