dc.description.abstract | Sebagaimana yang dilakukan negara-negara berkembang lainnya,
Indonesia masih mengandalkan Utang Luar Negeri (ULN) sebagai sumber dana
pembangunan. Hal ini terjadi karena keterbatasan sumber dana domestik. ULN
telah menjadi bagian dalam sejarah Indonesia saat pemerintahan Orde Lama, Orde
Baru dan Orde Reformasi saat ini. Dalam perkembangannya, ULN yang pada
awalnya dimaksudkan sebagai sumber dana pelengkap, namun dalam
perkembangannya ULN justru menjadi sumber dana utama untuk menutup defisit
fiskal dan membiayai pembangunan.
Penanganan ULN harus dilakukan secara berhati-hati. ULN yang berada
dalam jumlah wajar dan penggunaannya pada sektor-sektor yang produktif akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun sebaliknya ULN yang berlebihan
dengan penggunaan yang tidak optimal justru akan menjadi hambatan dalam
proses pembangunan ekonomi. Hal ini terbukti dari pengalaman krisis yang terjadi
pada sejumlah negara seperti Argentina, Rusia, Korea Selatan dan Brasil karena
pengelolaan ULN yang tidak baik. Indonesia juga pernah mengalami krisis
ekonomi yaitu pada tahun 1997/1998 yang salah satu kontribusi besar adalah
penanganan ULN baik pemerintah maupun swasta yang tidak berhati-hati
(prudential borrowing). Pada saat krisis, nilai tukar Rupiah merosot tajam dari
Rp2.500 pada tahun 1997 menjadi Rp16.000 pada 1998 menyebabkan jumlah
ULN mengalami peningkatan berkali lipat. Akibatnya banyak perusahaan yang
tidak mampu membayar kembali ULN nya. Sehubungan dengan hal tersebut
Pemerintah harus melakukan berbagai langkah penyelamatan untuk mengatasi
kesulitan pembayaran ULN tersebut.
Saat ini ULN baik pemerintah dan swasta terus menunjukkan
perkembangan yang meningkat. Bahkan jumlahnya sudah melewati ULN saat
krisis tahun 1997/1998. Atas dasar kenyataan tersebut, perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh ULN dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini untuk mendapat
hasil empiris apakah ULN Indonesia saat ini bepengaruh positif atau negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian dilakukan dengan memisahkan
ULN ke dalam ULN pemerintah dan ULN swasta untuk diuji pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ekonomi. Menyadari bahwa investasi pada human capital
merupakan modal signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, maka
penelitian ini akan menguji pengaruh ULN pemerintah dan pemenuhan kebutuhan
dasar terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan dasar menjadi
faktor penting untuk meningkatkan produktifitas yang pada gilirannya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan dasar merujuk pada pada
penelitian Wheeler (1980) yaitu pendidikan, kesehatan dan nutrisi.
Dengan menggunakan 3SLS (Three Stages Least Squares) estimation
method diperoleh hasil bahwa ULN pemerintah berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar kecuali variabel
pendidikan berpengaruh signifikan positif pada pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas modal manusia
mempunyai peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penduduk yang telah terpenuhi kebutuhan dasar akan meningkatkan
produktifitasnya sehingga mampu memberikan kontribusi positif kepada
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya saat ekonomi tumbuh tinggi tidak
menjamin akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar. Alasan yang
mendasari adalah apabila pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh kalangan
terbatas artinya tidak terjadi pemerataan pembangunan ekonomi maka ekonomi
yang tumbuh tinggi tidak akan mendorong pemenuhan kebutuhan dasar.
Pengujian pada model ULN pemerintah memberikan hasil koefisien
variabel ULN pemerintah tercatat sebesar -0,285 dengan p-value sebesar 0,001
(signifikan pada taraf nyata 1%). Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini ULN
pemerintah sudah melewati titik kritis dari pola debt lafter curve. Tambahan
kenaikan ULN pemerintah 1% akan menurunkan pertumbuhan ekonomi 0,285%.
Sehubungan dengan tersebut pemerintah perlu mewaspadai hal ini dan lebih
meningkatkan kualitas dari pengelolaan ULN nya.
Hasil regresi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) untuk
menguji pengaruh ULN swasta terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan hasil
koefisien variabel ULN swasta tercatat sebesar -0,089 dengan p-values sebesar
0,0017 (signifikan pada taraf nyata sebesar 1%). Hasil ini menunjukkan bahwa
ULN swasta saat ini juga diindikasikan sudah melewati titik kritis pada pola the
debt lafter curve. Tambahan kenaikan ULN swasta 1% berpotensi akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,089%. Hal ini perlu diwaspadai
karena dalam lima tahun terakhir ULN swasta mengalami peningkatan yang
signifikan. Kondisi makro ekonomi yang baik, politik yang stabil dan sovereign
rating dengan predikat investment grade menjadi faktor penarik kreditur dan
investor luar negeri untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan
di Indonesia.
Dengan menggunakan metode Analytical Network Process (ANP) untuk
meneliti strategi pengelolaan ULN pemerintah, diperoleh hasil bahwa strategi
pengalihan utang luar negeri ke dalam utang domestik merupakan strategi yang
mendapatkan prirotitas utama. Penelitian dilakukan dengan wawancara secara
mendalam (in dept interview) pada 17 pakar ULN yang berasal dari Kementerian
Keuangan, Bank Indonesia, Bappenas dan Pengamat ekonomi. Untuk melakukan
wawancara dipandu dengan kuestioner pairwised comparisons yang sudah
dipersiapkan. Setelah mempertimbangkan BOCR (Benefit, Opportunity, Cost and
Risk), diperoleh hasil bahwa overall outcome strategi pengalihan utang luar negeri
ke utang domestik sebesar 0,076, jauh lebih tinggi dibandingkan strategi optimum
mata uang dan komposisi jenis ULN pemerintah yang tercatat sebesar 0,005. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor biaya menjadi prioritas utama sebagai
kriteria dalam pemilihan strategi ULN pemerintah. Berikutnya adalah resiko, term
& conditions dan politik. Pengalihan ULN ke utang domestik diharapkan akan
mendorong perkembangan pasar domestik dan menurunkan resiko nilai tukar. | |