Diagnosis Dini Retensi Plasenta Pada Sapi Friesian Holstein (FH) Berdasarkan Biokimia Darah dan Hemogram
Date
2024Author
Retnawati, Dwi Walid
Setiadi, Mohamad Agus
Supriatna, Iman
Tumbelaka, Ligaya I.T.A.
Metadata
Show full item recordAbstract
Gangguan reproduksi mempunyai kontribusi dalam penurunan populasi sapi
dan produksi air susu yang dihasilkan, hal ini disebabkan oleh rendahnya status
kesehatan hewan maupun kesehatan reproduksinya. Retensi plasenta adalah suatu
gangguan reproduksi yang terjadi akibat kegagalan seluruhnya atau sebagian
selaput fetus atau plasenta dari uterus setelah fetus keluar. Secara fisiologis plasenta
akan dikeluarkan oleh tubuh dalam waktu 8- 12 jam postpartus. Penyebab utama
kejadian retensi plasenta adalah kegagalan pada saat proses pelonggaran kotiledon
dan karankula pada uterus yang dikaitkan oleh faktor infeksi dan non infeksi seperti
kekurangan selenium dan vitamin E serta radikal bebas akibat stres oksidatif. Pada
masa periparturien terjadi perubahan metabolisme dan penurunan kekebalan tubuh
sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebab retensi plasenta dan korelasinya berbagai metabolit dalam darah terhadap
kejadian retensi plasenta.
Tujuan dari penelitian ini ialah: (1) Menganalisis biokimia darah (Blood Urea
Nitrogen, glukosa, protein dan kalsium) sebagai indikator diagnosa pada kasus
retensi plasenta; (2) Menganalisis hubungan stres oksidatif dengan kejadian retensi
plasenta melalui pengamatan konsetrasi Selenium (Se) dan Malondehaldehide
(MDA) dalam darah; (3) Mengamati gambaran darah (Hemogram) pada kejadian
retensi plasenta pada sapi Friesian Holstein (FH); dan (4) Menentukan waktu
terbaik pengambilan sampel untuk memprediksi kasus retensi plasenta.
Penelitian pertama digunakan sapi 46 ekor terdiri 21 ekor retensi plasenta
(RP) dan 25 ekor non retensi plasenta (NRP), diukur Se dan MDA; total protein,
Blood Urea Nitrogen (BUN), glukosa dan kalsium; serta hematologi dan diferensial
leukosit. Selanjutnya pada penelitian ke-2 menggunakan sapi 20 ekor terdiri 5 ekor
retensi plasenta (RP) dan 15 ekor non retensi plasenta (NRP), diukur kadar MDA
plasma. Sampel darah diambil saat ±3 minggu prepartus dan ±1 minggu prepartus,
12 jam postpartus dan 3 minggu postpartus melalui vena coccygea atau vena
jugularis. Pengujian Se dengan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry
(ICP-MS), MDA dengan spektrofotometer. Pemeriksaan biokimia darah
menggunakan spektrofotometer fuji film. Pemeriksaan hematologi dilakukan
menggunakan hematology analyzer dan diferensial leukosit berdasarkan preparat
ulas darah.
Hasil penelitian menunjukkan total protein ±3 minggu prepartus pada RP dan
NRP tidak berbeda nyata (7.76 g/dL Vs 7.78g/dL) kemudian pada ±1 minggu
prepartus terjadi penurunan pada kelompok RP (7.72g/dL) sementara itu kelompok
NRP mengalami kenaikan (9.00g/dL) dengan nilai berbeda nyata. Kadar BUN pada
±3 minggu prepartus kasus RP dan NRP memiliki nilai yang tidak berbeda nyata
(12.79 mg/dL vs 13.20 mg/dL), pada ±1 minggu prepartus kelompok RP mengalami
kenaikan yang signifikan dibanding dengan NRP (16.60 mg/dL vs 14.41 mg/dL).
Hasil analisis glukosa ±3 minggu prepartus pada RP dan NRP tidak menunjukkan
perbedaan nyata (44.14 mg/dL vs 44.48 mg/dL), selanjutnya pada ±1 minggu
prepartus mengalami kenaikan yang tidak signifikan baik kelompok RP dan NRP
(47.91 mg/dL vs 48.92mg/dL). Kadar kalsium ±3 minggu prepartus pada RP dan
NRP tidak berbeda nyata (6.95 mg/dL vs 6.79mg/dL) dan keduanya mengalami
penurunan ±1 minggu prepartus dengan nilai yang tidak berbeda nyata (6.43mg/dL
vs 6.78mg/dL). Berdasarkan hasil penelitian satu minggu menjelang kelahiran
terjadi kenaikan yang signifikan pada parameter BUN pada kasus RP dibandingkan
dengan yang NRP. BUN dapat menjadi kandididat kuat untuk memprediksi
terjadinya retensi plasenta pada sapi perah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Se sapi RP pada 3 minggu
prepartus (48.45 ng/mL), mengalami penurunan secara signifikan pada 1 minggu
prapartus (34.74 ng/mL) dan 12 jam postpartus (33.39 ng/mL), kemudian
mengalami peningkatan pada 3 minggu postpartus (34.04 ng/mL). Kadar Se sapi
NRP selama 3 minggu prepartus (60.96 ng/mL), mengalami penurunan yang
signifikan pada 1 minggu prapartus (38.84 ng/mL) dan 12 jam postpartus (37.09
ng/mL), namun mengalami peningkatan pada 3 minggu postpartus (39.53 ng/mL).
Kadar MDA pada penelitian pertama sapi RP pada 3 minggu prepartus (2.98
nmol/mL) mengalami peningkatan yang signifikan pada 1 minggu prepartus (6.43
nmol/mL) selanjutnya pada sapi NRP kadar MDA 3 minggu prepartus (2.01 ng/mL)
mengalami peningkatan yang signifikan (3.15 nmol/mL), Hal ini sejalan dengan
kadar MDA pada penelitian ke 2 adanya peningkatan yang signifikan pada sapi RP
maupun NRP pada 3 minggu prepartus ke 1 minggu postpartus. Dari hasil penelitian
dapat disimpulakn bahwa kadar Se dan MDA sebagai penanda stres oksidatif pada
1 minggu prapartus dapat dijadikan diagnosi dini pada kejadian retensi plasenta.
Hasil penelitian menunjukan tingkat leukosit (18.04 × 103/µL) pada ± 3
minggu prepartum mengalami peningkatan yang signifikan pada 1 minggu
prepartus (23.91 x 103 / µL) pada sapi dengan RP. Sedangkan pada sapi NRP
leukosit tidak mengalami perbedaan yang signifikan pada pada 3 minggu prepartus
ke 1 minggu prepartus. Sapi dengan RP dan NRP memiliki jumlah eritrosit dan
hemoglobin yang tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan pada deferensial
leukosit, jumlah limfosit sapi RP dan NRP mengalami peningkatan dari nilai
normal (1.80 – 8.10 x103sel/µL) pada periode 3 minggu prepartus (12.56 x
103sel/µL Vs 13.39 x 103sel/µL), periode 1 minggu prepartus (16.99 x 103sel/µL
Vs 14.67 x 103sel/µL), periode 12 jam postpartus ( 21.97 x103sel/µL Vs 17.93 x
103sel/µL) dan periode 3 minggu postpartus (21.06 x 103sel/µL Vs 18.88 x
103sel/µL). Jumlah leukosit yang meningkat secara signifikan pada periode ± 3
minggu prepartus ke ± 1 minggu prepartum dan peningkatan limfosit terjadi pada
kasus RP dan NRP yang menandakan terjadinya adanya peradangan dan kerusakan
sel sehingga dapat dijadikan indikator untuk diagnosis dini RP pada sapi FH. Reproductive disorders contribute to decreasing cattle population and milk
production, it caused by poor animal health status and reproductive health. Placental
retention is the failure to pass all or part of the placenta from the uterus after the
fetus is expelled. Physiologically, the placenta will be removed by the body within
8-12 hours postpartum. The main cause of placental retention is failure during the
process of loosening the cotyledons and caruncula in the uterus which is associated
with infectious and non-infectious factors such as lack of selenium and vitamin E,
also high level of free radicals due to oxidative stress. In the periparturient period
there are metabolic changes and decreased immunity, so this study needs to be done
to identify the possibility causes of placental retention and the correlation of various
metabolites in blood to incidence of placental retention.
The objectives of this study to (1) Analyze blood of biochemistry (Blood Urea
Nitrogen, Glucose, Protein and Calcium as prediagnosis indicators in cases of
placental retention; (2) Analyze the relationship between oxidative stress and
placental retention by observing the concentration of Selenium (Se) and
Malondialdehide (MDA) in the blood; (3) Observe the Hemogram in the event of
placental retention in Friesian Holstein (FH) cows; and (4) Determine the best time
of sampling to predict cases of placental retention.
The first study used 46 cows consisting of 21 placental retention (RP) and 15
non placental retention (NRP), measuring the Se and MDA; total protein, Blood
Urea Nitrogen (BUN), glucose and calcium; and hematology and leukocyte
differential. The second study used 20 cows consisting of 5 RP and 15 NRP, plasma
MDA levels were measured. Blood samples were taken at 3 weeks and 1 week
prepartus, 1 day and 3 weeks postpartum through the coccygeal vein or external
jugular vein. Se assay was done by using Inductively Coupled Plasma Mass
Spectrometry (ICP-MS), MDA using spectrophotometer. Blood biochemical
examination using spectrophotometer fuji film. Hematology examination was
performed using hematology analyzer and leukocyte differential based on blood
smear analyses.
The results showed that the total protein ±3 weeks prepartus in RP and NRP
was not significantly different (7.76 g/dL Vs 7.78g/dL) then at ±1 week prepartus
there was a decrease in RP (7.72g/dL) while the NRP case increased (9.00g/dL)
with significantly different values. Furthermore, BUN levels at ±3 weeks prepartus
RP and NRP cases had values not significantly different (12.79 mg/dL vs 13.20
mg/Ll), at ±1 week prepartus had a significantly increased in RP compared to NRP
(16.60mg/dL vs 14.41 mg/dL). The results of glucose analysis ±3 weeks prepartus
in RP and NRP showed no significant difference (44.14 mg/dL vs 44.48 mg/dL)
then at ±1 week prepartus experienced an insignificant increase in both RP and NRP
(47.91 mg/dL vs 48.92mg/dL). While calcium levels ±3 weeks prepartus in RP and
NRP were not significantly different (6.95 mg/dL vs 6.79mg/dL) and both
decreased ±1 week prepartus with values that were not significantly different
(6.43mg/dL vs 6.78mg/dL). Based on the results of the study one week before
parturition there was a significant increase in BUN parameters in RP cases
compared to normal condition. Therefore, BUN can be a strong candidate to predict
the occurrence of placental retention in dairy cows.
According the Se levels, RP cows in the 3 week prepartus period (48.45
ng/mL) showed decreasing significant in the 1 week prepartus period (34.74
ng/mL) and 1 day postpartus (33.39 ng/mL). It increased at 3 weeks postpartum
(34.04 ng/mL). Se levels of NRP cows during 3 weeks prepartus (60.96 ng/mL),
decreased significantly during 1 week prepartus (38.84 ng/mL) and 1 day postpartus
(37.09 ng/mL), increased 3 weeks postpartus (39.53 ng/mL). MDA of first study
RP cows 3 weeks prepartus (2.12 nmol/mL) showed significantly increased 1 week
prepartus (5.89 nmol/mL) and 1 day postpartus (7.13 nmol/mL). MDA of NRP
cows in the period of 3 weeks prepartus (1.92 nmol/mL), increased in the week of
prepartus (3.04 nmol/mL), significantly increased 1 day postpartus (4.14 nmol/mL).
While the 2nd study MDA of RP cows in the period of 3 weeks prepartus (2.98
nmol/mL), increased significantly 1 week prepartus (6.43 nmol/mL). MDA of NRP
cows at 3 weeks prepartus (2.01 nmol/mL), increased 1 week prepartus (3.15
nmol/mL). MDA at 1 week prepartum can be used as an indicator of RP disorders
based on our results.
The research results show that the leukocyte level (18.04 × 10³/µL) at ± 3
weeks prepartum increased significantly at 1 week prepartum (23.91 × 10³/µL) in
cows with RP (retained placenta). Meanwhile, in NRP (non-retained placenta)
cows, leukocytes did not show a significant difference from 3 weeks prepartum to
1 week prepartum. Cows with RP and NRP had no significant differences in the
number of erythrocytes and hemoglobin. Regarding leukocyte differentials, the
lymphocyte count in RP and NRP cows increased from the normal range (1.80 –
8.10 × 10³ cells/µL) during the 3-week prepartum period (12.56 × 10³ cells/µL vs
13.39 × 10³ cells/µL), the 1-week prepartum period (16.99 × 10³ cells/µL vs 14.67
× 10³ cells/µL), the 1-day postpartum period (21.97 × 10³ cells/µL vs 17.93 × 10³
cells/µL), and the 3-week postpartum period (21.06 × 10³ cells/µL vs 18.88 × 10³
cells/µL). The significant increase in leukocyte count from ± 3 weeks prepartum to
± 1 week prepartum, along with the rise in lymphocytes in both RP and NRP cases,
indicates inflammation and cell damage, which can serve as an early diagnostic
indicator for RP in FH (Friesian Holstein) cows.
Collections
- DT - Veterinary Science [291]