Analisis Keberadaan dan Tanggap Kebal Terhadap Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada Anjing dan Kucing di Indonesia
Date
2024Author
Arios, Yunetta Putri
Pamungkas, Joko
Wibawan, I Wayan Teguh
Iskandriati, Diah
Metadata
Show full item recordAbstract
Kemunculan dan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada tahun 2019 telah mengejutkan seluruh dunia. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru yang dikenal sebagai SARS-CoV-2. Virus ini diperkirakan berasal dari satwa liar dan pertama kali teridentifikasi di pasar hewan di Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun 2019. COVID-19 dilaporkan dapat menyebar ke hewan domestik, termasuk anjing, kucing, dan cerpelai. Meskipun kasus COVID-19 pada hewan relatif jarang terjadi dibandingkan pada manusia, terdapat beberapa kasus pada hewan yang tercatat di berbagai negara. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti batuk, infeksi saluran pernapasan atas, dan demam pada hewan.
Fakta bahwa hewan kesayangan dapat terinfeksi SARS-CoV-2 menimbulkan pertanyaan mengenai potensi penularan penyakit ini dari hewan kesayangan ke manusia. Kedekatan hewan kesayangan dengan manusia tercermin dalam interaksi mereka, seperti tidur bersama, memeluk, dan mencium hewan kesayangan. Pajanan langsung dan tidak langsung ke hewan yang berbagi ruang yang sama dengan manusia yang terinfeksi SARS-CoV-2 bukanlah hal baru dalam bidang ilmiah. Banyak laporan ilmiah dari berbagai negara menunjukkan bukti adanya penularan dari manusia yang terinfeksi SARS-CoV-2 kepada hewan kesayangan, seperti anjing dan kucing.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa hewan kesayangan, anjing dan kucing dapat membawa virus penyebab COVID-19 dari luar negeri ke dalam negara Indonesia dan antibodi yang terbentuk juga dideteksi memiliki kemampuan netralisasi terhadap virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Penelitian ini bermanfaat meningkatkan pemahaman tentang parameter dan risiko infeksi SARS-CoV-2 pada situasi lapangan dan mengadaptasi langkah-langkah mitigasi risiko yang sesuai terkait dengan hewan yang dilalulintaskan.
Penelitian dilaksanakan dari tahun 2022–2023. Sampel yang digunakan adalah sampel darah dan swab naso/orofaringeal dari anjing dan kucing, yang diambil di beberapa klinik di Bogor serta Instalasi Karantina Hewan, Bandara Soekarno Hatta. Sampel di Instalasi Karantina Hewan berasal dari 28 negara yang melakukan eksportasi anjing dan kucing ke Indonesia selama periode 2021–2022. Negara-negara tersebut meliputi Belanda, Rusia, Ukraina, Vietnam, Amerika Serikat, Australia, Filipina, Korea Selatan, Malaysia, Republik Ceko, Inggris, Afrika Selatan, Finlandia, Spanyol, Jerman, Prancis, dan lainnya. Sampel dari klinik hewan diperoleh dari beberapa klinik di Bogor, Bekasi dan Depok. Pengambilan sampel ini telah mendapat persetujuan atau informed consent dari pihak terkait, termasuk pemilik hewan dan institusi.
Data seroprevalensi SARS-CoV-2 pada anjing dan kucing diperoleh melalui metode Enzyme-linked immunosorbent assay (indirect ELISA). Hasil pengujian titer antibodi terhadap SARS-CoV-2 pada serum anjing dan kucing menunjukkan sebanyak 8 dari 181 serum dengan presentase 4,42% seropositif terhadap SARS-
CoV-2, yaitu dua ekor anjing sebesar 3,8% dan enam ekor kucing sebesar 4,7%. Distribusi asal hewan yang memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2 adalah satu ekor anjing dari Belarusia, satu ekor anjing dari Belanda, tiga ekor kucing asal Rusia dan sisanya tiga ekor kucing dari klinik di Indonesia. Pengujian netralisasi antibodi dilakukan menggunakan metode Surrogate Virus Neutralization Test (sVNT) untuk menguji kemampuan netralisasinya. Sampel uji yang digunakan pada metode sVNT adalah sampel yang terdapat antibodi, pada pengujian dengan ELISA. Antibodi penetral terhadap SARS-CoV-2 terdeteksi pada empat hewan dalam penelitian ini (sebanyak 33,3%), dengan seroprevalensi yang ditemukan pada anjing sebesar 50% dan kucing sebesar 25%. Mayoritas antibodi penetral mampu mencegah interaksi antara protein lonjakan SARS-CoV-2 (RBD) dan reseptor ACE2 sebesar 31-32% (anjing) dan 81-89% (kucing). Terdapat dua ekor kucing yang tingkat penghambatannya hampir mencapai cut off, yaitu 25% dan 26%. Penghambatan tertinggi terjadi pada dua ekor kucing dari Rusia, sedangkan pada anjing, satu ekor berasal dari Belanda sebesar 32% dan diikuti oleh seekor anjing dari Rusia sebesar 31%. Deteksi materi genetik virus dilakukan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil pengujian pada swab orofaring dari anjing dan kucing di beberapa klinik dan Instalasi Karantina Hewan Soekarno-Hatta menunjukkan hasil negatif untuk semua sampel uji, termasuk hewan yang tinggal di rumah yang sama dengan manusia yang terkonfirmasi terinfeksi SARS-CoV-2. Hasil menunjukkan tidak ada virus yang bersirkulasi pada hewan kesayangan (kemungkinan akibat pembersihan oleh sistem kekebalan hewan). Ketiadaan virus pada anjing dan kucing menggunakan metode PCR dianggap wajar jika hewan-hewan tersebut telah membersihkan virus pada saat pengambilan sampel melalui swab orofaringeal. Kesimpulan penelitian ini adalah terjadi infeksi SARS-CoV-2 pada anjing dan kucing baik yang dilalulintaskan dari luar negeri maupun yang berasal dari klinik hewan di Bogor, Depok dan Bekasi (Indonesia). Terdapat antibodi spesifik terhadap SARS-CoV-2 yang ditemukan pada anjing dari Rusia dan kucing dari Belanda. Materi genetik SARS-CoV-2 tidak terdeteksi pada semua sampel yang diuji. Potensi hewan kesayangan anjing dan kucing yang masuk ke Indonesia sebagai penular SARS-CoV-2 sangat rendah. Aturan lalulintas pemasukan anjing dan kucing dari luar negeri ke Indonesia masih harus dilaksanakan dengan merevisi beberapa hal seperti persyaratan dokumen dan metode uji.
Collections
- DT - Veterinary Science [291]