Analisis Determinan Dan Teori Trade-Off Struktur Modal Perusahaan Masuk Bursa Di Indonesia
View/Open
Date
2014Author
Hardiyanto, Arief Tri
Achsani, Noer Azam
Maulana, Tb Nur Ahmad
Sembel, Roy
Metadata
Show full item recordAbstract
Struktur modal merupakan bauran antara utang dan ekuitas yang digunakan
untuk membiayai kegiatan investasi perusahaan. Kebijakan pembiayaan
perusahaan diarahkan untuk mendapatkan struktur modal yang optimal yaitu
struktur modal yang akan memberikan manfaat peningkatan nilai perusahaan
sekaligus mengurangi risiko perusahaan terjebak dalam kondisi financial distress
yang dapat mengarahkan perusahaan ke kebangkrutan.
Teori Trade-Off menyatakan bahwa penggunaan utang memiliki manfaat
keuangan berupa tax shield yaitu penghematan pajak dari beban bunga utang yang
dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak penghasilan perusahaan. Oleh karena
itu, perusahaan akan mengoptimalkan manfaat pajak tersebut dengan
meningkatkan utang. Namun demikian, perusahaan tidak dapat menggunakan
utang dalam jumlah yang tak terbatas, karena akan timbul financial distress yang
antara lain berasal dari beban tetap pembayaran bunga utang dan volatilitas arus
kas.
Penelitian struktur modal perusahaan masuk bursa di Indonesia menarik
untuk dilakukan mengingat prospek pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
Indonesia diprediksi memiliki rerata pertumbuhan GDP sebesar 5,3% antara
2011-2030. Di samping itu, peran Bursa Efek Indonesia cukup signifikan
terhadap perekonomian Indonesia. Nilai kapitalisasi pasar seluruh perusahaan
yang tercatat di BEI meningkat sangat tajam dari Rp1.857,22 triliun pada tahun
2008 menjadi Rp4.126,99 triliun pada akhir 2012, atau meningkat 222,21%. Total
nilai kapitalisasi pasar tahun 2012 tersebut mencapai 50,07% dari GDP Indonesia
di tahun yang sama sebesar Rp8.241,9 triliun.
Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis perbedaan pola pembiayaan di
antara berbagai sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI), (2) menentukan
kecepatan penyesuaian yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia dalam mencapai target struktur modal, dan (3)
mengidentifikasi pengaruh variabel determinan, krisis ekonomi, dan kepemilikan
(BUMN dan Non BUMN) terhadap struktur modal perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan model Regresi
Dummy dengan uji parametrik dan non parametrik, Partial Adjustment Model dan
Time-Series Cross-Section Regression dengan Data Panel.
Pengujian atas perbedaan debt ratio antar sektor industri menunjukkan
adanya perbedaan debt ratio dari satu sektor industri dengan sektor industri yang
lain. Namun ada pula sektor industri yang tidak berbeda debt ratio nya sehingga
beberapa sektor industri dapat dijadikan menjadi satu kelompok. Dari hasil
analisis didapatkan tiga kelompok debt ratio yaitu kelompok debt ratio rendah,
debt ratio sedang, dan debt ratio yang relatif tinggi.
Pengujian dengan menggunakan Partial Adjustment Model dengan model
dinamis (perhitungan dengan GMM) menunjukkan adanya tingkat kecepatan
penyesuaian (speed of adjustment) sebesar 36,02%. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan di Indonesia menutup 36,02% gap antara tingkat utang saat ini dengan tingkat utang yang diinginkan dalam satu tahun. Dengan kata lain,
diperlukan waktu sekitar 2 tahun 7 bulan bagi rata-rata perusahaan terbuka di
Indonesia untuk melakukan penyesuaian struktur modal saat ini terhadap struktur
modal yang ditargetkan.
Pengujian atas determinan struktur modal dengan pendekatan trade-off
menunjukkan variabel ukuran perusahaan, aset tetap, aset tidak berwujud, manfaat
pajak, volatilitas arus kas, dan beban tetap secara signifikan memengaruhi struktur
modal. Disamping itu, faktor krisis ekonomi tahun 2008 dan kepemilikan negara
juga berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
Penelitian ini menghasilkan beberapa implikasi manajerial yang diharapkan
bermanfaat bagi stakeholder terkait. Hasil perhitungan debt ratio yang merupakan
proxy struktur modal pada masing-masing sektor industri yang didasarkan atas
jumlah utang jangka panjang maupun jangka pendek yang memiliki beban bunga
berbeda dengan perhitungan debt to equity ratio yang pada umumnya digunakan
sebagai proxy dari struktur modal. Hal ini memiliki implikasi penting bagi
investor karena akan diperoleh pengelompokan struktur modal sektor industri
yang berbeda dari pengelompokan sebelumnya, sehingga analisis risiko financial
distress pada sektor industri akan berbeda pula.
Pihak perbankan dan lembaga keuangan lainnya akan mendapatkan hasil
analisis struktur modal antar sektor industri yang berbeda dari struktur modal
berdasarkan proxy debt to equity ratio yang pada umumnya disajikan sebagai
informasi rasio keuangan dalam laporan keuangan perusahaan. Hal ini akan
memberikan implikasi perubahan terhadap kebijakan pemberian kredit perbankan
pada sektor industri tertentu yang masih berdasarkan proxy debt equity ratio.
Pihak pengawas pasar modal (OJK) dan manajemen BEI dapat
menggunakan hasil analisis struktur modal tingkat industri untuk memantau
perkembangan kesehatan keuangan perusahaan dalam sektor industri tertentu.
OJK dan BEI dapat memasukkan hasil analisis dalam sistem pencegahan dini
(early warning system) untuk mendeteksi perusahaan yang memiliki potensi tidak
dapat melunasi pembayaran bunga dan angsuran utang (default). Hasil
perhitungan debt ratio sebagai proxy struktur modal akan memiliki implikasi
perubahan status risiko default perusahaan-perusahaan dalam masing-masing
sektor industri yang telah disusun sebelumnya.
Manajer perusahaan dapat mengoptimalkan manfaat pajak yang diperoleh
perusahaan dari penggunaan utang, dengan tetap memperhatikan biaya
kebangkrutan yang timbul dari penggunaan utang yang berlebihan. Oleh karena
itu, sangat penting bagi manajer perusahaan untuk dapat mengestimasi target
struktur modal perusahaan dan menjadikannya sebagai pedoman dalam
memformulasikan kebijakan pembiayaan perusahaan.
Collections
- DT - Business [332]