dc.contributor.advisor | Pravitasari, Andrea Emma | |
dc.contributor.advisor | Putra, Andi Syah | |
dc.contributor.author | Husna, Cut Zulfa | |
dc.date.accessioned | 2025-01-17T07:26:11Z | |
dc.date.available | 2025-01-17T07:26:11Z | |
dc.date.issued | 2025 | |
dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160802 | |
dc.description.abstract | Provinsi Aceh memiliki tingkat ketimpangan yang cukup signifikan, terutama di wilayah Barat Selatan (Barsela). Meskipun demikian, wilayah ini berada di lokasi yang sangat strategis sehingga berpotensi untuk pengembangan ekonomi. Pemerintah menerapkan suatu instrumen kebijakan yaitu pengembangan kawasan strategis berupa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Barsela di Kabupaten Aceh Barat Daya yang terletak di Kecamatan Babahrot dengan Kecamatan Kuala Batee sebagai hinterland terdekat. Kedua kecamatan ini juga memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Kabupaten Aceh Barat Daya. Pembangunan KEK Barsela telah dimulai dengan penyediaan lahan seluas 745 ha serta pembukaan jalan lingkar provinsi menuju kawasan tersebut. Peningkatan aktivitas ekonomi ini tentu akan memberikan efek penyebaran (spread effect) pada wilayah sekitarnya, yang berpotensi menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat pengembangan wilayah, mengidentifikasi daya tarik wilayah dan sentralitas spasial, serta menyusun strategi pengembangan wilayah pada pusat pertumbuhan baru untuk mengurangi ketimpangan wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi metode skalogram, model gravitasi, network centrality, AHP-TOPSIS, dan SWOT. Analisis skalogram dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah (hierarki) di setiap desa berdasarkan aksesibilitas dan kelengkapan fasilitas. Analisis model gravitasi bertujuan untuk mengukur daya tarik wilayah melalui interaksi antar wilayah, dengan mempertimbangkan jumlah penduduk dan jarak. Analisis network centrality digunakan untuk mengukur tingkat sentralitas suatu node pada jaringan jalan dengan tiga indikator, yaitu Degree Centrality, Closeness Centrality, dan Betweenness Centrality. Analisis AHP-TOPSIS dilakukan untuk menentukan prioritas desa sebagai pusat pertumbuhan baru berdasarkan hasil analisis sebelumnya, sementara analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi pengembangan wilayah pada desa yang telah ditentukan sebagai pusat pertumbuhan baru di sekitar KEK Barsela.
Berdasarkan hasil analisis skalogram, tingkat perkembangan wilayah pada desa-desa di sekitar KEK Barsela sebagian besar masih berada pada Hierarki III, yaitu sebanyak 19 desa (54%). Sebanyak 10 desa berada pada Hierarki II (29%), dan hanya 6 desa yang termasuk dalam Hierarki I (17%). Desa-desa yang berada pada Hierarki I dan berpotensi sebagai pusat pertumbuhan baru antara lain Desa Krueng Panto, Pasar Kuta Bahagia, Lhung Geulumpang, Lhok Gajah, Pante Rakyat, dan Alue Padee. Dari 6 desa tersebut, hanya Desa Pante Rakyat yang terletak di Kecamatan Babahrot, sementara desa lainnya berada di Kecamatan Kuala Batee. Selanjutnya, hasil analisis daya tarik wilayah menunjukkan bahwa tingkat interaksi antar desa di sekitar KEK Barsela, sebagian besar masih tergolong rendah hingga sedang, dengan NTIAD kurang dari 4.000.000 satuan interaksi. Wilayah dengan interaksi tertinggi yaitu Desa Pasar Kuta Bahagia, Pante Rakyat, dan Padang Sikabu dengan NTIAD lebih besar dari 8.000.000 satuan interaksi. Sedangkan Desa Lama Tuha, Keude Baro, dan Gunung Samarinda memiliki nilai interaksi terendah yang disebabkan oleh jarak yang jauh dari desa lainnya serta kurangnya jumlah penduduk sebagai objek perpindahan.
Berdasarkan hasil analisis sentralitas jaringan jalan (network centrality), sebagian besar desa di sekitar KEK Barsela memiliki tingkat sentralitas yang rendah. Hanya empat desa yang masuk dalam kategori sentralitas tinggi, yaitu Desa Simpang Gadeng, Cot Seumantok, Teladan Jaya, dan Pante Rakyat. Desa Pante Rakyat, Pasar Kuta Bahagia, dan Ie Mirah memiliki indeks Degree Centrality (Dc) tertinggi, yang menandakan desa-desa ini berperan penting dalam aksesibilitas antar wilayah. Selain itu, Desa Pante Rakyat juga memiliki indeks Closeness Centrality (Cc) tertinggi, yang menunjukkan kedekatannya dengan node-node lain. Sementara itu, Desa Simpang Gadeng memiliki indeks Betweenness Centrality (Bc) tertinggi, menjadikannya sebagai penghubung strategis antar wilayah di sekitar KEK Barsela. Hasil analisis AHP-TOPSIS menunjukkan bahwa Desa Pante Rakyat merupakan prioritas sebagai pusat pertumbuhan baru di sekitar KEK Barsela dari 35 desa yang dianalisis. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan wilayah yang tinggi, daya tarik wilayah yang kuat, dan sentralitas spasial yang baik. Oleh karena itu, strategi utama untuk pengembangan wilayah di Desa Pante Rakyat sebagai pusat pertumbuhan baru adalah Turnaround Strategy, yaitu strategi W-O (Weakness-Opportunity) yang berfokus pada pemanfaatan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada. | |
dc.description.abstract | Aceh Province has significant levels of regional disparities, especially in the South West (Barsela) region. Nevertheless, this region is in a very strategic location that has the potential for economic development. The government implemented a policy instrument, namely the development of a strategic area in the form of the Southwest Special Economic Zone (SEZ) in Southwest Aceh Regency, which is located in Babahrot District with Kuala Batee District as the closest hinterland. These two districts also have the largest number of poor people in Southwest Aceh District. The development of the Barsela SEZ has begun with the provision of 745 ha of land and the opening of a provincial ring road to the area. This increase in economic activity will certainly have a spread effect on the surrounding area, which has the potential to create new growth centers. Based on this, the purpose of this study are to analyze the level of regional development, identify regional attractiveness and spatial centrality, and formulate regional development strategies in new growth centers to reduce regional disparities and improve community welfare.
The methods used in this research include the scalogram method, gravity model, network centrality, AHP-TOPSIS, and SWOT. Scalogram analysis was conducted to determine the level of regional development (hierarchy) in each village based on accessibility and completeness of facilities. Gravity model analysis is used to measure the attractiveness of the region through inter-regional interactions, by considering population and distance. Network centrality analysis is used to measure the level of centrality of a node on the road network with three indicators, namely Degree Centrality, Closeness Centrality, and Betweenness Centrality. AHP-TOPSIS analysis was conducted to determine the priority of villages as new growth centers based on the results of the previous analysis, while SWOT analysis was used to develop regional development strategies in villages that have been determined as new growth centers around the Barsela SEZ.
Based on the results of the scalogram analysis, the level of regional development in the villages around the Barsela SEZ is still mostly in Hierarchy III, as many as 19 villages (54%). A total of 10 villages are in Hierarchy II (29%), and only 6 villages are included in Hierarchy I (17%). Villages in Hierarchy I with potential as new growth centers include Krueng Panto, Pasar Kuta Bahagia, Lhung Geulumpang, Lhok Gajah, Pante Rakyat, and Alue Padee. Of these 6 villages, only Pante Rakyat Village is located in Babahrot District, while the other villages are located in Kuala Batee District. Furthermore, the results of the regional attractiveness analysis show that the level of interaction between villages around the Barsela SEZ is mostly classified as low to moderate, with total value of inter-village interactions (NTIAD) less than 4,000,000 interaction units. The villages with the highest interaction are Pasar Kuta Bahagia, Pante Rakyat, and Padang Sikabu with NTIAD greater than 8,000,000 interaction units. Meanwhile, Lama Tuha, Keude Baro, and Gunung Samarinda villages have the lowest interaction value due to the long distance from other villages and the lack of population as the object of movement.
Based on the results of the road network centrality analysis, most villages around the Barsela SEZ have a low level of centrality. Only four villages categorized as high centrality, namely Simpang Gadeng, Cot Seumantok, Teladan Jaya, and Pante Rakyat. Pante Rakyat, Pasar Kuta Bahagia, and Ie Mirah Villages have the highest Degree Centrality (Dc) index, indicating that these villages play an important role in accessibility between regions. In addition, Pante Rakyat Village also has the highest Closeness Centrality (Cc) index, which indicates its proximity to other nodes. Meanwhile, Simpang Gadeng Village has the highest Betweenness Centrality (Bc) index, making it a strategic link between areas around the Barsela SEZ. The results of the AHP-TOPSIS analysis show that Pante Rakyat Village is a priority as a new growth center around the Barsela SEZ out of the 35 villages analyzed. This is due to its high level of regional development, strong regional attractiveness, and good spatial centrality. Therefore, the main strategy for regional development in Pante Rakyat Village as a new growth center is the Turnaround Strategy, which is a W-O (Weakness-Opportunity) strategy that focuses on utilizing opportunities to overcome existing weaknesses. | |
dc.description.sponsorship | Pusbindiklatren Bappenas | |
dc.language.iso | id | |
dc.publisher | IPB University | id |
dc.title | Strategi Pengembangan Wilayah Pada Pusat Pertumbuhan Baru di Sekitar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Barsela Kabupaten Aceh Barat Daya | id |
dc.title.alternative | Regional Development Strategy for New Growth Centers Around the Barsela Special Economic Zone (SEZ) Southwest Aceh Regency | |
dc.type | Tesis | |
dc.subject.keyword | Pengembangan Wilayah | id |
dc.subject.keyword | Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) | id |
dc.subject.keyword | pusat pertumbuhan baru | id |
dc.subject.keyword | konektivitas wilayah | id |
dc.subject.keyword | sentralitas jaringan jalan | id |