Studi Kasus: Penerapan Split Thickness Skin Graft pada Kucing Domestic Short Hair
Abstract
Split Thickness Skin Graft (STSG) atau cangkok kulit berisi epidermis dan
sebagian dermis merupakan salah satu metode untuk mengatasi kerusakan kulit
yang luas. Tujuan dari studi kasus ini adalah mengamati dan menganalisis
penerapan STSG pada pasien kucing ras domestic short hair,berusia 3,5 tahun
dengan kondisi luka terbuka dan kehilangan seluruh kulit pada ekstremitas bawah
kanan depan yang cukup parah, sehingga mengalami kesulitan untuk berjalan
dengan normal. Sebelum operasi dilakukan, luka diobati dengan Bioplacenton®
dan NaCl 0,9% selama 5 hari, serta dilakukan pemeriksaan analisa darah dan X-ray.
Gambaran darah pasien yaitu, kadar trombosit (103
/µL), dan MPV (fL) mengalami
penurunan, kadar leukosit (103
/µL), limfosit (%), monosit (103
/µL), monosit (%),
serta granulosit (%) mengalami peningkatan. Luka kemudian diberi penangan,
sehingga menunjukkan infeksi berhasil ditangani. Hasil pemeriksaan X-ray tidak
ditemukan indikasi fraktur pada kaki pasien yang terluka. Penanganan pasien
diawali dengan pemanenan kulit untuk pencangkokan STSG pada daerah right
dorsal M. latissimus dorsi yang berasal dari pasien sendiri. Cangkok kulit kemudian
dijahit di area luka menggunakan non-absorbable suture, yaitu polypropylene
suture 3/0. Immobilisasi cangkok kulit dilakukan dengan teknik Tie-over Dressing
selama 10 hari. Terapi yang diberikan pasca operasi yaitu pemberian analgesik,
anantibiotik (oral dan topikal), suplemen, pembalutan luka, perawatan luka, serta
pemantauan persembuhan luka. Penutupan luka pasca operasi di daerah donor
terjadi pada bulan ke-3. Persembuhan luka di area resipien terjadi secara bertahap
sampai hari ke-180 dengan kondisi luka yang menunjukkan pertumbuhan kulit
sempurna sebanyak 80% area luka dan granulasi dermis di sekitar 20% area luka.
Pertumbuhan kulit baru terlihat menyatu dengan kulit di sekitarnya menunjukkan
proses pemulihan yang baik. Berdasarkan studi kasus ini, STSG merupakan salah
satu alternatif yang tepat dalam penanganan luka terbuka yang luas. Split Thickness Skin Graft (STSG) or skin grafting containing the epidermis
and part of the dermis is one method to overcome extensive skin damage. The
purpose of this case study is to observe and analyze the application of STSG in a
3.5-year-old domestic short-haired cat patient with an open wound and severe loss
of all skin on the right front lower extremity, making it difficult for him to walk
normally. Before the operation, the wound was treated with Bioplacenton® and
0.9% NaCl for 5 days, and supporting blood analysis and X-ray examinations were performed. The patient's blood picture showed that platelet levels (103
/µL), and
MPV (fL) decreased, leukocyte levels (103
/µL), lymphocytes (%), monocytes
(103
/µL), monocytes (%), and granulocytes (%) increased. The wound was then
treated, indicating that the infection had been successfully treated. The X-ray
examination results did not find any indication of fracture in the patient's injured
leg. Patient treatment began with skin harvesting for STSG grafting in the right
dorsal M. latissimus dorsi area from the patient himself. The skin graft was then
sutured in the wound area using a non-absorbable polypropylene suture 3/0.
Immobilization of the skin graft was performed using the Tie-over Dressing
technique for 10 days. Therapy after surgery includes administering analgesics,
antibiotics (oral and topical), supplements, wound dressings, wound care, and
monitoring wound healing. Post-operative wound closure in the donor area
occurred in the 3rd month. Wound healing in the recipient area occurred gradually
until the 180th day with wound conditions showing perfect skin growth in 80% of
the wound area and dermis granulation in about 20%. New skin growth was seen to
blend with the surrounding skin indicating a good healing process. Based on this
case study, STSG is one of the right alternatives for handling large open wounds.