Analisis Daya Saing Dan Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong Di Provinsi Sulawesi Selatan
View/Open
Date
2013Author
Achmad, Machmud
Hartoyo, Sri
Arifin, Bustanul
Didu, Muhammad Said
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemerintah telah menetapkan daging sapi sebagai salah satu komoditas yang
diharapkan mampu mencapai swasembada untuk mendukung ketahanan pangan
nasional. Namun pada saat ini produksi daging sapi dalam negeri baru mampu
memenuhi sekitar 33,90% dari kebutuhan nasional (BPS 2008). Kekurangan
kebutuhan tersebut masih harus dipenuhi melalui impor daging segar maupun sapi
hidup. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya daerah-daerah sentra
lumbung ternak di Indonesia. Provinsi Sulawesi Selatan pernah meraih predikat
sebagai lumbung ternak sapi dengan kemampuan memasok kebutuhan pengadaan
ternak sapi bibit atau sapi potong untuk daerah/provinsi lain. Akan tetapi, dewasa
ini Provinsi Sulawesi Selatan kurang mampu lagi memenuhi permintaan tersebut.
Meskipun pengembangan usaha peternakan sapi potong di Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki daya saing yang baik, namun usaha peternakan sapi potong di
Provinsi Sulawesi Selatan sangat rentan tergeser oleh kegiatan usaha lain yang
memberi keuntungan lebih besar.
Berdasarkan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu (1) mengetahui
sejauh mana tingkat daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) usaha
pengembangan peternakan sapi potong di Sulawesi Selatan, (2) mengetahui
dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing usaha pengembangan
peternakan di Provinsi Sulawesi Selatan, (3) mengetahui dampak penerapan tarif
bea masuk sapi potong, dan merancang strategi kebijakan pengembangan
peternakan sapi potong di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mencapai tujuan
penelitian ini digunakan analisis Policy Analysis Matrix (PAM) dan Matriks IE
(Internal-External).
Kondisi usaha peternakan sapi potong di Provinsi Sulawesi Selatan pada
saat ini belum berkembang seperti yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan oleh
kepemilikan lahan peternakan yang tidak begitu luas, jumlah sapi yang dimiliki
sedikit, tingkat pendidikan peternak yang relatif rendah disamping itu juga usaha
peternakan belum dapat menjadi sumber pendapatan utama karena mayoritas
peternak masih mencari pendapatan dari sumber lain seperti dari tanaman pangan
dan perkebunan. Kondisi sosial seperti pengalaman beternak, kemampuan
manajerial, motivasi dan kemampuan berkomunikasi terlihat masih kurang
memadai, sehingga diperlukan peran pemerintah yang lebih intensif berupa
program-program yang dapat meningkatkan skala kepemilikan baik ternak
maupun lahan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil :
(1) pengembangan usaha ternak sapi potong di Provinsi Sulawesi Selatan
memiliki daya saing yang baik, sehingga pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
tidak perlu melakukan impor sapi potong, walaupun demikian usaha peternakan ini
masih sangat rentan dan dapat tergeser dan memberikan keuntungan lebih besar
(usahatani tanaman pangan dan perkebunan), (2) kebijakan pemerintah (input dan
output) pada usaha sapi potong di Provinsi Sulawesi Selatan hanya memberikan insentif yang relatif kecil bagi peternak karena kebijakan yang terjadi pada pasar
input melalui liberalisasi harga yang berdampak pada harga yang harus dibayar
peternak, yakni lebih tinggi dari harga sosialnya, (3) berdasarkan indikator nilai
PCR dan DRC menunjukkan bahwa tidak dibutuhkan adanya proteksi tarif bea
masuk, namun yang diperlukan adalah peningkatan daya saing usaha ternak agar
bisa bersaing dengan usaha lain yang lebih menguntungkan dan (4) strategi yang
dapat diterapkan adalah kebijakan intensif yang lebih berkonsentrasi pada
peningkatan jumlah bakalan dan penyediaan pakan, serta kebijakan integrasi
ternak (sapi potong) dan tanaman pangan (padi dan jagung).
Collections
- DT - Business [332]