Persepsi terhadap Satu Data Satu Peta: Studi Kasus Implementasi, Peluang, dan Tantangan dalam Konteks Kabupaten Bogor dan Bekasi, Indonesia
Abstract
Tesis ini mengkaji implementasi inisiatif Satu Data Satu Peta (ODOM) di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi di Indonesia, dengan fokus pada persepsi para pemangku kepentingan, peluang, dan tantangan yang terkait dengan program tersebut. Inisiatif ODOM, yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia, bertujuan untuk mengkonsolidasikan berbagai data geospasial ke dalam sebuah platform terpadu untuk meningkatkan tata kelola data, mendukung pengambilan keputusan yang terinformasi, dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini mengeksplorasi pandangan para pemangku kepentingan utama seperti pembuat kebijakan, operator, dan pengguna yang memberikan wawasan berharga mengenai efektivitasnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran, dengan menggabungkan teknik pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh melalui survei terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan diskusi kelompok terarah, yang memberikan pemahaman yang komprehensif tentang perspektif pemangku kepentingan. Matriks keputusan Metode Perbandingan Eksponensial (ECM) digunakan untuk mengevaluasi dan memprioritaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program. Temuan menunjukkan bahwa meskipun para pembuat kebijakan memandang inisiatif ODOM secara positif, mengakui potensinya untuk meningkatkan tata kelola dan pengambilan keputusan namun terdapat keprihatinan mengenai aksesibilitas data dan kegunaan sistem. Memastikan keakuratan dan ketepatan waktu data geospasial sangat penting bagi keberhasilan program, karena data yang dapat diandalkan mendukung kredibilitas dan mendukung perencanaan yang efektif.
Studi ini juga menyoroti beberapa tantangan signifikan yang menghambat keberhasilan implementasi inisiatif ODOM. Tantangan-tantangan ini termasuk masalah yang berkaitan dengan koordinasi antar lembaga, protokol berbagi data, dan kesulitan teknis, seperti menjaga konsistensi data dan mengelola infrastruktur teknologi. Tantangan terkait hukum dan kebijakan, khususnya tata kelola data dan privasi, juga menjadi hambatan. Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, inisiatif ODOM menghadirkan peluang besar untuk meningkatkan manajemen data, meningkatkan kesiapsiagaan bencana, dan mendukung perencanaan kota dan daerah. Dengan mengintegrasikan beragam kumpulan data ke dalam satu platform, inisiatif ini memfasilitasi alokasi sumber daya yang lebih efisien dan mendukung upaya pembangunan berkelanjutan.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menggarisbawahi perlunya strategi multifaset untuk memastikan keberhasilan implementasi inisiatif ODOM di Kabupaten Bogor dan Bekasi. Rekomendasi utama termasuk memberlakukan reformasi kebijakan yang komprehensif untuk mendorong pembagian data dan menstandarisasi praktik manajemen, mengembangkan program pelatihan yang ditargetkan untuk meningkatkan kapasitas teknis para pemangku kepentingan, mendorong keterlibatan aktif dan kolaborasi dengan masyarakat setempat, dan berinvestasi dalam infrastruktur teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas data. Dengan menangani area-area kritis ini, inisiatif ODOM dapat secara signifikan memajukan tata kelola, manajemen data, dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, serta menjadi model bagi inisiatif serupa di wilayah lain. This thesis examines the implementation of the One Data One Map (ODOM) initiative in the Bogor and Bekasi regencies of Indonesia, focusing on stakeholder perceptions, opportunities, and challenges associated with the program. The ODOM initiative, launched by the Indonesian government, aims to consolidate various geospatial data into a unified platform to enhance data governance, support informed decision-making, and foster sustainable development. This study explores the views of key stakeholders—policymakers, operators, and users—providing valuable insights into the initiative's effectiveness and the factors influencing its success. The research adopts a mixed-methods approach, incorporating qualitative and quantitative data collection techniques. Data were obtained through structured surveys, semi-structured interviews, and focus group discussions, offering a comprehensive understanding of stakeholder perspectives. The Exponential Comparison Method (ECM) decision matrix was employed to evaluate and prioritize factors affecting the program's implementation. The findings reveal that while policymakers view the ODOM initiative positively, recognizing its potential to enhance governance and decision-making, operators and users express concerns regarding data accessibility and system usability. Ensuring the accuracy and timeliness of geospatial data is critical for the program's success, as reliable data underpins credibility and supports effective planning and management.
The study also highlights several significant challenges impeding the successful implementation of the ODOM initiative. These challenges include issues related to inter-agency coordination, data-sharing protocols, and technical difficulties, such as maintaining data consistency and managing technological infrastructure. Legal and policy-related challenges, particularly data governance and privacy, pose further obstacles. Despite these challenges, the ODOM initiative presents substantial opportunities to enhance data management, improve disaster preparedness, and support urban and regional planning. By integrating diverse data sets into a single platform, the initiative facilitates more efficient resource allocation and supports efforts toward sustainable development.
In conclusion, the research underscores the necessity of a multifaceted strategy to ensure the successful implementation of the ODOM initiative in the Bogor and Bekasi regencies. Key recommendations include enacting comprehensive policy reforms to promote data sharing and standardize management practices, developing targeted training programs to enhance stakeholders' technical capacities, fostering active engagement and collaboration with local communities, and investing in technological infrastructure to improve data accessibility. By addressing these critical areas, the ODOM initiative can significantly advance governance, data management, and sustainable development in Indonesia, serving as a model for similar initiatives in other regions.