dc.contributor.advisor | Dharmawan, Arya Hadi | |
dc.contributor.advisor | Adiwibowo, Soeryo | |
dc.contributor.author | Amanda, Jessica Vanelia | |
dc.date.accessioned | 2024-12-03T13:33:31Z | |
dc.date.available | 2024-12-03T13:33:31Z | |
dc.date.issued | 2024 | |
dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159596 | |
dc.description.abstract | Proses reklamasi Pulau Pasaran oleh masyarakat, dengan penimbunan lahan yang mereka lakukan, memberikan harapan baru untuk pemanfaatan dan penggunaan yang lebih baik. Interaksi antara kebudayaan dan lingkungan sekitarnya menjadi bagian penting dalam pembentukan komunitas Pulau Pasaran. Proses ini terwujud melalui mekanisme yang kompleks dan saling terkait dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, masalah penataan lahan telah muncul sebagai isu pertanahan di wilayah pesisir Indonesia, terkait kepemilikan hak tanah. Tanah tersebut menjadi sumber konflik sosial yang terkadang berkembang di tengah ketidakpastian pengetahuan hukum masyarakat tentang siapa yang memiliki hak atasnya.
Untuk menjawab permasalahan yang telah diajukan, penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data mencakup wawancara mendalam dengan para informan kunci, didukung oleh pengamatan lapangan dan studi literatur terkait. Proses pengumpulan data dihentikan setelah tercapai titik saturasi, yakni ketika tidak ada lagi informasi baru yang muncul, sehingga data yang terkumpul dapat membentuk sebuah cerita yang komprehensif.
Hasil penelitian menemukan bahwa proses pembentukan Pulau Pasaran berlangsung sejak tahun 1960 hingga tahun 2008. Dimana penguasaan tanah yang dilakukan oleh warga melalui empat cara diantaranya, sistem kepemilikan privat, sistem sewa tanah, sistem beli tanah dan sistem beli bangunan. Perluasan kawasan di Pulau Pasaran dengan cara reklamasi dilakukan secara swadaya oleh masyarakar. Reklamasi swadaya dianggap sebagai solusi atas masalah yang dihadapi sejak dahulu atas keterbatasan lahan. Mekanisme akses struktural dan relasional yang digunakan warga Pulau Pasaran dalam memperoleh tanah yakni dengan kapital, relasi sosial, identitas sosial dan otoritas sosial. Lahan Pulau Pasaran tidak hanya diakses oleh satu pihak atau individu. Perebutan akses terhadap lahan diekskalasi oleh power dan otoritas masing-masing aktor yang seringkali berujung pada terjadinya konflik. Adapun aktor yang terlibat didalamnya yakni Pemerintah daerah, elit lokal dan masyarakat. Setiap aktor memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda. Terdapat konflik horizontal yang terjadi berupa konflik laten yang tercipta akibat perebutan akses diantara masyarakat yakni antar penduduk lokal dan penduduk pendatang yang mendiami Pulau Pasaran, serta konflik antar juragan pemilik usaha perikanan. | |
dc.description.abstract | The community's reclamation of the island of Pasaran, with the land they had accumulated, gave new hope for use and enjoyment. The interaction between culture and environment contributed to the formation of the Pulau Pasaran community. The process was created through a long mechanism and interconnectedness in all aspects of life. In addition, land management has become one of the land issues that arise in Indonesia's coastal areas in terms of property rights. The land becomes the site of latent and manifest social conflicts amidst the uncertainty of legal knowledge that exists in the community regarding who has rights to the land.
To find answers to the posed issues, this research employed various data collection techniques using a qualitative approach. Data collection techniques included in-depth interviews with key informants, complemented by field observations and a review of relevant literature related to the research topic. Data collection was concluded when data saturation was reached, signifying the point at which no new information surfaced, and the amassed data collectively constituted a comprehensive narrative.
The research found that the formation process of Pasaran Island took place from 1970 to 2008. The land was controlled by the residents in four ways, including a private ownership system, a land lease system, a land purchase system, and a building purchase system. Land reclamation on Pasaran Island can be divided into two types: reclamation carried out by the community or man-made reclamation, and reclamation that occurs naturally due to natural processes such as sedimentation. Self-help reclamation is seen as a solution to the community's problems with limited land. Structural and relational access mechanisms used by Pasaran Islanders in obtaining land are capital, social relations, social identity, and social authority. Land in Pasaran Island is not only accessed by one party or individual. The struggle for access to land is escalated by the power and authority of each actor, which often leads to conflict. The actors involved are the local government, regional elites, local elites and the community. Each actor has different interests and objectives. The vertical conflict that occurred in Pasaran Island, in this case the friction between Pasaran Island residents and members of the BPN Bandar Lampung City. Horizontal conflicts that occur in the form of latent inter-community conflicts, namely between old and new residents who inhabit Pasaran Island, as well as conflicts between workers or crew members and their owners. | |
dc.description.sponsorship | - | |
dc.language.iso | id | |
dc.publisher | IPB University | id |
dc.title | Tipologi Akses Pada Sumberdaaya Lahan dan Dinamika Sosial Ekologi Pada Masyarakat Pulau Pasaran Provinsi Lampung. | id |
dc.title.alternative | TYPOLOGY OF ACCESS TO LAND RESOURCES AND SOCIAL ECOLOGICAL DYNAMICS IN PASARAN ISLAND SOCIETY LAMPUNG PROVINCE | |
dc.type | Tesis | |
dc.subject.keyword | lahan | id |
dc.subject.keyword | konflik | id |
dc.subject.keyword | Akses | id |
dc.subject.keyword | proses sosial | id |
dc.subject.keyword | Pulau Pasaran | id |