Efek pemberian intensitas cahaya dan konsentrasi limbah budidaya lele berbeda pada kapasitas fitoremediasi dan pertumbuhan lemna (Lemna perpusilla)
Date
2025Author
Waluyo, Agus
Nirmala, Kukuh
Awalina
Hastuti, Yuni Puji
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan lele menjadi salah satu komoditas perikanan budi daya yang populer di kalangan pembudi daya ikan. Produksi budi daya ikan lele terus meningkat dan telah mengarah pada intensifikasi budi daya. Kegiatan intensifikasi produksi akuakultur berimplikasi pada peningkatan penggunaan input terutama pakan dan air serta peningkatan produksi limbah per satuan luas lahan. Meningkatnya harga pakan dan kebutuhan air serta belum termanfaatkannya limbah produksi menjadi beberapa kendala yang selama ini dihadapi oleh pembudidaya.
Limbah budidaya lele, berpotensi dapat dimanfaatkan kembali melalui proses perombakan limbah organik menjadi sumber energi (proses biokonversi) dan dimanfaatkan untuk budidaya pakan alami seperti cacing sutera, daphnia dan beberapa jenis tanaman. Lemna merupakan salah satu tanaman air potensial yang dapat dimanfaatkan. Melalui proses fitoremediasi, lemna menyerap kadar nutrien dalam limbah dan menurunkan konsentrasinya, selanjutnya limbah yang telah di purifikasi dapat digunakan kembali dalam kegiatan budidaya sehingga dapat menghemat air. Sementara produksi biomassa lemna, memiliki nilai tambah karena lemna dapat dijadikan sebagai pakan alami atau pakan substitusi dalam kegiatan budidaya yang dapat mereduksi biaya produksi. Pemanfaatan lemna dalam kegiatan budidaya, juga mendukung konsep blue economy yang diprogramkan oleh pemerintah. Mudahnya pemeliharaan lemna, salah satunya dapat dipelihara pada media limbah budidaya karena lemna mampu tumbuh dalam lingkungan tinggi nutrien termasuk kadar amonia yang tinggi seperti limbah lele.
Sebagai organisme autotrofik, tingkat aktivitas fitoremediasi tingkat pertumbuhan lemna masih dipengaruhi dua faktor utama, yaitu keberadaan unsur hara dan intensitas cahaya. Di dalam lingkungan akuakultur, keberadaan unsur hara dipengaruhi oleh pakan dan feses yang berhubungan langsung dengan umur dan kepadatan ikan atau berkaitan dangan siklus produksi, sedangkan intensitas cahaya di alam dipengaruhi oleh cuaca.
Belum adanya data kinerja pertumbuhan dan fitoremediasi lemna pada pemanfaatan limbah budidaya lele untuk satu siklus produksi, berhubungan dengan perubahan konsentrasi limbah yang dihasilkan, serta perubahan tingkat intensitas cahaya matahari di alam, oleh karena itu penelitian ini dilakukan sebagai upaya evaluasi dan optimasi pemanfaatan lemna dalam kegiatan budidaya ikan lele.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktorial meliputi dua tahapan, yaitu tahap pendahuluan dan tahap utama. Penelitian tahap pendahuluan bertujuan untuk menganalisis perlakuan naungan dengan kenerja pertumbuhan lemna terbaik, terdiri atas kombinasi empat perlakuan konsentrasi limbah melalui pengenceran dan empat perlakuan naungan yaitu tanpa naungan (N0), naungan 25% (N25), naungan 50% (N50) dan naungan 75% (N75). Naungan terbaik diujikan kembali pada variasi konsentrasi limbah murni yang diambil dari kolam budidaya ikan lele di kawasan Bogor dengan pengelompokan pada umur pemeliharaan L1 (2 bulan), L2 (3 bulan) dan L3 (4 bulan). Pemeliharaan lemna dilakukan selama 18 hari. Pengukuran dan pengambilan parameter pengamatan dilakukan tiga hari sekali dengan parameter uji meliputi kierja pertumbuhan lemna (biomassa mutlak, specific growth rate dam produktivitas), efisiensi reduksi nutrien (TN, TP dan NH4+), Biological oxygen demand (BOD), Total suspended solid (TSS), kandungan klorofil-a dan proksimat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian naungan yang mereduksi cahaya matahari 25% (N25) diperoleh kinerja pertumbuhan lemna sedikit lebih tinggi namun nilainya tidak berbeda signifikan dengan N0. Akan tetapi, efek pada kapasitas fitoremediasi memperlihatkan nilai yang signifikan berbeda nyata (P<0,05), N25 menghasilkan tingkat efisiensi reduksi TN dan TP yang lebih tinggi, masing-masing nilainya adalah 61,94% dan 10,64%. Pada reduksi NH4+ dan BOD nilainya tetap tinggi yaitu 60,34% dan 43,99% namun tidak berbeda secara signifikan dengan N0. Untuk nilai TSS pemberian naungan tidak memberikan pengaruh yang signifikan, namun keberadaan lemna terbukti mampu menurunkan TSS. Lemna pada N25 terbukti secara signifikan memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dan serat yang rendah dibandingkan tanpa naungan (N0).
Secara umur budidaya ikan lele, limbah yang digunakan sebagai media kultur lemna yaitu umur 2 bulan (L1), 3 bulan (L2) dan 4 bulan (L3), secara signifikan memperlihatkan hasil bahwa limbah L1 dan L2 menghasilkan total kinerja pertumbuhan lemna yang lebih baik dibanding limbah lele umur 4 bulan (L3) yang memiliki kandungan konsentrasi nutrien awal mulai dari TN, TP, dan NH4+ masing-masing adalah 35,73 mg/L, 2,82 mg/L dan 19,28 mg/L.
Collections
- MT - Fisheries [3053]