Karakteristik Bakteri Penambat Nitrogen dari Rizosfer Area Danau Kaolin, Belitung
Abstract
Danau Kaolin merupakan bekas penambangan timah yang terletak di Desa
Nibung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Lahan bekas tambang
memiliki sifat fisik maupun kimia yang buruk bagi pertumbuhan tanaman.
Kandungan unsur hara yang rendah pada tanah di sekitar Danau Kaolin
menyebabkan makhluk hidup, khususnya tanaman sulit tumbuh di sekitar danau,
selain itu juga menyebabkan kerusakan struktur tanah, penurunan jumlah mikroba
tanah, dan menurunnya bahan organik. Tanaman membutuhkan unsur hara makro
yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman.
Nitrogen (N2) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi tanaman
dalam jumlah yang banyak, namun ketersediaannya terbatas bagi tanaman.
Nitrogen di atmosfer tersedia cukup melimpah yaitu terkandung sekitar 78%, akan
tetapi nitrogen tersebut masih dalam bentuk molekul yang sebagian besar bersifat
tidak reaktif, sehingga tanaman tidak mampu menyerapnya secara langsung.
Tanaman hanya dapat menyerap nitrogen dalam bentuk ion amonium (NH4+) atau
ion nitrat (NO3-).
Oleh karena itu, perlu adanya transformasi nitrogen di udara yang mampu
mengubah bentuk molekul sehingga dapat diserap oleh tanaman. Strategi yang
dapat dilakukan adalah dengan pemanfaatan mikroba seperti bakteri pemfiksasi
nitrogen. Bakteri pemfiksasi nitrogen diketahui memiliki beberapa potensi,
diantaranya dapat menyuburkan tanah dan menyediakan unsur hara makro serta
banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hayati. Peneliti terdahulu telah berhasil
memperoleh isolat yang teridentifikasi sebagai bakteri pemfiksasi nitrogen yang
berasal dari lahan bekas tambang timah di pulau Bangka. Namun belum banyak
laporan mengenai bakteri pemfiksasi nitrogen dari lahan bekas tambang Kaolin.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menganalisis
keragaman bakteri pemfiksasi nitrogen berdasarkan gen 16S rRNA dan gen nifH
dari rizosfer area Danau Kaolin, Belitung.
Penelitian ini diawali dengan mengisolasi bakteri dari lima sampel tanah
rizosfer. Isolat yang diperoleh dihitung kelimpahannya dan dikarakterisasi
morfologi secara makroskopis dan mikroskopis. Isolat terpilih dilanjutkan
pengujian kadar amonium secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif isolat
bakteri ditumbuhkan pada media semi-solid NFB dan dilihat perubahan warna pada
media. Secara kuantitatif kadar amonium diukur menggunakan spektrofotometer
dan dihitung laju pembentukan amoniumnya. Isolat potensial yang diperoleh
dilakukan pengujian hipersensitivitas untuk mengetahui patogenisitasnya.
Selanjutnya, isolat potensial dilakukan identifikasi molekuler 16S rRNA dan
deteksi gen nifH yang dipilih berdasarkan tingkat konsentrasi amonium yang tinggi.
Sebanyak 55 isolat berhasil diisolasi dan dikarakterisasi morfologinya secara
makroskopis dan mikroskopis. Berdasarkan pengujian kualitatif, terseleksi
sebanyak 13 isolat bakteri fiksasi nitrogen yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna pada media dari hijau menjadi kebiruan yang mengindikasikan
bakteri tersebut memiliki aktivitas nitrogenase. Pengukuran secara kuantitatif
memperoleh sebanyak 5 isolat potensial (RBA 1.5, RBA 2.3, RBN 4.1, RBN 4.6,
2
dan RBN 5.6). Konsentrasi amonium tertinggi dihasilkan oleh isolat RBN 5.6
sebesar 7,55 µg/mL melalui inkubasi selama delapan hari dengan laju pembentukan
amonium yang dihasilkan oleh sel perharinya adalah sebesar 0,38 µg, sedangkan
konsentrasi terendah dihasilkan oleh isolat RBA 1.5 sebesar 0,16 µg/mL dengan
laju pembentukan amonium yang dihasilkan oleh sel perharinya adalah sebesar
9,25E-05 µg. Identifikasi molekuler gen 16S rRNA dilakukan terhadap 2 isolat
potensial RBA 2.3 dan RBN 5.6. Berdasarkan analisis homologi, isolat RBN 5.6
memiliki kemiripan dengan Burkholderia cepacia dan isolat RBA 2.3 memiliki
kemiripan dengan Bacillus aquimaris. Analisis secara molekuler menunjukkan
bahwa sekuens parsial gen nifH dari isolat RBN 5.6 teridentifikasi sebagai
kelompok gen penyandi protein dinitrogenase reduktase. Kaolin Lake is a former tin mining area located in Nibung Village, Koba
District, Central Bangka Regency. Ex-mining land has poor physical and chemical
properties for plant. The low nutrient content in the soil around Kaolin Lake causes
living things, especially plants, to have difficulty growing around the lake and
causes damage to soil structure, a decrease in the number of soil microbes, and a
decrease in organic matter. Plants require macronutrients that are used for growth,
development, and productivity. Nitrogen (N2) is an important macronutrient for
plants in large quantities, but its availability is limited to plants. Nitrogen in the
atmosphere is available quite abundantly, at approximately 78%, but the nitrogen
is still in the form of molecules, most of which are not reactive, so plants are not
able to absorb it directly. Plants can only absorb nitrogen in the form of ammonium
(NH4+) or nitrate (NO3-) ions.
Therefore, it is necessary to transform nitrogen in the air to change its
molecular form so that it can be absorbed by plants. This strategy can be achieved
by utilizing microbes such as nitrogen-fixing bacteria. Nitrogen-fixing bacteria are
known to have several potential applications, including the ability to fertilize the
soil and provide macronutrients, and are widely used as biofertilizers. Previous
studies have succeeded in obtaining isolates identified as nitrogen-fixing bacteria
originating from the former tin mine land on the island of Bangka. However, there
are few reports on nitrogen-fixing bacteria at Kaolin mining sites. Therefore, this
study aimed to explore and analyze the diversity of nitrogen-fixing bacteria based
on 16S rRNA and nifH genes from the rhizosphere of the Kaolin Lake area,
Belitung.
This study began by isolating bacteria from five rhizospheric soil samples.
The obtained isolates were counted in abundance and characterized
macroscopically and microscopically. The selected isolates were then tested
qualitatively and quantitatively for ammonium content. Qualitatively, bacterial
isolates were grown on semi-solid NFB media and color changes in the media were
observed. Quantitatively, the ammonium content was measured using a
spectrophotometer, and the rate of ammonium formation was calculated. The
potential isolates were subjected to hypersensitivity testing to determine their
pathogenicity. Furthermore, potential isolates were subjected to 16S rRNA
molecular identification and nifH gene detection, which were selected based on the
high ammonium concentration levels.
A total of 55 isolates were successfully isolated and characterized
macroscopically and microscopically. Based on qualitative testing, 13 isolates of
nitrogen-fixing bacteria were selected, as indicated by a color change in the media
from green to bluish, indicating that the bacteria have nitrogenase activity.
Quantitative measurements revealed five potential isolates (RBA 1.5, RBA 2.3,
RBN 4.1, RBN 4.6, and RBN 5.6). The highest ammonium concentration was
produced by isolate RBN 5.6 at 7.55 µg/mL through incubation for eight days with
the rate of ammonium formation produced by cells per day was 0.38 µg, while the
4
lowest concentration was produced by isolate RBA 1.5 at 0.16 µg/mL with the rate
of ammonium formation produced by cells per day was 9.25E-05 µg. Molecular
identification of the 16S rRNA gene was performed on two potential isolates, RBA
2.3, and RBN 5.6. Based on homology analysis, isolate RBN 5.6 is similar to
Burkholderia cepacia, and isolate RBA 2.3 is similar to Bacillus aquimaris.
Molecular analysis showed that the partial sequence of the nifH gene from isolate
RBN 5.6 was identified as a group of genes encoding dinitrogenase reductase.