Model Pengelolaan Lingkungan dengnan Pendekatan Ekosofi Akibat Cemaran Merkuri di Wilayah Penambangan Emas Skala Kecil Kabupaten Sukabumi.
Date
2025Author
Hananingtyas, Izza
Karlinasari, Lina
Alikodra, Hadi Sukadi
Jayanegara, Anuraga
Sumantri,, Arif
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengelolaan lingkungan pada wilayah Penambangan Emas Skala Kecil (PESK) perlu dilakukan karena penggunaan merkuri untuk pengolahan emas dalam kegiatan PESK di Indonesia masih menjadi alternatif yang paling banyak dipilih oleh pelaku usaha PESK di Indonesia, walaupun pemerintah Indonesia resmi telah meratifikasi Konvensi Minamata melalui UU No.11 Tahun 2017 2017 tentang pengesahan Minamata Convention on Mercury. Seiring dengan meningkatnya jumlah produksi emas di Indonesia yang mencapai urutan ke-6 terbesar di dunia, maka meningkat juga emisi merkuri yang jumlahnya lebih besar nilai emisinya dibandingkan dengan hasil emas yang diperoleh dengan perbandingan 6:1. Munculnya kegiatan PESK yang semakin pesat di wilayah Sukabumi, memberikan paradoks atas pembangunan berkelanjutan untuk tercapainya tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan pengelolaan lingkungan akibat cemaran merkuri dengan pendekatan ekosofi di wilayah PESK Kabupaten Sukabumi. Tahapan dalam ini yaitu melakukan analisis ekotoksisitas merkuri di wilayah PESK Kabupaten Sukabumi; melakukan analisis tingkat kesejahteraan masyarakat PESK Kabupaten Sukabumi; melakukan analisis nilai ekosofi pada masyarakat PESK Kabupaten Sukabumi; melakukan analisis pentaheliks pada aktor yang berperan dalam kegiatan PESK Kabupaten Sukabumi; serta membuat pemodelan pengelolaan lingkungan dengan pendekatan ekosofi di wilayah PESK Kabupaten Sukabumi.
Hasil yang diperoleh dari analisis ekotoksisitas merkuri di wilayah PESK Kabupaten Sukabumi yaitu telah teridentifikasi distribusi cemaran merkuri di wilayah PESK hingga tahap ekotoksisitas (tanah, air, sedimen, biota dan tanaman hasil pertanian) pada wilayah Ciemas. Sementara itu berdasarkan hasil analisis tingkat kesejahteraan masyarakat PESK tidak ada yang mencapai indeks baik / berelanjutan (>75%), hanya wilayah Kertajaya dan Waluran yang memiliki nilai cukup berkelanjutan dengan indeks tingkat kesejahteraan berturut-turut adalah 72,89 dan 51,67. Namun pada wilayah Ciemas memiliki status kesejahteraan kurang berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 43,38. Faktor kunci sensitif pada setiap dimensi antara lain kualitas tanah (kualitas ekologi), tingkat kebutuhan keluarga (penghasilan), kognitif (pendidikan), gangguan keseimbangan (status kesehatan), pekerjaan alternatif selain penambang (pekerjaan), dan kepemilikan lahan usaha pribadi (status lahan).
Nilai ekosofi yang dimiliki oleh masyarakat PESK tidak ada yang mencapai indeks baik/berkelanjutan (>75%), hanya wilayah Kertajaya dan Waluran yang memiliki nilai cukup berkelanjutan dengan indeks nilai ekosofi berturut-turut adalah 60,61 dan 55,21. Namun pada wilayah Ciemas memiliki nilai ekosofi kurang baik/kurang berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 48,01. Faktor kunci sensitif pada setiap dimensi antara lain adaptasi lingkungan dan ketrampilan QoL (emosional adaptasi), kesadaran lingkungan (emosional motivasi), peduli lingkungan (intelektual konservasi), risiko kesehatan (intelektual risiko), idealisme (spiritual keimanan), keadilan alam (spiritual tujuan hidup).
Berdasarkan analisis pentaheliks pada aktor yang berperan pada PESK Kabupaten Sukabumi diketahui bahwa dari lima indikator yang meliputi masyarakat, pemerintah, industri, media dan akademisi diketahui hanya media dan akademisi belum banyak berperan dalam pengelolaan lingkungan di wilayah PESK Kabupaten Sukabumi. Hasil pemodelan layang-layang pada pengelolaan lingkungan PESK diketahui bahwa nilai ekosofi menjadi dasar penentuan tingkat kesejahteraan. Sementara itu, tingkat kesejahteraan menentukan kualitas ekologi suatu wilayah. Namun, peran pentaheliks pada aktor penambangan emas skala kecil memberikan dorongan dalam terlaksanakanya pengelolaan lingkungan di wilayah PESK. Oleh karena itu, diharapkan adanya peningkatan nilai ekosofi melalui pendekatan pentaheliks untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam upaya mencapai keberlanjutan lingkungan di wilayah PESK Kabupaten Sukabumi.