Show simple item record

dc.contributor.advisorMuljono, Pudji
dc.contributor.advisorLubis, Djuara P.
dc.contributor.advisorVirianita, Ratri
dc.contributor.authorLestari, Amilia
dc.date.accessioned2024-12-25T11:03:12Z
dc.date.available2024-12-25T11:03:12Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160321
dc.description.abstractEkowisata Air Terjun Curup Kereta Desa Rambang Jaya merupakan salah satu Kawasan wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat yang menjadi salah satu wisata favorit yang ada dikabupaten Way Kanan-Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari praktik sosial dalam pengembangan ekowisata Air Terjun Curup Kereta berbasis masyarakat berdasarkan : (1) Menganalisis praktik sosial dalam pengembangan ekowisata Air Terjun Curup Kereta berbasis masyarakat. (2) Menganalisis dominasi, signifikansi dan legitimasi (D-S-L) sebagai struktur yang memengaruhi pengembangan ekowisata Air Terjun Curup Kereta berbasis masyarakat. (3) Menganalisis interaksi aktor sebagai pihak yang terlibat dalam pengembangan ekowisata Air Terjun Curup Kereta berbasis masyarakat. Penelitian ini dilakukan melalui metode kualitatif, melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik sosial adalah hasil dari antara struktur dan interaksi sosial. Praktik sosial dapat dilihat dari tindakan konkret yang dilakukan oleh masyarakat, seperti partisipasi dalam rapat-rapat pengelolaan, keterlibatan dalam pembersihan lahan, serta pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan daya tarik wisata. Pengambilan keputusan dalam pengelolaan ekowisata didominasi oleh kepala desa dan keluarganya, yang memiliki kekuasaan struktural untuk menentukan arah pengembangan. Partisipasi dari masyarakat setempat dianggap sebagai aktor signifikan dalam proses tersebut. Legitimasi kepemimpinan kepala desa diperoleh melalui mekanisme turun temurun, yang sering kali dipertahankan untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di desa. Interaksi antar aktor, termasuk kepala desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan masyarakat setempat, menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam distribusi kekuasaan dan tanggungjawab. Meskipun ada keterbukaan terhadap keterlibatan pihak luar, hingga saat ini belum ada kolaborasi eksternal yang signifikan. Pandemi Covid-19 memperburuk kondisi dengan menurunnya jumlah pengunjung dan kurangnya inovasi baru, yang menunjukkan perlunya restrukturisasi dalam interaksi dan peran aktor. Penelitian ini memerlukan partisipasi yang lebih inklusif harus didorong dengan melibatkan anggota masyarakat dari berbagai latar belakang dalam perencanaan dan pengelolaan. Pelatihan dan pemberdayaan bagi masyarakat sangat penting untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam pengelolaan ekowisata. Keterlibatan aktif dari Dinas Pariwisata juga disarankan untuk memberikan dukungan regulasi, pelatihan, dan pendampingan. Kata Kunci : ekowisata, masyarakat, praktik sosial.
dc.description.abstractThe Curup Kereta Waterfall Ecotourism in Rambang Jaya Village is a community-managed tourism area and a favorite destination in Way Kanan, Lampung. This study aims to examine the social practices in the community-based development of Curup Kereta Waterfall ecotourism, focusing on: (1) Analyzing social practices in the community-based development of Curup Kereta Waterfall ecotourism. (2) Analyzing domination, significance, and legitimacy (D-S-L) as structures influencing the development of Curup Kereta Waterfall ecotourism. (3) Analyzing the interactions of actors involved in the community-based development of Curup Kereta Waterfall ecotourism. The research was conducted using qualitative methods, including in-depth interviews, field observations, and document analysis. The results show that social practices arise from the interaction between structure and social dynamics. Social practices can be observed through concrete actions taken by the community, such as participation in management meetings, involvement in land cleaning, and the execution of activities aimed at enhancing the appeal of the site. Decision-making in ecotourism management is dominated by the village head and his family, who hold structural power to determine the direction of development. The participation of the local community is considered a significant actor in the process. The legitimacy of the village head's leadership is established through hereditary mechanisms, often maintained to preserve social and economic stability in the village. The interactions among actors, including the village head, Village-Owned Enterprises (BUMDes), the Tourism Awareness Group (Pokdarwis), and the local community, reveal an imbalance in the distribution of power and responsibilities. Although there is openness to external involvement, no significant external collaboration has yet materialized. The Covid-19 pandemic exacerbated conditions, with a decline in visitors and a lack of new innovations, highlighting the need for restructuring interactions and roles among actors.This study suggests that more inclusive participation should be encouraged by involving community members from diverse backgrounds in planning and management. Training and empowerment for the community are crucial to enhance their capacity in ecotourism management. Active involvement from the Tourism Office is also recommended to provide regulatory support, training, and guidance. Keywords: community, ecotourism, social practice.
dc.description.sponsorshipLPDP
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePraktik Sosial Pengembangan Ekowisata Air Terjun Curup Kereta Berbasis Masyarakatid
dc.title.alternativeThe Social Practice of Community-Based Development of Curup Kereta Waterfall Ecotourism
dc.typeTesis
dc.subject.keywordekowisataid
dc.subject.keywordmasyarakatid
dc.subject.keywordpraktik sosialid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record