Motivasi Pelaku UMKM Kuliner untuk Memperoleh Sertifikasi Halal
Abstract
Pada tahun 2020-2021 berdasarkan data BPJPH, di Provinsi DKI Jakarta telah diberikan 1483 fasilitasi sertifikasi halal yang juga diharapkan menjadi penggerak utama industri halal di Indonesia. Hal ini didasari atas data BPS Tahun 2020 yang mencatat DKI Jakarta memiliki 5159 dari total 11.223 usaha penyedia makanan dan minuman di Indonesia. Data diatas tersebut menunjukkan bahwa jumlah UMKM yang sudah disertifikasi halal masih sedikit. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu jumlah dan kapasitas sumber daya manusia sebagai penyelia halal terbatas, pengetahuan dan keterampilan dalam membuat manual halal sederhana tidak memadai, daftar bahan halal dan dokumen pendukung tidak mampu disediakan sehingga usulannya sering ditolak Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selain itu penyebab rendahnya jumlah UMKM yang mengajukan sertifikasi halal adalah kesadaran UMKM yang masih rendah untuk sertifikasi halal karena rendahnya literasi UMKM terkait informasi sertifikasi halal dan adanya anggapan dari pelaku UMKM bahwa setiap produk makanan yang diproduksi oleh UMKM adalah halal sehingga tidak diperlukan sertifikasi halal lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memotivasi pelaku UMKM kuliner untuk memperoleh sertifikasi halal, menganalisis faktor-faktor apa yang paling dominan memotivasi pelaku UMKM Kuliner untuk memperoleh sertifikasi halal dan merumuskan implementasi kebijakan sertifikasi halal bagi para pelaku UMKM kuliner di sentra kuliner/kantin wilayah Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh model persamaan untuk motivasi pelaku UMKM kuliner sebagai berikut: Y = 5,784 - 0,001X1 + 0,110X2 + 0,054X3 +0,027 + e. Hasil uji t menunjukkan bahwa dari empat faktor yang dianggap berpengaruh terhadap motivasi pelaku UMKM kuliner, hanya satu variabel yang berpengaruh, yaitu Gender (X1) dengan koefisien nilai sebesar 0,110. Hal ini berarti bahwa pengaruh Gender 1% maka akan diikuti oleh peningkatan motivasi sebesar 5,894% dengan asumsi ceteris paribus. Pada penelitian ini, perumusan strategi peningkatan motivasi bagi pelaku UMKM kuliner untuk memperoleh sertifikasi halal dengan menggunakan metode SWOT dan AHP. Berdasarkan hasil analisis menggunakan SWOT diperoleh lima alternatif strategi sebagai berikut, yaitu membuat serangkaian kegiatan pelatihan, dan pendampingan pendaftaran sertifikasi halal, memberikan fasilitasi sertifikasi halal gratis, meningkatkan peran lembaga keagamaan dan pendidikan untuk literasi produk halal terhadap masyarakat muslim, membangun institusi yang berhubungan dengan inovasi produk halal, dan sosialisasi sertifikasi halal melalui media informasi. Hasil analisis pengolahan data AHP menunjukkan bahwa alternatif strategi yang mendapat prioritas pertama adalah membuat serangkaian kegiatan pelatihan dan pendampingan pendaftaran sertifikasi halal. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat satu variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap motivasi pelaku UMKM kuliner dalam memperoleh sertifikasi halal, yaitu variabel gender (X2). Berdasarkan hasil analisis SWOT dan AHP diperoleh lima strategi prioritas yang dapat meningkatkan motivasi pelaku UMKM kuliner dalam memperoleh sertifikasi halal. Adapun prioritas: (1) Membuat serangkaian kegiatan
pelatihan, dan pendampingan pendaftaran sertifikasi halal; (2) Meningkatkan peran lembaga keagamaan dan pendidikan untuk literasi produk halal terhadap masyarakat muslim; (3) Memberikan fasilitasi sertifikasi halal gratis; (4) Membangun institusi yang berhubungan dengan inovasi produk halal; dan (5) Sosialisasi sertifikasi halal melalui media informasi. In 2020-2021, based on BPJPH data, 1483 halal certification facilities have been provided in DKI Jakarta Province, which is also expected to be the main driver of the halal industry in Indonesia. This is based on BPS data for 2020 which recorded that DKI Jakarta has 5,159 of the total 11,223 food and beverage providers in Indonesia. The above data shows that the number of UMKM that have been certified halal is still small. This is due to several factors, namely the number and capacity of human resources as halal supervisors are limited, knowledge and skills
in making simple halal manuals are inadequate, halal ingredient lists and supporting documents cannot be provided so that their proposals are often rejected by the Fatwa Commission Majelis Ulama Indonesia (MUI). Apart from that, the reason for the low number of UMKM applying for halal certification is the low awareness of UMKM regarding halal certification due to the low literacy of UMKM regarding halal certification information and the assumption by UMKM actors that every food product produced by UMKM is halal so that halal certification is no longer needed. Therefore, it is necessary to conduct research with the aim of identifying the factors that motivate culinary UMKM actors to obtain halal certification, analyzing what
factors most dominantly motivate culinary UMKM actors to obtain halal certification and formulating the implementation of halal certification policies for culinary MSME actors. in the culinary center/canteen area of South Jakarta. Based on the results of multiple linear regression analysis, an equation model for the motivation of culinary UMKM is obtained as follows: Y = 5,784 - 0,001X1 + 0,110X2 + 0,054X3 +0,027 + e. The results of the t-test show that of the four factors considered to influence the motivation of culinary UMKM actors, only one variable has an influence, namely: Gender (X1) with a coefficient value of 0,110. This means that the influence of Gender 1% then it will be followed by an increase in motivation of 5,894% assuming ceteris paribus. In this research, the formulation of a strategy to increase motivation for culinary UMKM actors to obtain halal certification using the SWOT and AHP methods. Based on the results of the analysis using SWOT, five alternative strategies were obtained as follows, namely creating a series of training activities and assistance with halal certification registration, providing free halal certification facilitation, increasing the role of religious and educational institutions for literacy of halal products among Muslim communities, building institutions related to innovation halal products, and the promotion of halal certification through information media. The results of the AHP data processing analysis show that the alternative strategy that gets first priority is to create a series of training activities and assistance for halal certification registration. Based on the results of the discussion that has been described, it can be concluded that there is one variable that has a big influence on the motivation of culinary MSME actors in obtaining halal certification, namely the gender variable (X2). Based on the results of the SWOT and AHP analysis, five priority strategies were obtained that can increase the motivation of culinary MSMEs in obtaining halal certification. The priorities are 1) Creating a series of training activities and assistance with halal certification registration. 2) Increasing the role of religious and educational institutions in literacy of halal products among Muslim communities. 3) Facilitate free halal certification. 4) Building institutions related to halal product innovation. 5) Socialization of halal certification through information media.
Collections
- MT - Professional Master [895]