dc.description.abstract | Penelitian ini berfokus pada pengelolaan limbah cair dari aktivitas perikanan
di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Sebagian besar limbah yang di
hasilkan dikawasan tersebut berasal dari aktivitas nelayan, pelelangan ikan, pasar
lokal, dan aktivitas melaut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plastik bekas
makanan, alat tangkap yang rusak, kemasan, dan limbah cair dari aktivitas pasar
dan melaut merupakan kontributor utama sampah di PPS Belawan. Beberapa
kendala utama dalam pengelolaan sampah termasuk tindakan pembakaran limbah
padat domestik, pembuangan langsung ke laut, dan pembuangan di belakang rumah.
Pembuangan limbah secara langsung ke laut dapat merusak ekosistem laut.
Sebanyak 36% limbah padat dibakar di halaman, sementara 32% dibuang langsung
ke laut. Penanganan limbah saat ini melibatkan pengangkutan sekitar 22% limbah
oleh petugas dinas kebersihan, yang merupakan langkah positif dalam mengurangi
dampak lingkungan dari pembakaran. Namun, sekitar 32% limbah masih dibuang
ke laut, menyebabkan pencemaran langsung pada ekosistem laut di sekitar PPS
Belawan.
Pengambilan sampel kualitas air laut menunjukkan bahwa beberapa
parameter kualitas air, seperti Total Suspended Solids (TSS) dan Amonia, melebihi
baku mutu yang ditetapkan. Tingginya nilai TSS disebabkan oleh sedimentasi dari
darat dan limbah yang dihasilkan dikawasan PPS Belawan yang dibawa oleh air
menuju muara laut. Kandungan amonia yang tinggi disebabkan oleh ikan mati yang
dibuang ke laut dan tidak adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di PPS
Belawan. Penelitian juga merinci perencanaan kapasitas IPAL dan merancang pola
interaksi stakeholders dalam penanganan limbah. Terdapat lahan yang cukup untuk
membangun IPAL, dan penggunaan teknologi pengolahan biologis
direkomendasikan untuk mengatasi kandungan organik tinggi dan logam berat
dalam limbah cair.
Analisis hirarki menunjukkan lima level hirarki dalam pengelolaan limbah
di PPS Belawan. Manajemen PPS Belawan dan pengusaha diidentifikasi sebagai
aktor utama. Stakeholder lebih memprioritaskan aspek ekonomi dalam pengelolaan
limbah, dengan infrastruktur dan pengelolaan limbah menjadi fokus kriteria utama.
Alternatif pengelolaan limbah yang diusulkan mencakup habituasi terhadap limbah,
implementasi teknologi zero waste, dan pemanfaatan limbah untuk kegiatan lain.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa perubahan perilaku terhadap limbah,
implementasi teknologi pengolahan yang efisien, dan kerja sama stakeholder yang
baik diperlukan untuk mencapai pengelolaan limbah yang berkelanjutan di PPS
Belawan | |