Efisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa
Abstract
Rata-rata produksi cabai merah nasional meningkat setiap tahunnya. Namun, produksi di beberapa wilayah tidak mampu mencukupi permintaan cabai merah yang cenderung meningkat. Kesenjangan produksi cabai merah terjadi di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa menyebabkan ketergantungan pada produksi dari Pulau Jawa sedangkan pengembangan sentra produksi di luar Pulau Jawa belum mampu memenuhi permintaan yang tinggi di daerah tersebut atau daerah sekitarnya. Kesenjangan tersebut diakibatkan oleh alokasi penggunaan input produksi yang belum tepat dan dipengaruhi faktor lain seperti faktor sosial ekonomi di kedua wilayah tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi di kedua wilayah tersebut adalah dengan analisis efisiensi produksi terutama efisiensi teknis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi cabai merah di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa; menganalisis tingkat rata-rata efisiensi teknis usahatani cabai merah di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa; dan menganalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhi inefisiensi teknis usahatani cabai merah di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil Sensus Pertanian 2013 Subsektor Rumah Tangga Usahatani Tanaman Hortikultura 2014 (ST2013 SHR) Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis SFA (Stochastic Frontier Analysis) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi teknis serta faktor-faktor yang memengaruhinya di kedua wilayah dengan model yang terpisah antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih, pupuk unsur K, pupuk kandang, pestisida, tenaga kerja dan luas panen memengaruhi produksi cabai merah di Pulau Jawa sedangkan faktor yang memengaruhi produksi cabai merah di luar Pulau Jawa terdiri dari benih, pupuk unsur N, pupuk unsur P, pupuk kandang, pestisida, tenaga kerja dan luas panen. Tingkat kejenuhan unsur N dan P yang tinggi di Pulau Jawa mengakibatkan unsur tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi cabai merah sedangkan penggunaan unsur K yang rendah tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi cabai merah di luar Pulau Jawa. Rata-rata tingkat efisiensi teknis usahatani cabai merah di Pulau Jawa hanya mencapai 0,6322 sedangkan luar Pulau Jawa mencapai 0,6974 sehingga dapat diindikasikan usahatani cabai merah di Pulau Jawa dan di luar Pulau masih memiliki peluang berturut-turut sebanyak 0,3678 dan 0,3026 untuk meningkatkan efisiensi teknis melalui penekanan faktor inefisiensi. Pendidikan, penggunaan mulsa, benih bersertifikat, keikutsertaan dalam kelompok tani, dan musim tanam merupakan faktor-faktor yang mampu menurunkan pengaruh inefisiensi sedangkan keikutsertaan dalam koperasi, subsidi, dan akses kredit mampu meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah di Pulau Jawa. Pada wilayah luar Pulau Jawa, faktor berupa penggunaan mulsa, musim tanam, sistem tanam, dan jenis lahan dapat menurunkan inefisiensi teknis, sebaliknya keikutsertaan dalam koperasi dan subsidi dapat meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah.
Selain penggunaan input sesuai dengan SOP (Standar Operasional prosedur) budidaya cabai merah, petani dapat menggunakan mulsa dan melakukan penanaman di musim kemarau. Petani cabai merah di Pulau Jawa juga dapat mengoptimalkan penggunaan benih bersertifikat dan keikutsertaan dalam kelompok tani sedangkan petani cabai merah di luar Pulau Jawa dapat mengoptimalkan penanaman di lahan bukan sawah dan melakukan penanaman secara monokultur. Upaya untuk meningkatkan efisiensi teknis usahatani cabai merah di Pulau Jawa adalah pendampingan petani dalam keanggotaan koperasi, penekanan terhadap penyaluran subsidi pupuk dan akses kredit yang tepat guna dan waktu sedangkan upaya yang dapat dilakukan di luar Pulau Jawa adalah pendampingan keanggotaan koperasi dan penekanan terhadap penyaluran subsidi yang tepat guna dan waktu. The average national red chili production rises every year. However, production in some areas is insufficient to cover the increasing demand for red chili. The disparity of red chili production in Java and outside Java leads to reliance on output in Java. Developing production centers outside Java has not been sufficient to cover the high demand in the area or nearby areas. The disparity is caused by the allocation of the use of production inputs that have not been appropriate and influenced by other factors such as socio-economic factors in the two regions. One way to increase production in both regions is by analyzing production efficiency, especially technical efficiency. The study aimed to analyze the different factors that can affect red chili production in Java and outside Java; to identify the different levels of technical efficiency of red chili farming in Java and outside Java; and to analyze the various factors can influence the technical inefficiency of red chili farming in Java and outside Java. This study employed secondary data sourced from the Agricultural Census 2013 Subsector Household Farming Horticultural Crops 2014 (ST2013 SHR), Central Bureau of Statistics (BPS). The SFA (Stochastic Frontier Analysis) method is applied to estimate the technical efficiency level and its influencing factors.
The results showed that seeds, K-element fertilizer, manure, pesticides, labor, and harvest land affect the production of red chili in Java, while the factors which influence red chili production outside Java consist of seeds, N-element fertilizer, P-element, manure, pesticides, labor and harvest land. The high level of saturation of N and P elements in Java resulted in these elements not significantly affecting red chili production. Similarly, the use of low-level K elements did not have a substantial impact on red chili production outside Java. The average technical efficiency of red chili farming in Java is only 0,6322, while outside Java reaches 0.6974, so it can be indicated that red chili farming in Java and outside Java still has opportunities of 0.3678 and 0.3026 respectively to improve their technical efficiency through suppressing inefficiency factors. Education, mulch use, certified seeds, participation in farmer groups, and planting season are factors that can reduce the effect of inefficiency while participation in cooperatives, subsidies, and access to credit can increase the technical inefficiency of red chili farming in Java. In outside Java, factors such as mulch use, planting season, cropping system, and land type can reduce technical inefficiency, while participation in cooperatives and subsidies can increase the technical inefficiency of red chili farming.
Farmers cultivating red chili can enhance their practices by following the Standard Operating Procedure (SOP) and incorporating the use of mulch and the dry season. In Java, red chili farmers can maximize their yield by utilizing certified seeds and actively participating in farmer groups. Conversely, farmers outside Java can focus on optimizing planting in non-watery land and adopting monoculture practices. To improve the technical efficiency of red chili farming in Java, it is important to provide assistance with cooperative membership, ensure timely distribution of fertilizer subsidies, and facilitate access to appropriate credit. For farmers outside Java, the necessary efforts also include support for cooperative membership and ensuring timely and suitable distribution of subsidies.
Collections
- MT - Economic and Management [2999]