Model dan Strategi Penerapan Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Kepatuhan untuk Peningkatan Kinerja Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
Date
2025Author
Syahrir, Azhar
Siregar, Hermanto
Mulyati, Heti
Sari, Linda Karlina
Metadata
Show full item recordAbstract
Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Kepatuhan (GRC) pertama kali diperkenalkan oleh Rasmussen pada Februari 2002 (GRC World Forum 2022). Hosseiny et al. (2018) mendefinisikan GRC sebagai pendekatan terpadu dan menyeluruh dalam mengembangkan tata kelola, manajemen risiko dan menegakkan aturan di seluruh unit organisasi dan memastikan organisasi berada pada jalur yang benar sesuai toleransi risiko, kebijakan internal / eksternal organisasi, serta sumber daya yang dikelola. GRC dibangun dari tiga elemen yang terintegrasi yaitu Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Kepatuhan. GRC digunakan sebagai variabel bebas untuk menganalisis pengaruhnya terhadap efektifitas pengawasan pada perusahaan di Indonesia (Baskoro 2020; Habsyi et al. 2021), kinerja Bank (Anatasy dan Novita 2019; Pertiwi dan Muslih 2023; Maulana dan Iradianty 2022), layanan pendidikan tinggi (Thanalerdsopit et al. 2014), dan kinerja Koperasi Syariah (Lubis 2020). Kajian akademis terkait pengembangan strategi penerapan GRC masih sangat kurang dan pengembangan kerangka kerja yang spesifik masih sangat diperlukan dalam mengimplementasikan GRC (Papazafeiropoulou dan Spanaki 2015).
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) merupakan institusi pendidikan tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah. Bentuk tata kelola PTN terdiri dari (1) PTN sebagai Satuan Kerja (PTN-Satker); (2) PTN sebagai Badan Layanan Umum (PTN-PKBLU); dan (3) PTN sebagai Badan Hukum (PTN-BH). Masing- masing jenis PTN memiliki tingkat otonomi pengelolaan keuangan dan otonomi akademik yang berbeda. Kinerja PTN diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dan capaiannya disajikan dalam Laporan Kinerja PTN setiap tahun. Target kinerja sebagian besar PTN yang terangkum dalam Buku Statistik Pendidikan Tinggi Tahun 2021. Berdasarkan penjelasan atas capaian per IKU terlihat bahwa sebagian besar kinerja PTN masih belum menunjukan target hasil yang diharapkan. Perbedaan Jenis PTN dan kondisi objektif yang ada pada PTN di Indonesia dalam menerapkan GRC juga belum terpetakan secara memadai.
Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini menetapkan tujuan: 1) memetakan tingkat penerapan GRC berdasarkan klasifikasi jalur pendidikan dan jenis pengelolaan keuangan PTN di Indonesia; 2) menetapkan dan menganalisis model pengaruh penerapan GRC terhadap capaian kinerja PTN di Indonesia, baik per elemen GRC maupun secara simultan; 3) menguji perbedaan pengaruh penerapan GRC terhadap capaian kinerja berdasarkan jenis pengelolaan keuangan PTN di Indonesia; dan 4) merancang strategi penerapan GRC terhadap peningkatan kinerja PTN di Indonesia. Penelitian ini mengadopsi metode yang berbeda untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian tersebut, dipilih metode Structural Equation Model – Partial Least Square (SEM-PLS) untuk mencapai tujuan 1 dan 2, sedangkan analisis Regresi digunakan untuk mencapai tujuan 3. Adapun untuk mencapai tujuan 4 dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
v
Hasil penelitian menunjukkan tingkat penerapan GRC pada PTN terdistribusi pada tingkat penerapan rendah, sedang, dan penuh, dengan sebaran terbesar pada tingkat penerapan penuh (62%). Adapun penerapan per elemen GRC secara berurutan diperoleh hasil bahwa sebaran terbesar PTN berada pada tingkat penerapan penuh yaitu sebesar 62%; 71%; dan 60%. Berdasarkan hasil analisis terhadap model GRC yang ada, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan GRC memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja. Adapun pengujian hipotesis dilakukan terhadap setiap elemen GRC, diperoleh hasil bahwa dari tiga elemen GRC, hanya variabel Tata Kelola Perguruan Tinggi yang Baik yang memiliki dampak positif signifikan terhadap kinerja PTN, sedangkan Manajemen Risiko dan Kepatuhan tidak terbukti memberikan pengaruh positif terhadap kinerja.
Perbedaan pengaruh penerapan GRC terhadap capaian kinerja berdasarkan jenis pengelolaan keuangan PTN terbukti signifikan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh Tata Kelola Perguruan Tinggi yang Baik dan Manajemen Risiko pada PTN-Satker lebih tinggi jika dibandingkan dengan PTN- PKBLU. PTN-Satker perlu menerapkan Tata Kelola Perguruan Tinggi yang Baik dengan penguatan manajemen risiko agar dapat menjalankan semua kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah, dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki secara ekonomis, efisien, dan efektif. Adapun PTN-PKBLU memiliki pengaruh kepatuhan terhadap capaian kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan PTN-Satker. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena regulasi yang terkait dengan pengelolaan kinerja PTN-PKBLU sangat banyak dan dinamis, sehingga risiko kepatuhannya juga tinggi. menuntut kepatuhan yang cukup tinggi untuk dapat memenuhi ekspektasi pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Hybrid – Integrated Approach menjadi suatu pendekatan paling tepat dalam menerapkan GRC pada semua jenis PTN. Namun yang membedakan antara PTN-Satker dengan PTN-BH dan PTN-PKBLU adalah prioritas pendekatan kedua. PTN Satker lebih cenderung ke pendekatan Bottom-up, sedangkan PTN-BH dan PTN-PKBLU cenderung pada pendekatan Top-down. Adapun strategi penerapan GRC pada PTN diperoleh tingkat prioritas komponen penerapan GRC yang berbeda antara PTN-BH, PTN- PKBLU dan PTN-Satker. Nilai komponen prioritas tertinggi secara berurutan untuk pendekatan Bottom-up adalah Teknologi; Sumber Daya Manusia (SDM); Strategi; dan Proses. Adapun nilai komponen prioritas tertinggi secara berurutan pada pendekatan Top-down adalah Strategi; SDM; Teknologi; dan Proses. Selanjutnya urutan komponen prioritas tertinggi secara berurutan untuk pendekatan Hybrid– Integrated Approach adalah Strategi; Teknologi; SDM; dan Proses.
Adapun tingkat intervensi dilakukan berdasarkan tingkat penerapan GRC, tingkat otonomi dan kapabilitas pada PTN, sehingga perbedaan kebutuhan dan tingkat kesiapan PTN yang variatif dapat terakomodasi dengan tepat. Penelitian ini juga memiliki implikasi terhadap kebijakan tata kelola pendidikan tinggi yang terkait pada Ditjen Diktiristek, Ditjen Vokasi, Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan PTN. Selain kebaruan, juga terdapat kelemahan dalam penelitian ini yaitu terkait dengan data, metode, dan sumber daya penelitian.
Collections
- DT - Business [332]