Model Pengelolaan Ekonomi Digital Untuk Ketahanan Dan Daya Saing Ekonomi Kota Cerdas Di Indonesia
Date
2024Author
Subkhan, Farid
Ma'arif, Mohamad Syamsul
Rochman, Nurul Taufiqu
Nugraha, Yudhistira
Metadata
Show full item recordAbstract
FARID SUBKHAN. Model Pengelolaan Ekonomi Digital untuk Ketahanan dan
Daya Saing Ekonomi Kota Cerdas di Indonesia. Dibimbing oleh M. SYAMSUL
MAARIF, NURUL TAUFIQU ROCHMAN, dan YUDHISTIRA NUGRAHA.
Smart city atau kota cerdas merupakan konsep pembangunan perkotaan yang
sedang menjadi tren di dunia sejak 2015. Ekonomi digital merupakan bagian
penting di dalamnya dan telah menjadi kekuatan baru dalam perkembangan
ekonomi dunia. Transisi menuju ekonomi digital tidak bisa terelakkan sekaligus
sebagai indikator kemajuan kota dan daerah, utamanya dalam bingkai smart city.
Pengembangan ekonomi digital di Indonesia tentunya masih memiliki banyak
tantangan, diantaranya adalah rendahnya daya dukung adopsi teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) terutama karena rendahnya alokasi dana untuk
pembangunan TIK. Dengan semakin strategisnya peran ekonomi digital dalam
struktur ekonomi Indonesia, diperlukan sebuah model pembangunan ekonomi
digital yang efektif terutama untuk mendukung ekonomi kota cerdas yang tangguh
dan berdaya saing. Penelitian ini fokus mengembangkan model pengelolaan
ekonomi digital untuk mendukung ketahanan dan daya saing ekonomi kota cerdas
di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah 1)
merumuskan model pengelolaan ekonomi digital untuk ketahanan dan daya saing
ekonomi kota cerdas. 2) Merumuskan kerangka kerja prioritas strategi pengelolaan
ekonomi digital untuk ketahanan dan daya saing ekonomi kota cerdas. 3).
Merumusan skenario perencanaan strategi ekonomi digital untuk ketahanan dan
daya saing ekonomi kota cerdas dalam jangka panjang. 4). Merumuskan model
pengukuran indeks ekonomi digital kota cerdas. 5) Merumuskan model
transformasi ekonomi digital kota cerdas berbasis kecerdasan artifisial (KA).
Desain penelitian ini dilakukan dengan metode campuran yang
mengombinasikan metode systematic literature review (SLR), penelitian kualitatif
dengan pendekatan soft system methodology (SSM), fuzzy-analytical hierarchy
process (FAHP), perencanaan skenario (scenario planning), principal component
Analysis (PCA), dan in-depth interview (IDI). Penelitian melibatkan 30 pakar
ekonomi digital dan kota cerdas di enam kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Banyuwangi, dan Makassar. Proses pengolahan dan analisis SLR dan
wawancara kualitatif untuk SSM, perencanaan skenario, dan model KA dilakukan
dengan menggunakan pendekatan thematic analysis dengan bantuan software
NVivo 12, sedangkan analisis FAHP dilakukan dengan alat bantu software Python.
Pengembangan model pengukuran indeks ekonomi digital kota cerdas dilakukan
dengan kombinasi antara PCA dan FAHP.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Model pengelolaan ekonomi
digital kota cerdas secara komprehensif harus melibatkan faktor ekonomi digital
yang jelas, optimalisasi keterlibatan aktor, menetapkan tujuan dan kriteria untuk
ketahanan dan daya saing ekonomi digital, serta memiliki prioritas strategi yang
jelas. 2). Prioritas strategi ekonomi digital kota cerdas meliputi tujuh strategi secara
berurutan yaitu infrastruktur dan aplikasi, kebijakan dan pemerintahan digital,
kolaborasi ekonomi, masyarakat digital, pemasaran digital, literasi digital, dan
pelindungan data dan konsumen. 3). Perencanaan skenario strategi ekonomi digital
untuk ketahanan dan daya saing ekonomi kota cerdas dalam jangka lima hingga
sepuluh tahun kedepan memiliki empat opsi yaitu skenario optimistic (ketahanan
dan daya saing yang sama-sama kuat), skenario progressive (daya saing kuat namun
ketahanan lemah), skenario pragmatic (ketahanan kuat namun daya saing lemah),
dan skenario pessimistic dimana memiliki ketahanan dan daya saing yang samasama
lemah. 4). Indeks komprehensif untuk ekonomi digital kota cerdas disusun
berdasarkan lima dimensi pengukuran dengan pembobotan secara berturut-turut
yaitu strategi ekonomi digital (24%), aktor ekonomi digital (21%), ketahanan
ekonomi (21%), faktor ekonomi digital (17%), dan ketahanan ekonomi (17%). 5).
Kecerdasan artifisial (KA) dalam ekonomi digital harus dikelola dengan melibatkan
berbagai elemen, dimulai dari persiapan perangkat keras dan infrastruktur,
pengelolaan data, pengelolaan KA, membangun ekosistem digital berbasis KA,
hingga penyediaan layanan ekonomi digital berbasis KA. Hal ini dapat dicapai
secara efektif dengan menerapkan prinsip tata kelola super lincah (agile), serta
prinsip keamanan data dan etika bisnis. Seluruh proses transformasi KA dalam
ekonomi digital harus memberikan manfaat bagi semua pelaku ekonomi digital.
Penelitian ini hanya melibatkan pakar ekonomi digital dan kota cerdas dari
enam kota saja. Penambahan kota dimungkinkan memberikan tambahan perspektif
baru dalam penelitian. Pada tingkat sub variabel atau indikator, penelitian ini tidak
menghitung prioritas secara mendalam hingga tingkat terkecil. Misalnya faktor apa
saja yang paling memengaruhi pembangunan masyarakat digital (digital society)
dalam strategi ekonomi digital kota cerdas. Pada level strategi, hasil penelitian ini
masih membutuhkan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi prioritas indikator
strategi yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan tujuh strategi utama
dalam ekonomi digital untuk ketahanan dan daya saing ekonomi kota cerdas. Hasil
penelitian ini memiliki manfaat akademik sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya yang membahas tema serupa yaitu ekonomi digital pada kota cerdas
untuk mendukung ketahanan dan daya saing ekonomi terutama pada aspek
penelitian yang lebih mikro. Bagi pemerintah dan pelaku ekonomi digital, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pengambil keputusan untuk
optimalisasi pembangunan ekonomi digital yang memiliki dampak terhadap
peningkatan ketahanan dan daya saing ekonomi kota cerdas. Termasuk untuk
efektifitas kebijakan pemerintah pusat dan daerah maupun untuk efektifitas strategi
dan skenario pengembangan ekonomi digital bagi para pemangku kepentingan lain
seperti pelaku bisnis, startup, industri jasa keuangan, dunia pendidikan, dan
masyarakat luas.