Implementasi Micro Cathment Berbasis Komunitas Dalam Mendukung Imbal Jasa Lingkungan Dan Pencegahan Bencana Kekeringan Serta Erosi Di Kawasan Lereng Gunung Merapi
View/ Open
Date
2024Author
Ismail, Ahyar
Prihantoro, Iwan
Prabowo, Sigid
Ilham, Qori Pebrial
Suriansyah, Mohamad Iqbal
Metadata
Show full item recordAbstract
Bencana erosi, longsor dan kekeringan yang terjadi di wilayah lereng gunung Merapi
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik fisik tanah, jenis vegetasi yang
menjadi tanaman pokok di kawasan tersebut tidak mendukung prinsip konservasi lahan, pola
tanam masyarakat yang tidak ramah lingkungan, kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan
pentingnya konservasi masih rendah. Lebih parahnya lagi, salah satu sumber pendapatan
masyarakat di wilayah tersebut adalah dominan dari beternak sapi perah yang membutuhkan
air dalam jumlah yang banyak untuk proses produksinya. Disatu sisi ternak perah
membutuhkan kondisi klimat lingkungan yang dingin untuk dapat berproduksi optimal,
sehingga antara jumlah level kebutuhan air dan suhu mikroklimat yang ideal untuk sapi perah
selalu berada pada posisi berlawanan. Dengan demikian penyediaan air bersih di wilayah
lereng gunung Merapi merupakan suatu keniscayaan yang harus diselesaikan. Maka salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan guna penyelesaian masalah bencana erosi, longsor dan
kekeringan di wilayah gunung Merapi tanpa mengganggu sumber pendapatan masyarakat
sebagai petani dan peternak adalah dengan penanaman tanaman dengan kemampuan
multifungsi yakni fungsi konservasi, fungsi ekonomi yaitu sebagai sumber pakan ternak dan
tanaman pertanian yang berakar dalam atau yang termasuk dalam kategori Multi Purpose Tree
Species (MPTS) diantaranya : Kopi, Coklat, Mahoni, Sengon, Gayam, Alpukat, Nangka,
Mindi, Afrika, Indigofera, Pakchong, dan lainnya.
Tujuan Rekacipta Dana Padanan 2024 yaitu : (1) Menurunkan angka kejadian erosi di
wilayah program (hulu) lereng Gunung Merapi; (2) Peningkatan kadar air tanah di wilayah
program; (3) Peningkatan peran serta masyarakat dalam aktivitas konservasi lahan melalui
micro-catchment berbasis komunitas; (4) Jaminan keberlanjutan implementasi sistem
imbal jasa lingkungan; (5) Implementasi inovasi/kreasi reka di masyarakat.
Hasil kegiatan berupa dokumen site plan pemetaan lokasi penanaman dan jenis vegetasi
sudah selesai. Luasan penanaman pohon MPTS (Multi Purpose Tree Species), Pakchong dan
Indigofera pada kegiatan ini secara total melebihi target yakni 25,32 Ha (101,28%). Untuk itu
diwaktu mendatang sebagai dampak dari kegiatan ini diharapkan dapat mencegah erosi/longsor
minimal 50% dari sebelumnya. Kegiatan lain berupa pembuatan pupuk hayati mikoriza saat
ini sedang dalam proses pembuatan menunggu hingga 3 bulan dan untuk pembuatan pupuk
kompos masing-masing desa telah memproduksi sekitar 1 ton/desa, sehingga total mendekati
5 ton melampaui target 2,5 ton (dengan pupuk hayati).
Sistem aplikasi SPACES (Smart Payment for Environmental Services) untuk Imbal Jasa
Lingkungan (IJL) yang dibangun telah dipahami oleh semua petani peserta pelatihan, namun
perlu terus didampingi dan diedukasi terutama terkait pemahaman valuasi ekonomi. Untuk
mendukung terlaksananya IJL secara berkelanjutan telah 19 kelompok tani dari semua desa
yang secara tertulis menyatakan dukungannya. Untuk lebih memahami dan meningkatkan
kemampuan kompetensi petani secara mandiri dengan Aplikasi SPACES maka telah dilakukan
pelatihan dan pendampingan input data berupa workshop serta telah dilanjutkan input data on
the spot di lapangan. Untuk mendukung transfer IT yang baik maka telah dibuat juga Buku
Panduan dari sistem Aplikasi IJL ini.