Rancang Bangun Model Kepemimpinan pada Manajemen Proyek Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia
Date
2025Author
Misbahuddin
Triyonggo, Yunus
Suroso, Arif Imam
Ma'arif, Mohamad Syamsul
Metadata
Show full item recordAbstract
Laporan survei dari organisasi global menunjukkan bahwa kegagalan kinerja proyek secara signifikan dipengaruhi oleh kurangnya kompetensi kepemimpinan di kalangan manajer proyek. Dalam industri telekomunikasi, manajemen proyek dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, termasuk revolusi industri, metodologi proyek seperti waterfall, agile dan hybrid, manajemen perubahan, dan turbulensi tingkat tinggi pada lingkungan bisnis telekomunikasi. Industri telekomunikasi di Indonesia menghadapi tantangan seperti perkembangan teknologi yang pesat, sistem yang kompleks, persaingan tinggi, keterbatasan sumber daya, tuntutan perubahan serta kurangnya agility. Dengan fakta empiris banyak kegagalan proyek, sehingga menekankan pentingnya kompetensi kepemimpinan manajer proyek untuk memastikan keberhasilan dan tercapainya kinerja proyek baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Faktor-faktor ini menjadi dasar dilakukannya penelitian ini.
Penelitian ini memiliki empat tujuan utama. Pertama, bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi kepemimpinan manajer proyek di perusahaan telekomunikasi melalui tinjauan literatur dan analisis deskriptif. Tujuan kedua adalah menganalisis hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dan kinerja proyek dengan metode SEM-PLS. Tujuan ketiga adalah menyusun prioritas strategi peningkatan kompetensi kepemimpinan dengan pendekatan Fuzzy-AHP. Tujuan keempat adalah memproyeksikan skenario berkelanjutan masa depan mengenai kompetensi kepemimpinan manajer proyek di industri telekomunikasi melalui Scenario Planning.
Tujuan pertama menghasilkan profil deskriptif demografi dan lanskap industri telekomunikasi, yang menyoroti bahwa dua gaya kepemimpinan yang dominan dalam industri ini adalah kepemimpinan transaksional dan transformasional. Didapatkan profil manajer proyek telekomunikasi yang dominan pria, dominan berpendidikan perguruan tinggi, mayoritas menggunakan pendekatan manajemen proyek hybrid dan separuh sudah bersertifikasi. Hasil tujuan kedua yang menggunakan SEM-PLS dengan masukan responden dari 224 manajer proyek di 77 perusahaan telekomunikasi di Indonesia, menunjukkan bahwa baik kepemimpinan transaksional maupun transformasional tidak berdampak langsung terhadap kinerja proyek, namun dengan mediasi kepemimpinan ambidextrous, hubungan kedua kepemimpinan tersebut menjadi positif dan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Proyek. Hal ini menunjukkan pentingnya manajer proyek menerapkan gaya kepemimpinan ambidextrous. Diperoleh pula keterkaitan antara metodologi manajemen proyek (waterfall, agile, dan hybrid) dengan gaya kepemimpinan (masing-masing transaksional, transformasional, dan ambidextrous). Hasil dari tujuan ketiga dengan metode Fuzzy-AHP yang disusun dengan lima tingkatan dan berdasarkan interviu dan hasil kuesioner dari 15 pakar menghasilkan Prioritas Faktor yaitu keterampilan Kepemimpinan Ambidextrous, Prioritas Aktor adalah Manajer Proyek itu sendiri, Peningkatan Kinerja Proyek sebagai Prioritas Tujuan, dan Program Pengembangan Kepemimpinan sebagai Prioritas Strategi. Tujuan keempat dengan Scenario Planning, berdasarkan analisis PESTLE mengidentifikasi dua pendorong utama yaitu Kompleksitas Proyek dan Ketidakpastian Teknologi. Hasil ini digambarkan pada Matriks Skenario Proyek Telekomunikasi dengan empat kuadran skenario: Stabilitas, Kompleksitas, Inovasi, dan Disrupsi, yang masing-masing memiliki karakteristik dan proporsi gaya kepemimpinan yang berbeda. Integrasi keempat metode ini menghasilkan pengembangan Model Sintesis Kepemimpinan pada Manajemen Proyek Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia.
Penelitian ini memberikan kontribusi berharga baik dalam pengembangan khasanah teori manajemen kepemimpinan maupun dalam tataran praktis manajemen proyek pada industri telekomunikasi. Implikasi teoritis antara lain dengan mengkonfirmasi keterkaitan antara tiga teori kepemimpinan yaitu transaksional, transformasional dan ambidextrous, keterkaitan antara ketiga gaya kepemimpinan tersebut dengan pendekatan manajemen proyek waterfall, agile dan hybrid, serta keterkaitan antara gaya kepemimpinan dengan faktor motivasi dari tim proyek. Selain itu hasil dari scenario planning berupa Matriks Kompetensi Proyek Telekomunikasi dan hasil sintesis penelitian berupa Model Kepemimpinan pada Manajemen Proyek Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia menjadi masukan yang baru dalam penelitian manajemen kepemimpinan dan manajemen proyek telekomunikasi. Implikasi manajerial atau praktis berupa strategi program pengembangan kepemimpinan sesuai hasil dari Fuzzy-AHP dan strategi skenario kepemimpinan kedepan sesuai hasil dari Scenario Planning agar menjadi rujukan para praktisi manajemen proyek, organisasi atau perusahaan maupun asosiasi manajemen proyek. The survey reports from global organizations show that project performance failure is significantly influenced by a lack of leadership competency among project managers. In the telecommunications industry, project management is influenced by various external factors, including the industrial revolution, project methodologies such as waterfall, agile and hybrid, change management, and high levels of turbulence in the telecommunications business environment. The telecommunications industry in Indonesia faces challenges such as rapid technological developments, complex systems, high competition, limited resources, changing demands and lack of agility. With empirical facts, many project failures emphasize the importance of project manager leadership competence to ensure success and achieve project performance both now and in the future. These factors became the basis for conducting this research.
This research has four main objectives. First, it aims to explore the leadership conditions of project managers in telecommunications companies through a literature review and descriptive analysis. The second objective is to analyze the relationship between project manager leadership style and project performance using the SEM-PLS method. The third objective is to develop strategic priorities for improving leadership competency using the Fuzzy-AHP approach. The fourth objective is to project future sustainable scenarios regarding the leadership competence of project managers in the telecommunications industry through Scenario Planning.
The first objective produces a descriptive profile of the demographics and landscape of the telecommunications industry, highlighting that the two dominant leadership styles in the industry are transactional and transformational leadership. We obtained a profile of telecommunication project managers who were predominantly male, predominantly university educated, the majority used a hybrid project management approach and half were certified. The results of the second objective using SEM-PLS with respondent input from 224 project managers in 77 telecommunications companies in Indonesia, show that neither transactional nor transformational leadership has a direct impact on project performance, but with the mediation of ambidextrous leadership, the relationship between the two leaderships becomes positive and influential. significant to Project Performance. This shows the importance of project managers implementing an ambidextrous leadership style. There was also a relationship between project management methodologies (waterfall, agile, and hybrid) and leadership styles (transactional, transformational, and ambidextrous, respectively). The results of the third objective using the Fuzzy-AHP method which was arranged in five levels and based on interviews and questionnaire results from 15 experts produced Priority Factors namely Ambidextrous Leadership skills, Priority Actors were the Project Manager himself, Improvement of Project Performance as a Priority Goal, and Leadership Development Program as Strategy Priority. The fourth objective with Scenario Planning, based on PESTLE analysis, identifies two main drivers, namely Project Complexity and Technological Uncertainty. These results are depicted in the Telecommunications Project Scenario Matrix with four scenario quadrants: Stability, Complexity, Innovation, and Disruption, each of which has different characteristics and proportions of leadership styles. The integration of these four methods resulted in the development of a Leadership Synthesis Model in Telecommunication Company Project Management in Indonesia.
This research provides a valuable contribution both in the development of leadership management theory and in the practical level of project management in the telecommunications industry. Theoretical implications include confirming the relationship between three leadership theories, namely transactional, transformational and ambidextrous, the relationship between these three leadership styles and waterfall, agile and hybrid project management approaches, as well as the relationship between leadership styles and the motivational factors of the project team. Apart from that, the results of scenario planning in the form of a Telecommunications Project Competency Matrix and the results of a research synthesis in the form of a Leadership Model in Telecommunications Company Project Management in Indonesia are new input in research on leadership management and telecommunications project management. Managerial or practical implications in the form of leadership development program strategies according to the results of Fuzzy AHP and future leadership scenario strategies according to the results of Scenario Planning to become a reference for project management practitioners, organizations or companies and project management associations.