Show simple item record

dc.contributor.advisorTampubolon, Bahroin Idris
dc.contributor.authorMagfiroh, Fajrina
dc.date.accessioned2024-11-19T15:12:51Z
dc.date.available2024-11-19T15:12:51Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159501
dc.description.abstractAdanya konversi hutan mangrove menjadi tambak menyebabkan terjadinya abrasi di daerah pesisir. Desa Kronjo merupakan salah satu desa yang mengalami abrasi di daerah pesisir terutama lahan tambak karena hilangnya mangrove sebagai penahan abrasi. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah pola tambak silvofishery sebagai upaya rehabilitasi mangrove dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) perhitungan nilai ekonomi dari ekosistem mangrove, (2) menganalisis dan membandingkan kelayakan finansial, (3) menganalisis dan membandingkan kelayakan ekonomi, serta (4) menganalisis sensitivitas dan switching value dari penerapan tambak silvofishery dan non-silvofishery. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah resource rent, benefit transfer, analisis biaya dan manfaat, serta analisis sensitivitas dan switching value. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa (1) Nilai manfaat dari adanya ekosistem mangrove dengan luas 8 hektar mencapai Rp245.704.053,66/tahun, sedangkan pada luas 10 hektar mencapai Rp308.548.691,82/tahun. (2) Hasil analisis kelayakan finansial pada kegiatan budidaya tambak bandeng silvofishery dan non-silvofisher dengan luasan berbeda sama-sama layak untuk dijalankan, namun usaha tambak non-silvofishery memiliki nilai NPV, Net B/C, IRR dan PP lebih baik dari pada tambak silvofishery. (3) Hasil analisis kelayakan ekonomi pada kegiatan budidaya tambak bandeng silvofishery dan non-silvofishery dengan luasan berbeda sama-sama layak untuk dijalankan, namun usaha tambak silvofishery memiliki nilai NPV, Net B/C, IRR, dan PP lebih baik dari pada tambak non-silvofishery. (4) Hasil analisis sensitivitas dengan adanya penurunan harga ikan bandeng sebesar 4,98%, serta peningkatan harga pupuk urea sebesar 78,57% dan NPK sebesar 52,94% menunjukan hasil yang tidak layak pada tambak bandeng silvofishery dan non-silvofishery. Melalui analisis switching value, tambak silvofishery lebih toleran terhadap peningkatan harga pupuk Urea dan NPK, sedangkan pada tambak non-silvofishery lebih toleran terhadap penurunan harga ikan bandeng dan penurunan jumlah produksi.
dc.description.abstractThe conversion of mangrove forests into ponds causes abrasion in coastal areas. Kronjo Village is one of the villages that has experienced abrasion in coastal areas, especially pond land due to the loss of mangroves as an abrasion barrier. One of the solutions that can be applied is the silvofishery pond pattern as an effort to rehabilitate mangroves while still paying attention to economic aspects. The objectives of this study are (1) the calculation of the economic value of the mangrove ecosystem, (2) compare and compare the financial feasibility, (3) analyze and compare economic feasibility, and (4) analyze the sensitivity and switching value of the application of silvofishery and non-silvofishery ponds. The methods used in this study are resource rent, benefit transfer, cost and benefit analysis, and sensitivity and switching value analysis. The results of the study show that (1) The value of benefits from the existence of a mangrove ecosystem with an area of 8 hectares reaches IDR 245,704,053.66/year, while in an area of 10 hectares it reaches IDR 308,548,691.82/year. (2) The results of the financial feasibility analysis on silvofishery and non-silvofisher milkfish pond cultivation activities with different areas are both feasible to run, but the non-silvofishery pond has better NPV, Net B/C, IRR and PP values than silvofishery ponds. (3) The results of the economic feasibility analysis on silvofishery and non-silvofishery milkfish pond cultivation activities with different areas are both feasible to run, but the silvofishery pond has better NPV, Net B/C, IRR, and PP values than non-silvofishery ponds. (4) The results of the sensitivity analysis with a decrease in milkfish prices by 4.98%, as well as an increase in urea fertilizer prices by 78.57% and NPK by 52.94% showed unsuitable results in silvofishery and non-silvofishery milkfish ponds. Through switching value analysis, silvofishery ponds are more tolerant of the increase in the price of Urea and NPK fertilizers, while non-silvofishery ponds are more tolerant of the decrease in milkfish prices and the decrease in production.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAnalisis Perbandingan Kelayakan Usaha Tambak Bandeng Silvofishery dan Non-silvofishery (Studi Kasus: Desa Kronjo, Kabupaten Tangerang)id
dc.title.alternativeComparative Analysis of the Feasibility of Silvofishery and Non-silvofishery Milkfish Ponds (Case Study: Kronjo Village, Tangerang Regency)
dc.typeSkripsi
dc.subject.keywordcost and benefit analysisid
dc.subject.keywordmilkfish cultivationid
dc.subject.keywordsilvofisheryid
dc.subject.keywordpondsid
dc.subject.keyworduse valueid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record