Evaluasi Pakan Non Starch Polysaccharide Kadar Berbeda Terhadap Aktivitas Enzim, Histologi Usus dan Kecernaan Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Date
2024Author
Jr., Muchlisul Amal
Ekasari, Julie
Jusadi, Dedi
Setiawati, Mia
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang paling banyak dibudidaya di seluruh dunia karena memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, toleransi terhadap berbagai kondisi lingkungan, ketahanan terhadap stres dan penyakit, serta mudah menerima pakan buatan. Salah satu tantangan dalam budidaya ikan nila adalah tingginya harga pakan. Untuk menyiasati tingginya harga pakan salah satu strategi yang ditempuh oleh industri pakan akuakultur adalah penggunaan bahan pakan nabati. Penggunaan bahan pakan nabati yang saat ini semakin meningkat menyebabkan peningkatan kandungan non-starch polysaccharide (NSP) dalam pakan ikan. NSP mengandung rantai karbohidrat polimer panjang yang umumnya dapat terdiri hingga 90% dari dinding sel tanaman. NSP dalam bahan nabati yang digunakan pada produksi pakan bahkan bisa mencapai 22,7–50,5%. Komponen NSP terdiri atas lignin, selulosa, hemiselulosa, dan pektin, yang merupakan fraksi karbohidrat yang tidak termasuk pati dan gula bebas. NSP diklasifikasikan sebagai serat, komponen yang tidak dicerna oleh ikan dan sering dianggap tidak memiliki atau sedikit nilai gizinya karena sifat anti-nutrisinya. NSP umumnya tidak dapat dicerna oleh ikan karena terbatasnya sekresi enzim seperti selulase, glukanase dan xilanase untuk memecah rantai panjang NSP disaluran pencernaan ikan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa keberadaan NSP juga dapat membawa dampak positif terhadap mikrobiota usus dan air. Sampai saat ini, pengetahuan tentang efek langsung NSP dengan kadar berbeda dalam pakan masih belum banyak diteliti. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui kecernaan, aktivitas enzim serta histologi usus pada ikan nila. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas tiga perlakuan yaitu low NSP (11,59%), medium NSP (22,51%), high NSP (31,76%) dengan lima kali ulangan untuk masing-masing perlakuan. Pembuatan pakan uji diawali dengan menimbang bahan baku pakan sesuai formulasi dengan target protein 28%. Ikan yang digunakan berupa ikan nila dengan ukuran rata-rata panjang awal 10,91 ± 0,12 cm dan bobot awal 17,04 ± 0,11 g. Ikan berasal dari unit pembenihan kolam percobaan BDP IPB. Ikan dipelihara pada akuarium berukuran 60 x 50 x 50 cm sebanyak 15 unit dan 5 unit tambahan sebagai kontrol dengan menggunakan pakan komersil. Masing-masing unit dilengkapi dengan sistem aerasi untuk memberikan suplai oksigen. Padat tebar yang digunakan yaitu 15 ekor akuarium-1. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari. Pakan uji diberikan sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 secara at satiation. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian diketahui suhu pada media pemeliharaan berkisar 28,2-29,4 oC, pH 7,11-7,48, DO 4,14-4,94 mg L-1, dan amonia 0,00-0,50 mg L-1, nitrit 0,00-0,25 mg L-1, nitrat 5-20 mg L-1. Parameter yang dievaluasi pada penelitian ini antara lain analisis proksimat pakan, analisis kadar NSP dalam pakan, analisis komponen serat (NDF dan ADF), kinerja kecernaan, analisis enzim pencernaan, analisis kadar fosfor, kadar glukosa darah postprandial, histologi usus ikan dan parameter kinerja pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan low NSP menghasilkan nilai aktivitas enzim protease, lipase dan amilase yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (p<0,05). Pada pengukuran histologi usus perlakuan low NSP memiliki tinggi vili yang lebih panjang dan luas permukaan yang lebih lebar pada usus bagian tengah dibandingkan perlakuan medium NSP dan High NSP. Pada perlakuan high NSP menyebabkan terjadinya pemendekan tinggi vili dan luas permukaan vili pada usus bagian tengah dibandingkan perlakuan lainnya, namun kemudian terjadi peningkatan kembali pada usus bagian akhir. Nilai kecernaan protein, kecernaan lemak, kecernaan total, kecernaan energi dan kecernaan fosfor pada perlakuan low NSP memberikan nilai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan perlakuan medium NSP dan high NSP (p<0,05). Sedangkan pada nilai kecernaan karbohidrat menunjukkan perlakuan low NSP tidak berbeda nyata dengan perlakuan medium NSP. Selanjutnya pada perlakuan low NSP mengalami kenaikan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya setelah jam ke– 1 pemberian pakan dan mencapai puncak penyerapan glukosa darah pada jam ke– 2 kemudian menurun pada jam ke– 4. Sedangkan pada perlakuan medium NSP dan high NSP secara perlahan meningkat dan mencapai puncak penyerapan glukosa pada jam ke– 4, selanjutnya menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang lebih lambat pada jam berikutnya. Penyerapan glukosa darah pada semua perlakuan mengalami penurunan dan mendekati kondisi awal pada jam ke– 8. Pada kinerja pertumbuhan menunjukkan biomassa akhir, bobot akhir individu, pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan harian pada perlakuan low NSP menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Nilai jumlah konsumsi pakan dan rasio konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan high NSP. Nilai retensi protein, retensi lemak dan retensi fosfor pada perlakuan low NSP menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya (p<0,05). Pada penelitian ini juga melakukan pengujian kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberikan pakan komersil yang menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan perlakuan pakan NSP. Nilai tingkat kelangsungan hidup semua perlakuan menunjukkan tidak adanya kematian selama pemeliharaan ikan. Kesimpulan penelitian adalah pemberian pakan yang mengandung NSP pada ikan nila menunjukkan perlakuan low NSP (11,59%) memiliki hasil terbaik dibandingkan perlakuan NSP lainnya berdasarkan hasil uji aktivitas enzim, histologi usus ikan, kinerja kecernaan dan glukosa darah postprandial.
Collections
- MT - Fisheries [3053]