Dinamika Daya Saing dan Intensitas Persaingan Cerutu Indonesia di Pasar Internasional
Abstract
Ekspor merupakan kegiatan perdagangan internasional yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Komoditas tembakau merupakan produk ekspor andalan Indonesia yang berperan penting dalam ekspor sektor pertanian. Indonesia masih terlalu mengandalkan ekspor bahan mentah dibanding olahan seperti cerutu. Cerutu Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di pasar internasional dan melakukan ekspansi pasar. Akan tetapi Indonesia masih harus berhadapan dengan negara eksportir lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat daya saing, dinamika daya saing, dan intesitas persaingan ekspor cerutu Indonesia di pasar Internasional. Negara yang diamati sebagai negara pesaing yaitu Republik Dominika, Jerman, Belgia, Belanda, Spanyol, dan Hungaria. Analisis dilakukan dengan rentang waktu 12 tahun dengan kode Hermorized System (HS) yaitu 240210. Metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) untuk mengidentifikasi tingkat daya saing komparatif cerutu Indonesia, Export Dynamic Product (EPD) untuk menganalisis posisi daya saing kompetitif cerutu Indonesia, dan Model Almost Ideal Demand System (AIDS) untuk menganalisis persaingan cerutu Indonesia.
Hasil penelitian diperoleh ekspor cerutu Indonesia memiliki keunggulan komparatif dengan nilai trend daya saing yang terus meningkat, tetapi mengalami penurunan pada dua tahun terakhir. Daya saing cerutu Indonesia memiliki korelasi hubungan negatif dengan intensitas sedang dengan daya saing cerutu Belgia dan korelasi kuat dengan daya saing cerutu Jerman. Posisi daya saing cerutu Indonesia memiliki posisi retreat di periode pertama dan menjadi falling star di periode kedua. Pada periode ketiga mengalami peningkatan di posisi rising star dan kembali jatuh pada periode keempat di posisi lost opportunity. Elastisitas pendapatan cerutu Indonesia termasuk barang normal. Hasil elastisitas harga silang menunjukkan cerutu Indonesia cenderung bersaing dengan cerutu Belanda, Belgia, Spanyol, dan Hungaria serta memiliki hubungan dengan Republik Dominika dan Jerman sebagai barang komplementer. Berdasarkan hasil elastisitas harga permintaan cerutu Indonesia diperoleh nilai negatif dan kurang dari satu, yang artinya permintaan cerutu Indonesia bersifat inelastis.
Collections
- MT - Economic and Management [2999]