Perilaku Dinamis Perusahaan Konstruksi Di Asia Tenggara
View/Open
Date
2019Author
Sukandar, Beny Mulyana
Achsani, Noer Azam
Sembel, Roy
Sartono, Bagus
Metadata
Show full item recordAbstract
Persaingan global telah memaksa perusahaan konstruksi di Asia Tenggara untuk berkompetisi yang seharusnya memiliki pengaruh yang besar terhadap efisiensi dan kinerja perusahaan konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk: i) menentukan efisiensi dari perspektif dimensi waktu, batas negara dan regional; ii) menentukan patok duga standar biaya produksi dan EBIT perusahaan konstruksi di kawasan Asia Tenggara; iii) membandingkan perbedaan kinerja keuangan dan kinerja pasar perusahaan-perusahaan konstruksi di antara negara-negara Asia Tenggara; dan iv) menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dan kinerja pasar perusahaan-perusahaan konstruksi di Asia Tenggara. Data diperoleh dari laporan tahunan masing-masing perusahaan di negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura yang dilaporkan di Bursa Efek masing-masing negara dari tahun 2010 sampai 2016. Metode penelitian meliputi Data Envelopment Analysis, analisis deskriptif, ANOVA (analysis of variance), data panel statis dan dinamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa i) perusahaan yang efisien didominasi oleh perusahaan-perusahaan dari Indonesia dan Thailand (67% dari total populasi). Selain itu, efisiensi berubah saat lintas waktu dan juga lintas batas negara diabaikan. Perusahaan yang tetap efisien hanya tinggal 30% ketika batas waktu diabaikan dan demikian juga ketika batas wilayah dihilangkan. Lebih jauh, perusahaan yang efisien hanya 12% tersisa ketika waktu dan faktor wilayah negara ditiadakan pada saat yang bersamaan; ii) patok duga untuk rata-rata EBIT (earning before interest & tax) per sales adalah pada tingkat 15% dan patok duga untuk biaya produksi per sales adalah 84%; iii) kinerja keuangan perusahaan konstruksi di antara negara-negara di Asia Tenggara tidak berbeda secara statistik, sementara pada kinerja pasar menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan di antara perusahaan-perusahaan konstruksi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan konstruksi dari negara Malaysia memiliki kinerja pasar tertinggi dengan EPY (yield earning per share) sebesar 8.420 sedangkan perusahaan konstruksi dari negara Indonesia memiliki EPY terendah sebesar 0.059. iv). Kinerja keuangan perusahaan konstruksi dipengaruhi oleh DER (Debt to Equity ratio), suku bunga dan efisiensi, sedangkan kinerja pasar dipengaruhi oleh pertumbuhan biaya konstruksi, suku bunga dan skor efisiensi. Implikasi manajerial penelitian bagi pemerintah terdiri dari (1a) memperbaiki proses birokrasi, kemudahan investasi, insentif pajak, proses bea cukai, kemudahan impor dan kepastian hukum dalam bidang konstruksi, hal ini akan menurunkan biaya produksi perusahaan konstruksi, (1b) Pemerintah mendorong pabrik-pabrik besar dalam penyediaan bahan baku konstruksi seperti pabrik semen, pabrik alumunium dan besi untuk dapat memproduksi di dalam negeri, hal tersebut dapat menurunkan biaya produksi dan biaya domestik (1c) pemerintah perlu mendorong pembiayaan konstruksi dengan mendirikan pembiayaan konstruksi seperti yang dilakukan oleh negara China melalui China Construction Bank Corporation (CBC). Hal tersebut memudahkan perusahaan konstruksi untuk mendapatkan modal dan utang dengan biaya rendah, (1d) pemerintah perlu memperioritaskan perusahaan lokal dan BUMN untuk proyek-proyek pemerintah sehingga perusahaan konstruksi dalam negeri mendapatkan pendapatan yang jelas. 2) Pada kajian patok duga kinerja perusahaan konstruksi diketahui EBIT/sales sebesar 15% dan prod/sales sebesar 84%. Hal tersebut berimplikasi bagi pemerintah untuk menjadikan patok duga tersebut sebagai referensi untuk proyek-proyek pemerintah, memberikan kepastian penyusunan Rancangan Anggaran Belanja Negara (RAPBN) untuk proyek pemerintah dan dapat meminimalkan biaya-biaya under table (sunk cost) yang banyak terjadi pada proyek-proyek pemerintah.3) Pemerintah mendorong perusahaan untuk melakukan merger dengan perusahaan asing yang bereputasi baik. 4) Pada kinerja keuangan dan pasar berimplikasi pemerintah perlu (i) mendorong sertifikasi dan pelatihan pekerja konstruksi; (ii) pemerintah perlu menjaga suku bunga yang kompetitif; (iii) pemerintah perlu mendorong perusahaan untuk melakukan joint venture atau PPP untuk proyek-proyek pemerintah yang besar sehingga kesulitan DER dapat diatasi.
Implikasi manajerial bagi perusahaan atau praktisi sebagai berikut (1a) melakukan pembelian material utama dalam jumlah besar (bulk purchase) untuk mendapatkan biaya murah; 1b) memperbaiki supply chain management untuk menekan biaya produksi; 1c) melakukan pembelian bahan baku konstruksi dengan sistem kontrak forward, dan 1d) meningkatkan kualitas SDM pekerja konstruksi sehingga tidak ada kerjaan yang berulang dan menghemat biaya. 2) Pada kajian patok duga biaya konstruksi berimplikasi bagi praktisi atau project management untuk menggunakan patok duga tersebut sebagai acuan penilaian kelayakan proyek konstruksi. 3) Perusahan meningkat reputasi di pasar. 4) Pada kajian determinan (4a) suku bunga memengaruhi utang-piutang maka perusahaan konstruksi perlu melakukan bank guarantee, jaminan pembayaran, denda keterlambatan pembayaran, kontrak kerja konstruksi yang jelas sehingga menjamin utang-piutang terbayar; dan 4b) perusahaan konstruksi perlu meningkatkan kualitas kerja dan melakukan efisiensi. Saran penelitian sebagai berikut: i) perlu mengembangkan dengan menambahkan negara China, Jepang dan Korea Selatan yang memiliki perusahaan-perusahaan konstruksi yang cukup baik. ii) Pengukuran efisiensi DEA perlu juga mempertimbangkan untuk menggunakan input maupun output yang bersifat kualitatif seperti kualitas sumber daya manusia, deviasi waktu penyelesaian proyek, rating perusahaan, dan kualitas proyek konstruksi; iii) Perlu menambahkan pengukur aspek yang bersifat intangible dari perusahaan konstruksi. Aspek reputasi perusahaan, customer sastification, dan sumber daya manusia; dan iv) Perlu menggunakan indikator lain seperti return on assets (ROA), return on equity (ROE), return on invested capital (ROIC), earnings before interest tax depreciation and amortisation (EBITDA), margin, operating profit less adjusted taxes (NOPLAT) sedangkan kinerja pasar/ekuitas menggunakan, dividend per share (DPS), dividend yield (DY), price to earnings ratio (PE), dan enterprise value.
Collections
- DT - Business [351]