Show simple item record

dc.contributor.advisorHastuti, Dwi
dc.contributor.advisorLatifah, Melly
dc.contributor.authorIkhwanus, Annisa
dc.date.accessioned2025-01-16T08:55:40Z
dc.date.available2025-01-16T08:55:40Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160769
dc.description.abstractKemandirian remaja adalah tantangan penting yang berkaitan dengan otonomi dan identitas diri, di mana pola asuh orang tua sangat berpengaruh. Dalam masyarakat Minangkabau yang matrilineal, peran ibu dan mamak (saudara laki-laki ibu) secara historis berkontribusi dalam pembentukan kemandirian melalui pengasuhan. Selain itu, kelekatan ibu-anak dan pola asuh moral karakter turut berperan dalam membentuk remaja menjadi individu yang mandiri. Namun, perubahan sosial dan modernisasi telah mengurangi peran dominan mamak dalam pengasuhan anak Minangkabau, dengan peran ayah yang semakin menguat. Hal ini mengubah pola pengasuhan tradisional dan berpotensi mengganggu proses pembentukan kemandirian anak. Selain itu, dinamika kelekatan ibu-anak dan pola asuh moral karakter juga menghadapi tantangan baru akibat pengaruh eksternal dan globalisasi. Penelitian sebelumnya cenderung fokus pada aspek tunggal seperti gaya pengasuhan ibu, peran mamak, kelekatan ibu-anak dan pola asuh moral karakter. Selain itu, dampak perubahan sosial, seperti berkurangnya peran dominan mamak akibat modernisasi dan penguatan peran ayah, juga belum banyak dikaji, padahal hal ini berpotensi mengubah pola pengasuhan tradisional yang sebelumnya berperan penting dalam membentuk kemandirian remaja. Saat ini masih minim studi yang mengintegrasikan semua elemen tersebut secara holistik dalam konteks matrilineal Minangkabau. Sehingga penelitian ini mengisi kesenjangan tersebut dengan mengeksplorasi pengaruh gaya pengasuhan ibu, mamak, kelekatan emosional, pola asuh moral karakter, dan dampak perubahan sosial terhadap kemandirian remaja Minangkabau. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh gaya pengasuhan ibu-mamak, kelekatan ibu-remaja, serta pola asuh moral karakter terhadap kemandirian remaja pada etnik Minangkabau. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian explanatory. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja remaja usia 12-15 tahun yang memiliki keluarga utuh dan diasuh oleh ibu kandung. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu di SMPN dan MTSN yang ada di Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Penelitian berlangsung sejak bulan Februari hingga Maret 2024. Teknik penarikan contoh dilakukan secara non-probability sampling yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria pemilihan contoh meliputi: 1) remaja berusia 12 hingga 15 tahun, 2) memiliki orang tua lengkap, 3) memiliki mamak (saudara laki-laki ibu), dan 4) tinggal bersama keluarga inti (ayah dan ibu kandung) dan atau dalam lingkungan keluarga besar yang mencakup ayah, ibu, serta anggota keluarga besar lainnya termasuk mamak. Responden dalam penelitian ini berjumlah 221 remaja Pengolahan data menggunakan bantuan Microsoft Excel, Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows dan Structural Equation Model (SEM PLS). Pengukuran gaya pengasuhan ibu-mamak dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang dikembangkan oleh Rahmawati et al. (2014) yang terdiri dari masing-masing 27 item pernyataan. Pengukuran kelekatan diadaptasi dari penelitian Situmorang et al. (2016) yang terdiri dari 17 item pernyataan. Pola asuh moral karakter diukur melalui instrumen yang dimodifikasi oleh penulis berdasarkan referensi dari Hastuti et al. (2012) serta Hastuti dan Sarwoprasojo (2016) yang terdiri dari 10 item pernyataan. Kemandirian remaja diukur dengan menggunakan Adolescent Autonomy Questionnaire yang awalnya dikembangkan oleh Noom et al. (2001) dan dimodifikasi oleh penulis agar sesuai dengan konteks penelitian ini. Alat ukur kemandirian terdiri dari 10 item pernyataan. Seluruh Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala likert 4 poin: 1 = sangat tidak sesuai, 2 = tidak sesuai, 3 = sesuai, dan 4 = sangat sesuai. Rata-rata usia remaja yang terlibat dalam penelitian ini adalah 15 tahun. Jenis kelamin remaja laki-laki (n=88; 40%) dan perempuan (n=133; 60%). Mayoritas ayah dan ibu dalam penelitian ini berusia dewasa madya (41-60 tahun) ayah (74,7%) dan ibu (55,7%). Pendidikan Ayah dan Ibu mayoritas lulus SMA, ayah (43,9%) dan Ibu (40,3%). Mayoritas Pekerjaan ayah adalah petani (55,2%) dan ibu adalah ibu rumah tangga (57,5%). Mayoritas besar keluarga dalam penelitian ini adalah = 8 orang (40,3%). Remaja yang tinggal bersama keluarga inti (61,5%) dan keluarga besar (38,5%). Tingkat pendidikan orang tua dalam penelitian ini didominasi oleh lulusan SMA, di mana sebagian besar ayah memiliki pekerjaan tetap, sementara lebih dari separuh ibu berstatus sebagai ibu rumah tangga. Hampir setengah dari remaja berasal dari keluarga kecil, dan mayoritas dari responden, baik laki-laki maupun perempuan, tinggal dalam keluarga inti (nuclear family). Proporsi gaya pengasuhan otoriter ibu dan mamak untuk remaja laki-laki dan perempuan berada pada kategori rendah hingga sedang. Untuk gaya pengasuhan permisif, proporsi berada pada kategori rendah hingga tinggi, dengan kecenderungan yang lebih tinggi untuk remaja laki-laki dibandingkan remaja perempuan. Gaya pengasuhan ibu yang autoritatif bagi remaja laki-laki berada dalam kategori sedang hingga tinggi, sementara untuk remaja perempuan dalam kategori tinggi hingga sedang. Sebaliknya, gaya pengasuhan autoritatif mamak pada remaja laki-laki berada dalam kategori rendah hingga sedang, sedangkan untuk remaja perempuan berada pada kategori rendah hingga tinggi. Proporsi pola asuh moral karakter pada remaja laki-laki dan perempuan, lebih dari separuhnya berada dalam kategori rendah. Demikian pula, tingkat kemandirian pada remaja laki-laki dan perempuan sebagian besar berada dalam kategori rendah. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemandirian remaja yang tinggal di keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Gaya pengasuhan ibu dan mamak menunjukkan kecenderungan yang lebih otoriter dan permisif terhadap remaja laki-laki dibandingkan dengan remaja perempuan. Terdapat perbedaan yang signifikan dengan pola asuh moral karakter dan kemandirian antara remaja laki-laki dan perempuan, di mana remaja perempuan menunjukkan tingkat pola asuh moral karakter dan kemandirian yang lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Hasil uji korelasi juga menunjukkan adanya hubungan antara usia remaja dengan gaya pengasuhan permisif ibu serta tingkat kemandirian remaja yang artinya semakin muda usia remaja maka gaya pengasuhan ibu cenderung permisif dan semakin tua usia remaja maka remaja semakin mandiri. Selain itu, ditemukan korelasi antara jenis kelamin dengan gaya pengasuhan ibu dan mamak, yang mana ibu dan mamak cenderung menerapkan gaya pengasuhan yang permisif dan otoriter kepada remaja laki-laki, sementara pola asuh moral karakter dan kemandirian remaja cenderung lebih tinggi terhadap remaja perempuan dibandingkan remaja laki-laki. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa gaya pengasuhan permisif ibu dan mamak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kemandirian remaja. Temuan ini menunjukkan adanya pergeseran pola pengasuhan ibu dan mamak dari gaya otoritatif atau otoriter, yang sejalan dengan nilai-nilai adat Minangkabau seperti kedisiplinan dan tanggung jawab, menuju gaya permisif yang lebih longgar dan minim pengawasan. Pergeseran ini melemahkan internalisasi nilai-nilai budaya, rasa tanggung jawab kolektif, serta kemandirian remaja, dan bahkan berpotensi mengancam keberlanjutan sistem matrilineal Minangkabau. Kelekatan dan pola asuh moral karakter berpengaruh positif signifikan terhadap kemandirian remaja. Kelekatan aman dengan ibu berperan penting dalam mendukung kemandirian remaja melalui dukungan emosional, hubungan sosial yang sehat, dan rasa percaya diri, terutama pada anak perempuan. Pola asuh moral karakter juga memperkuat kemandirian, pengaturan diri, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Perubahan dari keluarga besar ke keluarga inti di Minangkabau berdampak pada pola pengasuhan anak, di mana peran mamak sebagai penjaga nilai adat melemah, sementara peran ayah menjadi lebih dominan. Namun, peran mamak tetap penting dalam mentransfer nilai adat. Kolaborasi antara ibu, ayah, dan mamak diperlukan untuk pendidikan karakter anak. Gaya pengasuhan permisif yang kurang mendukung kemandirian anak perlu beralih ke pendekatan yang lebih demokratis, dengan ibu memperkuat kelekatan emosional, ayah memberi contoh tanggung jawab, dan mamak menanamkan nilai adat. Penelitian lanjutan diharapkan dapat mengadopsi pendekatan campuran dengan wawancara mendalam dan survei guna memperoleh data yang lebih kaya tentang pengalaman remaja dalam konteks pengasuhan oleh ibu dan mamak. Selain itu, penelitian sebaiknya difokuskan pada remaja usia 15-18 tahun dan mempertimbangkan pengaruh eksternal seperti teman sebaya, media, dan pendidikan formal terhadap kemandirian remaja. Hal ini akan memberikan pandangan yang lebih menyeluruh mengenai berbagai faktor yang memengaruhi kemandirian remaja di Minangkabau.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleGaya Pengasuhan Ibu-Mamak, Kelekatan, Pola Asuh Moral Karakter dan Kemandirian Remaja pada Etnik Minangkabauid
dc.title.alternativeMother-Mamak Parenting Style, Attachment, Moral Character Parenting, and Adolescent Independence in the Minangkabau Ethnicity
dc.typeTesis
dc.subject.keywordgaya pengasuhanid
dc.subject.keywordKemandirianid
dc.subject.keywordKelekatanid
dc.subject.keywordpola asuh moral karakterid
dc.subject.keywordminangkabauid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record