dc.description.abstract | Risiko bersifat melekat dan kontekstual pada setiap perusahaan. Cara
pandang dan tata kelola risiko yang sejauh ini lebih banyak berfokus pada konteks
probabilitas dan dampak kejadian risiko, sudah seharusnya lebih dipahami dan
dikelola sesuai konteks dan perspektifnya. Biodiesel sebagai obyek penelitian
merupakan program nasional di bidang energi baru dan terbarukan yang masih
menghadapi sejumlah tantangan dan risiko di dalam implementasinya, termasuk di
bidang rantai pasok. Penelitian ini bertujuan: (i) memetakan karakteristik rantai
pasok biodiesel; (ii) mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko potensial
rantai pasok biodiesel; serta (iii) merancang strategi pengelolaan risiko rantai pasok
biodiesel, melalui pendekatan multi-perspectives dan multi-stakeholders.
Target penelitian adalah sebuah BUMN energi di Indonesia. Lingkup
penelitian meliputi wilayah operasi Jakarta, Jawa Barat dan Banten, dengan
melibatkan 8 lokasi Terminal BBM (TBBM) dan sejumlah infrastruktur pendukung
lainya. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, survey dan
wawancara para responden. Para responden adalah mereka yang dipandang
memenuhi kualifikasi pakar sebagai nara sumber, baik di tingkat kantor pusat,
wilayah, maupun di lokasi-lokasi operasional Terminal BBM. Batasan
penelitiannya meliputi penelitian dan kajian pada risiko-risiko operasional rantai
pasok biodiesel. Level of analysis penelitian ini pada level korporasi. Analisisnya
menggunakan pendekatan multi-methodology secara komplementer, yaitu Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Analytic Network Process (ANP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) risiko-risiko rantai pasok
dipengaruhi oleh jenis organisasi dan usaha, jenis stakeholder, serta waktu dan
metode; (ii) berdasar hasil Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), risiko terkait
regulasi dan risiko keterlambatan kedatangan pasokan produk menduduki level
risiko tertinggi menurut kelompok responden di kantor pusat, wilayah dan lokasilokasi
Terminal BBM dengan skor Risk Priority Number (RPN) sebesar 72, 48 dan
45; (iii) strategi pengelolaan risiko yang diusulkan berdasar hasil Analytic Network
Process (ANP) adalah strategi kolaboratif (collaborative strategy) dengan bobot
51.04%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para responden sepakat sepenuhnya
(rater agreement 100%) bahwa strategi kolaboratif sebagai alternatif strategi
terpilih dan penting terhadap kinerja kegiatan rantai pasok, terhadap cara pandang
menurut perspektif, maupun terhadap pencapaian energy security dibanding elemen
atau simpulan (node) lainnya di dalam cluster Alternatif Strategi yang terdiri dari
elemen alternatif strategi kooperatif, koordinatif dan kolaboratif. Agency‐based
factors yang dapat mempengaruhi desain dan pengelolaan rantai pasok biodiesel di
perusahaan meliputi faktor: (i) asimetri informasi dan asimetri kekuasaan; (ii)
konflik kepentingan; (iii) kualitas hubungan kemitraan; (iv) karakteristik tugas
diantara stakeholder terkait; serta (v) selera risiko para pemasok dan pelanggan. | |