Ekspresi Gen BCL2 pada Embrio Partenogenesis Kucing Domestik
Date
2025Author
Rahman, Aulia Miftakhur
Boediono, Arief
Mohamad, Kusdiantoro
Metadata
Show full item recordAbstract
Partenogenesis pada mamalia dapat dilakukan dengan teknologi reproduksi berbantuan dengan menggunakan bebeberapa macam metode untuk aktivasi oosit,. namun terjadi kegagalan saat implantasi atau terjadi keguguran pada trimester awal kebuntingan. Gen BCL2 ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi pada tahap awal embrio. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan metode produksi embrio pertenot untuk mendapatkan metode terbaik dan secara khusus menjawab ekpresi gen BCL2 dalam perkembangan embrio partenogenesis dengan membandingkan perkembangan antara embrio partenot dan embrio terfertilisasi oleh sperma pada kucing domestik.
Pada tahap awal, oosit diperoleh dari ovarium 34 kucing betina dewasa yang menjalani ovariohisterektomi di berbagai klinik hewan di Bogor dengan curah hujan yang berbeda. Data diklasifikasikan berdasarkan jumlah curah hujan, yaitu curah hujan rendah-sedang (= 300 mm) dan curah hujan tinggi (> 300 mm). Oosit yang berhasil diisolasi diklasifikasikan sebagai: 1) oosit fungsional dan 2) oosit non-fungsional. Selanjutnya, oosit fungsional yang diperoleh dilakukan maturasi. Oosit yang telah matang dibuahi secara in vitro melalui intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI) dan diaktivasi dengan menggunakan etanol 7% selama 7 menit dan strontium klorida 10 mM + cytochalasin-B 5 µg/mL. Embrio dikultur hingga hari tujuh. Data kualitas oosit dan tingkat maturasi oosit diuji menggunakan t-student test (p < 0,05). Data perkembangan embrio dan nilai ekspresi relatif gen BCL2 dianalisis menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji lanjut, yaitu uji Tukey untuk mengevaluasi perbedaan antar perlakuan (p < 0,05).
Hasil pengamatan kualitas oosit pada bulan-bulan dengan curah hujan rendah hingga sedang (= 300mm) dan bulan-bulan dengan curah hujan tinggi (> 300mm) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Penelitian kami menunjukkan bahwa tingkat kematangan sekitar 50 - 55%. Oosit yang matang, belum matang, pembelahan spontan, terfragmentasi dan mengalami degenerasi pada curah hujan rendah, sedang (= 300 mm), dan tinggi (> 300 mm) tidak berbeda secara signifikan. Dalam penelitian kami, oosit yang dibuahi dan diaktivasi secara partenogenesis tidak diklasifikasikan berdasarkan jumlah curah hujan, karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kualitas oosit tidak dipengaruhi oleh jumlah curah hujan. Jadi, penelitian kami menggabungkan kedua musim tersebut menjadi satu. Pada penelitian ini, embrio hasil pembelahan yang dihasilkan melalui ICSI dan partenogenetik tidak berbeda secara signifikan (p < 0,05). Sebaliknya, tingkat morula dan blastosis embrio hasil ICSI lebih tinggi dan berbeda secara signifikan daripada embrio partenogenetik. Embrio yang diinduksi melalui partenogenesis mencapai tahap morula dengan tingkat keberhasilan 20% menggunakan etanol 7% dan 18% dengan strontium. Penelitian kami menunjukkan perbedaaan signifikan (p < 0,05) nilai relatif ekspresi gen BCL2 antara embrio hasil ICSI dengan embrio partenogenesis pada tahap cleveage maupun morula.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa koleksi oosit dan maturasi oosit dapat dilakukan sepanjang tahun. Embrio hasil fertilisasi normal (ICSI) dapat dapat berkembang menjadi blastosis dan mungkin dapat ditransferkan. Pada embrio aktivasi partenogensis hanya dapat berkembang sampai tahap morula dan ditunjukkan dengan rendahnya ekspresi gen BCL2.
Collections
- MT - Veterinary Science [922]