Amiloidosis pada Kuda Hiperimun Penghasil Antisera: Kajian Klinis, Patologis, dan Patologi Klinik
Date
2024Author
Arifianto, Dinar
Setiyono, Agus
Wibawan, I Wayan Teguh
Esfandiari, Anita
Amrozi
Metadata
Show full item recordAbstract
Hiperimunisasi yang diberikan secara terus menerus pada kuda dalam
proses produksi antisera menyebabkan penurunan kualitas kesehatan kuda.
Kejadian amiloidosis merupakan efek yang paling sering ditemukan. Amiloidosis
merupakan kelompok penyakit akibat protein yang mengalami kesalahan pelipatan
dan membentuk timbunan fibril amiloid pada jaringan ekstraseluler. Akumulasi
fibril amiloid tidak dapat didegradasi oleh enzim proteolitik, bersifat sitotoksik,
menginduksi apoptosis, dan mengganggu fungsi organ hingga menyebabkan
kerusakan organ secara permanen. Saat ini belum diketahui metode diagnosis noninvasif
yang dapat diandalkan dalam diagnosis amiloidosis. Perpaduan antara
pemeriksaan histopatologi, patologi klinik, dan gejala klinis yang muncul pada
kuda penghasil antisera perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sebaran
amiloid dalam tubuh kuda dan seberapa parah kerusakan organ yang ditimbulkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis temuan klinis yang muncul pada kuda
penghasil antisera, menganalisis timbunan amiloid dan kerusakan organ secara
patologi anatomis maupun histopatologis, dan menganalisis berbagai perubahan
patologi klinik yang terjadi pada kuda penghasil antisera. Hewan penelitian
merupakan kuda hibah dari PT. Bio Farma (Persero) Bandung sebanyak 12 ekor
yang terdiri atas 3 ekor kuda sehat (belum pernah digunakan sebagai penghasil
antisera), dan 9 ekor kuda produksi antisera yang telah diistirahatkan dari proses
produksi antisera. Kuda penelitian dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan
lamanya waktu aktif kuda sebagai hewan penghasil antisera. Kelompok I
merupakan kuda-kuda dengan masa aktif produksi antisera selama 2-3 tahun,
kelompok II dengan masa aktif produksi 4-5 tahun, kelompok III dengan masa aktif
produksi 6-7 tahun, dan kelompok kontrol merupakan kuda-kuda sehat yang belum
pernah digunakan sebagai penghasil antisera. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
terdiri atas pengukuran body condition score (BCS), inspeksi, pemeriksaan umum,
dan pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan patologi klinik terdiri atas
pemeriksaan hematologi rutin, pemeriksaan biokimia darah, indeks besi, serum
amiloid A (SAA), sumsum tulang, analisis urin, dan cairan peritoneum. Sebanyak
9 kuda dieutanasia untuk pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi dengan
pewarnaan hematoksilin eosin (HE) dan Congo red.
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
nyata pada parameter BCS, denyut jantung, temperatur, maupun frekuensi napas
(P>0,05) antar kelompok. Abnormalitas fisik yang ditemukan berupa adanya massa
di daerah leher dan uveitis bilateral yang berkaitan dengan proses hiperimunisasi,
sedangkan abnormalitas organ reproduksi serta ekstremitas gerak yang ditemukan
tidak berhubungan langsung dengan proses hiperimunisasi. Pemeriksaan
ultrasonografi transcutaneous menggunakan probe konveks frekuensi 3,5-5 MHz
pada hepar dapat digunakan dalam membantu diagnosis amiloidosis dengan melihat
secara detail perubahan yang terjadi. Pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan
adanya uveitis bilateral, hepatomegali, nodul hepatik, dan massa pada testis dan
ginjal. Berdasarkan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan Congo red
ditemukan fibril amiloid di sekitar hepatosit hepar, tubuli ginjal, dan pada uvea mata.
Amiloid terdeteksi berwarna merah salmon apabila diamati dengan mikroskop
cahaya dan menunjukkan warna merah berpendar pada pengamatan mikroskop
fluoresens. Kuda hiperimun penghasil antisera memiliki kadar total protein plasma,
globulin, dan fibrinogen di atas batas atas kisaran normal, namun nilai albumin,
aspartate aminotransferase, gamma glutamyl transferase, total bilirubin, kreatin
kinase, blood urea nitrogen, dan kreatinin berada pada kisaran normal. Kadar SAA
dalam darah kuda tersebut berada pada kisaran normal meskipun timbunan amiloid
positif ditemukan pada organ hepar, ginjal, dan mata. Selain itu perlakuan
hiperimunisasi menyebabkan anemia yang ditandai dengan penurunan jumlah
eritrosit yang signifikan (P<0,05), meskipun nilai Hb, PCV, trombosit dan
persentase retikulosit tidak mengalami perubahan yang signifikan (P>0,05).
Lamanya waktu paparan imunogen berpengaruh terhadap rasio mieloid:eritroid
sumsum tulang (P<0,05), namun tidak berpengaruh terhadap indeks besi (besi
serum, UIBC, TIBC, dan saturasi transferrin) (P>0,05). Hal tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan hiperimunisasi pada kuda menyebabkan anemia non-regeneratif
dengan jalur supresi eritropoiesis sumsum tulang dan tidak memengaruhi profil besi.
Pemeriksaan secara komprehensif terhadap kuda hiperimun penghasil antisera yang
terdiri dari pemeriksaan klinis, patologis, dan patologi klinik terbukti dapat
digunakan sebagai metode untuk menilai berbagai penurunan kondisi kesehatan
yang berkaitan dengan amiloidosis dan efek samping hiperimunisasi yang lain. Prolonged hyperimmunization during the production of horse antisera leads
to deterioration of horse health quality. Amyloidosis is the most common side effect
found in antisera-producing horses. Amyloidosis is a group of diseases caused by
protein misfolding that forms deposits of amyloid fibrils in the extracellular tissues.
Amyloid fibrils accumulation cannot be degraded by proteolytic enzymes, are
cytotoxic, induce apoptosis, disrupt organ function, and ultimately causing
permanent organ damage. At the moment, there is no reliable non-invasive
diagnostic method for the diagnosis of amyloidosis. Combining histopathological
examination, clinical pathology, and clinical symptoms in antisera-producing
horses is essential to determine the extent of amyloid distribution in the horse's body
and the severity of organ damage. This study was conducted to analyze amyloid
deposits and organ damage macroscopically and microscopically, measure and
analyze various changes in clinical pathology, and analyze the clinical findings that
appear in antisera-producing horses. The study was conducted from December 2022
to March 2023. The 12 horses used in the study came from PT. Bio Farma (Persero)
Bandung, which consisted of 3 healthy horses (never used as antisera producers),
and 9 antisera-producing horses that had been rested from the antisera production
process. The horses were divided into 4 groups based on the length of time they
have been actively producing antisera. Group I was horses with an active antisera
production period of 2-3 years, group II with an active production period of 4-5
years, group III with an active production period of 6-7 years, and the control group
was healthy horses that had never been used as antisera producers. The physical
examination consisted of body condition score (BCS) measurement, inspection,
general examination, and ultrasound examination. The clinical pathology
examination consisted of routine hematology, blood biochemistry, iron index,
serum amyloid A (SAA), bone marrow, urine and peritoneal fluid analysis. A total
of 9 horses were euthanized for organ examination and histopathology with
hematoxylin eosin (HE) and Congo red staining.
Clinical examination results showed that there were no significant differences in
body condition score (BCS) parameters, heart rate, temperature, or respiratory
frequency (P>0.05). The physical abnormalities found in the form of cervical mass at
the immunogen injection area and bilateral uveitis were related to the
hyperimmunization process, while the abnormalities found in reproductive organs and
limbs were not directly related to the hyperimmunization process. Transcutaneous
ultrasound examination using a 3.5-5 MHz frequency convex probe of the liver can be
used in assisting the diagnosis of amyloidosis by looking in detail at the changes that
are present. Postmortem examination showed bilateral uveitis, hepatomegaly, hepatic
nodules and renal mass. Based on histopathological examination with Congo red
staining, amyloid fibrils were found around the hepatocytes, renal tubules, and in the
uvea of both eyes. Amyloid fibrils were detected to be salmon red when observed by
light microscopy and showed a bright red color under fluorescence microscopy
observation. Antisera-producing hyperimmune horses had levels of total plasma
protein, globulin, and fibrinogen above normal limits, despite the albumin, aspartate
aminotransferase, gamma glutamyl transferase, total bilirubin, creatine kinase, blood
urea nitrogen, and creatinine levels were in the normal range. Serum amyloid A (SAA)
levels were at normal concentrations despite positive amyloid deposits detected in the
liver, kidneys and eyes. Hyperimmunization treatment caused anemia characterized by
a significant decrease in erythrocyte count (P<0.05), although Hb, PCV, platelet and
reticulocyte percentages did not change significantly (P>0.05). The duration of
immunogen exposure affected the bone marrow myeloid: erythroid ratio (P<0.05), but
had no effect on iron indices (serum iron, UIBC, TIBC, and transferrin saturation)
(P>0.05). This suggests that hyperimmunization treatment in horses causes nonregenerative
anemia by suppressing bone marrow erythropoiesis and does not affect
the iron profile. A comprehensive examination of antisera-producing hyperimmune
horses involving clinical, pathological and clinical pathology aspects can be used to
evaluate various health impairments associated with amyloidosis and other side effects
of hyperimmunization.
Collections
- DT - Veterinary Science [291]