Ragam Jenis Kepiting Selat Sunda sebagai Manifestasi Pertemuan Dua Wilayah Pengelolaan Perikanan di Indonesia
Date
2024Author
Yudhistiro, Muhammad Khalid
Farajallah, Achmad
Priawandiputra, Windra
Metadata
Show full item recordAbstract
Kepiting merupakan salah satu anggota subfilum Crustacea yang termasuk dalam ordo Decapoda, yang terbagi menjadi dua subordo utama, yaitu Brachyura dan Anomura. Ordo Decapoda terdiri dari 14.756 spesies yang tersebar dalam 2.725 genus, dengan mayoritas anggotanya berasal dari subordo Brachyura (7.200 spesies) dan subordo Anomura (2.500 spesies). Di perairan Indonesia, diketahui terdapat sekitar 1.400 spesies dari subordo Brachyura dan 300 spesies dari subordo Anomura. Khusus di pantai bagian selatan Sumatera, telah ditemukan 15 spesies kepiting yang tergolong ke dalam enam famili, yaitu Ocypodidae, Grapsidae, Sesarmidae, Dorippidae, Portunidae, dan Porcellanidae. Kepiting memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem, seperti menjadi bioindikator kesehatan lingkungan perairan dan berfungsi sebagai keystone species yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Selain itu, keberagaman jenis kepiting juga berkontribusi pada rantai makanan dan dinamika ekologi di habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ragam jenis kepiting di semenanjung Sumatera bagian selatan dan membandingkan variasi habitat kepiting di dua wilayah semenanjung Sumatera bagian selatan serta mengidentifikasi jenis kepiting yang dominan di setiap habitat. Sampel kepiting dikoleksi dari 12 titik lokasi yang tersebar di semenanjung Sumatera bagian selatan, seperti wilayah Tanggamus, Lampung Barat, dan Lampung Timur menggunakan metode convenience sampling dan observation sampling. Sebanyak 33 spesies kepiting telah ditemukan, dengan 23 spesies di antaranya tercatat sebagai laporan baru untuk wilayah Lampung. Selain itu, empat spesies merupakan catatan distribusi baru untuk Sumatera. Perbandingan antara ketiga wilayah menunjukkan bahwa variasi habitat di Tanggamus mendukung keberadaan spesies kepiting yang lebih beragam. Sebaliknya, wilayah Lampung Timur dan Lampung Barat, yang memiliki variasi habitat lebih terbatas, menunjukkan tingkat keanekaragaman kepiting yang lebih rendah. Namun demikian, satu jenis kepiting yang dominan ditemukan di ketiga wilayah tersebut adalah Ocypode ceratophthalmus, yang menunjukkan kemampuan spesies ini untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi habitat di wilayah Lampung. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang jenis-jenis kepiting yang teridentifikasi serta variasi habitatnya di wilayah Selat Sunda. Pengetahuan mengenai keberagaman spesies ini dapat membantu memahami peran ekologi kepiting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Selain itu, penelitian ini juga berkontribusi pada pengayaan wawasan ilmiah dan literatur terkait ragam jenis kepiting di wilayah strategis seperti Selat Sunda, yang memiliki keunikan habitat dan keanekaragaman hayati yang penting untuk dilestarikan. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan habitat pesisir yang lebih berkelanjutan. Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi untuk studi lebih lanjut tentang keanekaragaman hayati di kawasan Selat Sunda.