Show simple item record

dc.contributor.advisorNuryartono, Nunung
dc.contributor.advisorManurung, Adler H.
dc.contributor.advisorHakim, Dedi Budiman
dc.contributor.authorIspriyahadi, Heri
dc.date.accessioned2024-11-07T06:19:32Z
dc.date.available2024-11-07T06:19:32Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159270
dc.description.abstractSebagaimana yang dilakukan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia masih mengandalkan Utang Luar Negeri (ULN) sebagai sumber dana pembangunan. Hal ini terjadi karena keterbatasan sumber dana domestik. ULN telah menjadi bagian dalam sejarah Indonesia saat pemerintahan Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi saat ini. Dalam perkembangannya, ULN yang pada awalnya dimaksudkan sebagai sumber dana pelengkap, namun dalam perkembangannya ULN justru menjadi sumber dana utama untuk menutup defisit fiskal dan membiayai pembangunan. Penanganan ULN harus dilakukan secara berhati-hati. ULN yang berada dalam jumlah wajar dan penggunaannya pada sektor-sektor yang produktif akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun sebaliknya ULN yang berlebihan dengan penggunaan yang tidak optimal justru akan menjadi hambatan dalam proses pembangunan ekonomi. Hal ini terbukti dari pengalaman krisis yang terjadi pada sejumlah negara seperti Argentina, Rusia, Korea Selatan dan Brasil karena pengelolaan ULN yang tidak baik. Indonesia juga pernah mengalami krisis ekonomi yaitu pada tahun 1997/1998 yang salah satu kontribusi besar adalah penanganan ULN baik pemerintah maupun swasta yang tidak berhati-hati (prudential borrowing). Pada saat krisis, nilai tukar Rupiah merosot tajam dari Rp2.500 pada tahun 1997 menjadi Rp16.000 pada 1998 menyebabkan jumlah ULN mengalami peningkatan berkali lipat. Akibatnya banyak perusahaan yang tidak mampu membayar kembali ULN nya. Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah harus melakukan berbagai langkah penyelamatan untuk mengatasi kesulitan pembayaran ULN tersebut. Saat ini ULN baik pemerintah dan swasta terus menunjukkan perkembangan yang meningkat. Bahkan jumlahnya sudah melewati ULN saat krisis tahun 1997/1998. Atas dasar kenyataan tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh ULN dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini untuk mendapat hasil empiris apakah ULN Indonesia saat ini bepengaruh positif atau negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian dilakukan dengan memisahkan ULN ke dalam ULN pemerintah dan ULN swasta untuk diuji pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Menyadari bahwa investasi pada human capital merupakan modal signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, maka penelitian ini akan menguji pengaruh ULN pemerintah dan pemenuhan kebutuhan dasar terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan dasar menjadi faktor penting untuk meningkatkan produktifitas yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan dasar merujuk pada pada penelitian Wheeler (1980) yaitu pendidikan, kesehatan dan nutrisi. Dengan menggunakan 3SLS (Three Stages Least Squares) estimation method diperoleh hasil bahwa ULN pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar kecuali variabel pendidikan berpengaruh signifikan positif pada pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas modal manusia mempunyai peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang telah terpenuhi kebutuhan dasar akan meningkatkan produktifitasnya sehingga mampu memberikan kontribusi positif kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya saat ekonomi tumbuh tinggi tidak menjamin akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar. Alasan yang mendasari adalah apabila pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh kalangan terbatas artinya tidak terjadi pemerataan pembangunan ekonomi maka ekonomi yang tumbuh tinggi tidak akan mendorong pemenuhan kebutuhan dasar. Pengujian pada model ULN pemerintah memberikan hasil koefisien variabel ULN pemerintah tercatat sebesar -0,285 dengan p-value sebesar 0,001 (signifikan pada taraf nyata 1%). Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini ULN pemerintah sudah melewati titik kritis dari pola debt lafter curve. Tambahan kenaikan ULN pemerintah 1% akan menurunkan pertumbuhan ekonomi 0,285%. Sehubungan dengan tersebut pemerintah perlu mewaspadai hal ini dan lebih meningkatkan kualitas dari pengelolaan ULN nya. Hasil regresi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) untuk menguji pengaruh ULN swasta terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan hasil koefisien variabel ULN swasta tercatat sebesar -0,089 dengan p-values sebesar 0,0017 (signifikan pada taraf nyata sebesar 1%). Hasil ini menunjukkan bahwa ULN swasta saat ini juga diindikasikan sudah melewati titik kritis pada pola the debt lafter curve. Tambahan kenaikan ULN swasta 1% berpotensi akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,089%. Hal ini perlu diwaspadai karena dalam lima tahun terakhir ULN swasta mengalami peningkatan yang signifikan. Kondisi makro ekonomi yang baik, politik yang stabil dan sovereign rating dengan predikat investment grade menjadi faktor penarik kreditur dan investor luar negeri untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dengan menggunakan metode Analytical Network Process (ANP) untuk meneliti strategi pengelolaan ULN pemerintah, diperoleh hasil bahwa strategi pengalihan utang luar negeri ke dalam utang domestik merupakan strategi yang mendapatkan prirotitas utama. Penelitian dilakukan dengan wawancara secara mendalam (in dept interview) pada 17 pakar ULN yang berasal dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Bappenas dan Pengamat ekonomi. Untuk melakukan wawancara dipandu dengan kuestioner pairwised comparisons yang sudah dipersiapkan. Setelah mempertimbangkan BOCR (Benefit, Opportunity, Cost and Risk), diperoleh hasil bahwa overall outcome strategi pengalihan utang luar negeri ke utang domestik sebesar 0,076, jauh lebih tinggi dibandingkan strategi optimum mata uang dan komposisi jenis ULN pemerintah yang tercatat sebesar 0,005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor biaya menjadi prioritas utama sebagai kriteria dalam pemilihan strategi ULN pemerintah. Berikutnya adalah resiko, term & conditions dan politik. Pengalihan ULN ke utang domestik diharapkan akan mendorong perkembangan pasar domestik dan menurunkan resiko nilai tukar.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Keuanganid
dc.titleStrategi Pengelolaan Utang Luar Negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesiaid
dc.subject.keywordManajemen Keuanganid
dc.subject.keywordUtang Luar Negeri Pemerintahid
dc.subject.keywordUtang Luar Negeri Swastaid
dc.subject.keywordKebutuhan Dasarid
dc.subject.keyword3 Sls (Three Stage Least Square)id
dc.subject.keywordAnalytical Network Process (Anp)id
dc.subject.keywordUji Asumsi Klasikid
dc.subject.keywordUji Normalitasid
dc.subject.keywordUji Statistik Analisis Regresiid
dc.subject.keywordKoefisien Determinasi (R2)id
dc.subject.keywordgovernment’s external debtid
dc.subject.keywordprivate’s external debid
dc.subject.keywordbasic needsid
dc.subject.keyword3SLS (Three Stages Least Squares)id
dc.subject.keywordAnalytical Network Processid
dc.subject.keywordUtang luar negeri pemerintahid
dc.subject.keywordutang luar negeri swastaid
dc.subject.keywordkebutuhan dasarid
dc.subject.keyword3SLS (Three Stage Least Square)id
dc.subject.keywordAnalytical Network Process.id


Files in this item

No Thumbnail [100%x80]

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record