Analisis Ekonomi Dan Kebijakan Bisnis Pemanfaatan Gas Bumi Di Indonesia
View/Open
Date
2014Author
Azis, Gusti
Siregar, Hermanto
Legowo, Evita H.
Adler H.Manurung
Metadata
Show full item recordAbstract
Pada tahun 2010 Pemerintah merealokasi tujuan pemanfaatan gas bumi
Indonesia, dari untuk memenuhi kebutuhan perolehan devisa menjadi untuk
memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri guna mendorong pertumbuhan
produksi nasional dan menciptakan efek pengganda yang lebih besar pada
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 03 Tahun 2010 tentang Alokasi dan
Pemanfaatan Gas Bumi Untuk Kebutuhan Dalam Negeri. Kondisi ini menciptakan
situasi yang dilematis bagi Pemerintah karena keberhasilan realokasi gas bumi
belum teruji namun akan terjadi pengurangan devisa. Oleh sebab itu tujuan
penelitian ini untuk (1) menganalisis perkembangan dan dinamika industri gas
bumi di Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor ekonomi yang berpengaruh
terhadap penawaran, dan permintaan gas bumi Indonesia, (3) menganalisis
dampak dari kebijakan ekonomi dan faktor-faktor ekonomi lainnya terhadap
pemanfaatan gas bumi Indonesia dan (4) merumuskan kebijakan bisnis
pemanfaatan gas bumi Indonesia untuk menjamin ketersediaan energi untuk masa
mendatang.
Dalam rangka menjawab tujuan penelitian maka digunakan (1) analisis
deskriptif untuk menjawab tujuan pertama dengan hasil berupa gambaran umum
kodisi perkembangan dan dinamika pasar gas bumi Indonesia dan rencana
pemanfaatan gas bumi ke depan serta kendala-kendala peraturan dan regulasi
pemerintah daerah yang dirasakan sekarang (2) pendekatan ekonometrika dalam
bentuk persamaan simultan untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan ketiga.
Pendekatan ekonometrika menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS)
dengan data runtun waktu tahun 2000-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor utama yang mempengaruhi perilaku produksi gas bumi adalah harga gas
bumi Indonesia dan harga gas bumi dunia. Respon ekspor gas bumi Indonesia
terhadap produksi gas bumi yang elastis dalam jangka panjang menunjukkan
potensi pengembangan sumber daya gas bumi dalam mendorong ekspor gas bumi
Indonesia. Di sisi lain faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gas bumi
oleh PLN dan industri pupuk urea berbeda-beda. Namun demikian subsidi
menjadi kebijakan yang berpengaruh nyata dalam meningkatkan permintaan gas
bumi oleh kedua industri tersebut. Berdasarkan hasil simulasi maka kebijakan
realokasi gas bumi Indonesia mampu meningkatkan permintaan gas bumi
domestik dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dibandingkan
kebijakan lainnya, namun demikian kondisi ini menjadi disinsentif bagi
pengembangan produksi gas bumi Indonesia.
Metode analisis lainnya yang digunakan untuk menjawab tujuan keempat
adalah Analytic Network Process (ANP). Hasil sintesis menunjukan bahwa
sasaran utama kebijakan pemanfaatan gas bumi di Indonesia gas bumi menurut
para responden bertujuan untuk meningkatkan diversifikasi dan konservasi energi
yang ada, meningkatkan ketahanan energi dan ketahanan pangan serta untuk
memberikan efek pengganda bagi industri nasional. Saat ini kebutuhan energi
untuk transportasi dan pembangkit listrik di Indonesia masih sangat bergantung kepada bahan bakar minyak sehingga dibutuhkan subsidi sangat besar dari
pemerintah setiap tahunnya. Peningkatan pemanfaatan gas bumi untuk
transportasi membutuhkan ketersediaan infrastruktur dan jaminan kehandalan
pasokan gas bumi. Hasil sintesis kebijakan bisnis diketahui prioritas utama dari
solusi-solusi yang akan dijalankan. Solusi pertama yang harus dijalankan adalah
penguatan implementasi kebijakan energi nasional, penetapan indeks harga gas
bumi domestik dan kebijakan pemberian subsidi gas, selanjutnya penguatan,
pengawasan, penindakan, komitmen dan koordinasi, mengimplementasikan
kebijakan pemberian insentif untuk pengembangan infrastruktur serta kepastian
blueprint pengembangan infrastruktur. Perumusan kebijakan bisnis gas bumi
berdasarkan solusi-solusi hasil ANP ialah (1) penguatan dan penyempurnaan
regulasi pemanfaatan gas bumi; (2) mendorong pengembangan inovasi teknologi
dan hak paten; (3) pemberian subsidi pada industri yang memberikan efek
pengganda tinggi; (4) meningkatkan good governance dan kinerja kelembagaan
pengelola; (5) pemberian insentif kepada produsen gas dan pengembang
infrastruktur.
Implikasi bisnis pada aspek hulu migas diperlukan insentif fiskal yang lebih
menarik, penataan lahan tumpang tindih, minimalisasi restribusi dan ijin lokal,
dan perlu dibuat sistim monitor neraca gas bumi nasional. Implikasi bisnis
terhadap aspek hilir bisnis gas bumi diperlukan pengembangan sistem stok dan
jaminan pasok gas bumi serta pengembangan infrastruktur. Selain itu perlu
pengembangan pasar ritel dan grosir yang akan menyerap realokasi gas bumi,
pembentukan indeks harga gas untuk keperluan komersial, rumah tangga dan
transportasi. Penyederhanaan tata niaga gas bumi, renegosiasi kontrak ekspor gas
bumi dan pemanfaatan infrastruktur eksisting untuk dijadikan sistem penyangga
energi nasional. Terkait implikasi terhadap aspek hulu dan hilir, memerlukan
perbaikan atau pembuatan regulasi yang mendukung yaitu, Pemerintah perlu
membangun infrastruktur dengan pola Private Public Partnership (PPP), perlu
melakukan sosialisasi kebijakan energi nasional, diperlukan badan layanan umum
untuk jalur pipa (ROW) gas bumi, pengembangan kota gas yang lebih masif dan
terencana, melakukan deregulasi terhadap peran, hak dan tanggung jawab
lembaga pengendalian dan pengawasan bisnis gas bumi serta penyempurnaan dan
penguatan peraturan dan perundangan yang ada.
Penggunaan gas bumi menjadi alternatif energi yang dapat diandalkan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga realokasi gas bumi
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri dan dapat
menjadikan Indonesia negara kelas menengah yang maju.
Collections
- DT - Business [332]