Analisis Pemilihan Alat dan Mesin Pertanian (Traktor Roda 4 dan Combine Harvester) Berdasarkan Variabilitas Data Spasial (Studi Kasus : Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
Date
2025Author
Nugroho, Eko Fajar
Liyantono
Setiawan, Radite Praeko Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu faktor penting guna mendukung keberhasilan peningkatan produksi pertanian adalah penggunaan alat dan mesin pertanian. Berkurangnya tenaga kerja, kecilnya penggunaan lahan sawah, sawah dalam tanpa lapisan tanah keras (hardpan) akan menyulitkan alat dan mesin pertanian dalam bekerja. Dalam melakukan pengembangan mekanisasi pertanian, memerlukan basis data yang dititikberatkan pada parameter-parameter geografis, ekonomi, sosial dan budaya serta kelembagaan suatu wilayah. Konsep pengembangan ini bersifat dinamis sesuai dengan perubahan parameter dan lokasi yang digunakan. Selain itu, dalam usaha peningkatan indeks pertanaman, pengembangan mekanisasi pertanian harus dilakukan secara selektif yaitu alat dan mesin pertanian dikembangkan berdasarkan kondisi wilayahnya. Dari permasalahan tersebut, sebuah penelitian dirancang untuk untuk menggunakan analisis spasial sebagai evaluasi dalam pemilihan alat dan mesin pertanian yag dapat diterapkan pada lokasi tersebut. Jenis alat dan mesin pertanian yang akan digunakan yaitu traktor roda 4 dan combine harvester. Prosedur penelitian ini terdiri dari pengumpulan data spasial, pengambilan data lapangan mengenai nilai tahanan penetrasi (bearing capacity) di lahan sawah, pengumpulan data curah hujan harian dan melakukan analisis overlay tipologi ruang untuk mengetahui pengaruh karakteristik lahan terhadap nilai tahanan penetrasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan analisis spasial dalam pemilihan alat dan mesin pertanian dan memberikan rekomendasi alat dan mesin pertanian yang dapat digunakan ada wilayah tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah di dataran rendah Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh tanah dengan jenis Aluvial gleik, Kambisol gelik, dan Glesiol eutrik. Sampel lahan pengukuran nilai tahanan penetrasi diambil di areal sawah dataran rendah. Analisis overlay dilakukan untuk mengetahui tipologi ruang dari parameter jenis tanah dan kelas drainase, kelerengan lahan, tata guna lahan, dan jarak lahan sawah dari jaringan irigasi/drainase utama. Dari analisis overlay yang dilakukan, didapatkan 83 tipologi ruang. Dari 83 tipologi ruang, hanya diambil 9 sampel yang berada di 6 tipologi ruang (7% tipologi yang tersampel). Hasilnya yaitu lahan kategori 1 memiliki nilai tahanan penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan lahan kategori 2 dan 3. Lahan kategori 1 berada pada tipologi ruang nomor 64 yang memiliki jarak sangat dekat dengan jaringan irigasi/drainase utama. Sementara itu, lahan kategori 2 dan 3 berada pada tipologi ruang nomor 69, 73, 74, 77, dan 81 dimana memiliki jarak dekat, sedang, jauh, dan sangat jauh dari jaringan irigasi/drainase utama.
Dari analisis overlay tersebut, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan mesin pertanian melakukan lalu lintas pada lahan tersebut. Hasilnya adalah combine harvester dapat bekerja dengan baik di lahan sawah, harus mempunyai nilai sinkage maksimum 15 cm pada tekanan 1,2 kg/cm2. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran nilai tahanan penetrasi maka pada lahan sampel tidak memenuhi persyaratan untuk dapat diaplikasikan combine harvester. Apabila tetap dipaksakan untuk dioperasikan maka mesin akan tenggelam lebih dari 15 cm untuk lahan kategori 1 dan 2, serta lebih dari 20 cm untuk lahan kategori 3. persyaratan agar traktor roda 4 dapat bekerja dengan baik. Untuk pekerjaan pembajakan dengan menggunakan traktor roda 4, harus mempunyai nilai sinkage maksimum 3 cm pada tekanan 1,2 kg/cm2. Untuk melakukan pekerjaan penggaruan dengan menggunakan traktor roda 4, harus mempunyai nilai sinkage maksimum 10,5 cm pada tekanan 1,2 kg/cm2. Apabila dibandingkan hasil pengukuran nilai tahanan penetrasi, maka pada lahan sampel tidak memenuhi persyaratan untuk dapat diaplikasikan traktor roda 4 baik pada proses pembajakan maupun penggaruan. Hal ini disebabkan oleh tekanan penetrasi terukur pada kedalaman 10 cm menunjukkan nilai maksimum 1,0 kg/cm2. Apabila tetap dipaksakan untuk diaplikasikan maka traktor roda 4 dapat tenggelam 15 – 20 cm untuk lahan kategori 1 dan 2, serta lebih dari 20 cm untuk lahan kategori 3.
Mesin pertanian di Indonesia dapat berfungsi optimal pada lahan kering atau dengan kelembapan 27 – 40%, yang memerlukan saluran drainase untuk menghindari genangan air, terutama saat menggunakan mesin pemanen (combine harvester). Untuk tanah berlumpur atau dengan kandungan liat tinggi, kelembapan tanah menjadi faktor penting, sehingga selain pengondisian lahan, modifikasi mesin juga diperlukan. Modifikasi seperti roda traktor berbentuk tepi busur dapat meningkatkan performa dengan mengurangi tenggelamnya ban dan meningkatkan gaya reaksi terhadap tanah. Pada mesin pemanen, penyesuaian seperti memperluas lebar track atau mengurangi tekanan udara pada ban membantu meningkatkan area kontak dan mencegah terjebaknya mesin di lumpur, meskipun harus mempertimbangkan dampak bobot tambahan. Pemilihan track atau tekanan ban yang sesuai sangat penting untuk optimalisasi penggunaan mesin, terutama di medan sulit seperti tanah berlumpur, berpasir, atau bersalju.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2316]