Peningkatan Kinerja Produksi dan Profitabilitas Budidaya Kepiting Soka melalui Pemberian Krokot
Date
2024Author
Hidayat, Brandon Mustafa
Effendi, Irzal
Hadiroseyani, Yani
Metadata
Show full item recordAbstract
Frekuensi moulting yang sedikit dan tidak serentak menyebabkan inefisiensi tenaga kerja dan rendahnya kinerja produksi usaha budidaya kepiting soka. Salah satu upaya mempercepat dan meningkatkan frekuensi moulting kepiting bakau yaitu pemberian tanaman yang mengandung hormon ekdisteroid melalui pakan. Penelitian ini bertujuan menganalisis peningkatan kinerja produksi dan profitabilitas usaha budidaya kepiting soka melalui pemberian pakan yang mengandung tanaman krokot (Portulaca oleracea) dengan dosis berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap empat perlakuan dosis krokot dalam pakan, yaitu 0 (kontrol), 40, 50, dan 60 g/kg, masing-masing perlakuan diulang tiga kali, dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor kepiting bakau (Scylla serrata). Daun dan batang krokot dicampur dengan ikan selar kuning (Selaroides leptolepis), kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga homogen dan dibentuk bakso. Kepiting bakau dipelihara selama 30 hari dalam boks berukuran 30×33×15 cm yang disusun vertikal seperti apartemen dengan sistem pengairan resirkulasi. Kepiting bakau diberi pakan sesuai perlakuan sebanyak 5% per hari dari bobot biomassa pada pukul 17.00 WIB. Kinerja produksi paling baik dihasilka oleh kepiting bakau yang diberi pakan dengan dosis krokot 60 g/kg pakan, yaitu persentase kepiting moulting sebesar 63,33%, tingkat kelangsungan hidup 80%, dan nilai rasio konversi pakan 1,16. Pemberian krokot dengan dosis tersebut juga memberikan keuntungan terbesar setiap tahunnya. Low and non-simultaneous moulting frequency causes labor inefficiency and low production performance of soft shell crab cultivation businesses. One effort to speed up and increase the moulting frequency of mud crabs is by providing plants containing ecdysteroid hormones through feed. This research aims to analyze the increase in production performance and profitability of soft shell crab cultivation businesses by providing feed containing purslane plants (Portulaca oleracea) at different doses. This study used a completely randomized design with four treatments of purslane dosage in feed, namely 0 (control), 40, 50, and 60 g/kg, each treatment was repeated three times, and each replication consisted of 10 mud crabs (Scylla serrata). Purslane leaves and stems are mixed with yellow trevally (Selaroides leptolepis), then mashed using a blender until homogeneous and formed into meatballs. Mangrove crabs are kept for 30 days in boxes measuring 30×33×15 cm arranged vertically like an apartment with a recirculation water system. Mangrove crabs are given feed according to treatment as much as 5% per day of biomass weight at 17.00 WIB. The best production performance was produced by mud crabs fed with a purslane dose of 60 g/kg feed, namely the percentage of moulting crabs was 63.33%, the survival rate was 80%, and the feed conversion ratio was 1.16. Providing purslane with this dose also provides the greatest benefits every year.
Collections
- UT - Aquaculture [2085]