Keragaan Kondisi Lahan dan Penentuan Variabel Kunci dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Kecamatan Kuala Indragiri
Abstract
Hutan mangrove di Kecamatan Kuala Indragiri sangat rentan terhadap
berbagai praktik pengelolaan sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan.
Diantaranya adalah illegal logging kayu mangrove, peracunan ikan dan alih fungsi
lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi keragaan lahan dan
mengidentifikasi variabel kunci untuk mendukung keberhasilan pengelolaan hutan
mangrove di Kecamatan Kuala Indragiri, Provinsi Riau. Pengumpulan data di
lapangan dilakukan melalui analisis kondisi lingkungan fisik dan Interpretative
Structural Modelling (ISM) melalui wawancara dengan para pakar. Empat spesies
mangrove telah berhasil diidentifikasi yaitu Rhizophora apiculata, Bruguiera
sexangula, Nypa fruticans, dan Xylocarpus granatum. Pada ketiga stasiun
penelitian dan semua tingkatan pertumbuhan, Rhizophora apiculata memiliki
Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi. Analisis karakteristik lingkungan lainnya
mengungkapkan bahwa salinitas di lokasi penelitian berkisar antara 6,7 sampai
dengan 7,5. Analisis parameter kualitas air menunjukkan bahwa kadar Boron (B)
dan Nitrat (NO3) masing-masing sebesar 2,51 m.e./L dan 0,04 m.e/L yang melebihi
baku mutu dan berpotensi menjadi racun bagi biota perairan sekitarnya dalam
jangka panjang.
Pengelolaan hutan mangrove yang berhasil perlu didukung oleh informasi
variabel-variabel kunci pengelolaan. Melalui penentuan variabel kunci, diharapkan
pihak pengelola hutan mangrove dapat memahami langkah-langkah prioritas yang
perlu dilakukan. Pengelolaan hutan mangrove tidak dapat dapat dipisahkan dari
kompleksitas tekanan dan peluang pengembangan manfaatnya. Oleh karena itu
analisis variabel kunci sangat penting untuk dilakukan. Analisis variabel kunci
untuk mendukung keberhasilan pengelolaan hutan mangrove dalam penelitian ini
menggunakan analisis Interpretative Structural Modelling (ISM). Empat elemen
penting pengelolaan telah dipilih yaitu elemen tujuan pengelolaan, lembaga yang
terlibat dalam pengelolaan, kendala utama dan program yang dibutuhkan. Hasil
analisis ISM outputnya adalah matriks driver power-dependence dan struktur
hierarki. Berdasarkan analisis ISM, elemen kunci tujuan pengelolaan adalah
terwujudnya pengelolaan hutan mangrove yang terpadu dan berkelanjutan. Matriks
driver power-dependence elemen kunci tujuan pengelolaan ini juga berada pada
kuadran Independent yang artinya sebagai penggerak utama dan memiliki tingkat
ketergantungan yang rendah terhadap sub elemen lainnya. Elemen lembaga terlibat
dalam mendukung keberhasilan pengelolaan hutan mangrove adalah UPT KPH
Mandah, Kelurahan Sapat dan Yayasan Mitra Insani (YMI). Kendala utama adalah
illegal logging kayu mangrove disertai dengan penegakan hukum yang belum
efektif. Program yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan
hutan mangrove adalah optimalisasi rehabilitasi mangrove. The mangrove ecosystem in Kuala Indragiri is highly susceptible to various
environmentally inhospitable practices in natural resource management, such as
fish poisoning, illegal logging, and land conversion. This study aims to analyze the
condition of the land performance of mangrove forest and identify key variables for
supporting the sustainable mangrove management in Kuala Indragiri District. Data
collection in the field was conducted through the analysis of physical environmental
conditions and Interpretative Structural Modelling (ISM) via expert interviews.
Four mangroves species were identified: Rhizophora apiculata, Bruguiera
sexangula, Nypa fruticans, and Xylocarpus granatum. At all three research stations
and across all growth stages, Rhizophora apiculata had the highest Important Value
Index (IVI). Analysis of other environmental characteristics revealed that the
salinity at the research location ranged between 16-17 ppt, with pH values ranging
from 6.7 to 7.5. Water quality parameter analysis showed that Boron (B) and Nitrate
(NO3) levels were 2.51 m.e./L and 0.04 m.e./L, respectively, exceeding quality
standard limits and potentially becoming toxic to aquatic biota in the surrounding
waters over the long term.
The successful management of mangrove forests requires support from
information on key management variables. By identifying these key variables,
mangrove forest managers are expected to understand the priority actions that need
to be taken. This is important, given that the management of mangrove forests is
inseparable from the complexity of pressures and opportunities for its development
and benefits. In this study, the analysis of key variables to support the success of
mangrove forest management was carried out using Interpretative Structural
Modelling (ISM) analysis. Four essential management elements were selected:
management objectives, institutions involved in management, main constraints, and
required programs. The output of the ISM analysis consists of a driver powerdependence
matrix and a hierarchical structure. Based on the ISM analysis, the key
management objective is the realization of integrated and sustainable mangrove
forest management. The driver power-dependence matrix for this key management
objective falls within the Independent quadrant, indicating that it is the main driver
and has low dependence on other sub-elements. The key institutions supporting the
success of mangrove forest management are the Mandah Forest Management Unit
(UPT KPH Mandah), Sapat Village, and the Mitra Insani Foundation (YMI). The
main constraint is illegal mangrove logging, coupled with ineffective law
enforcement. The program needed to support the success of mangrove forest
management is the optimization of mangrove rehabilitation.