Respon Superovulasi Sapi Friesian Holstein dan Peranakan Ongole terhadap Penyuntikan Follicle Stimulating Hormone secara Intramuskular
Abstract
Ketersediaan bibit unggul sapi di Indonesia masih tergolong rendah, namun untuk meningkatkannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Perlu dilakukan suatu metode bioteknologi reproduksi untuk memangkas waktu tersebut, salah satunya dapat menggunakan metode transfer embrio. Superovulasi merupakan bagian dari rangkaian proses transfer embrio, di mana merupakan proses menumbuhkan, mengembangkan, dan mematangkan folikel menggunakan hormon FSH dan untuk meningkatkan jumlah ovulasi dalam siklus estrus yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon superovulasi pada sapi Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Ongole (PO) yang dilihat dari jumlah corpus luteum (CL), embrio terkoleksi, embrio layak transfer (ELT), embrio tidak layak transfer (ETLT), dan proporsi dari ELT dan ETLT, masing-masing dikelompokkan berdasarkan umur. hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nyata (P<0,05) pada jumlah CL, embrio terkoleksi, dan ETLT, sedangkan pada ELT terdapat perbedaan tidak nyata (P>0,05). Respon superovulasi yang dibandingkan berdasarkan kelompok umur memiliki perbedaan tidak nyata (P>0,05) pada jumlah CL, embrio terkoleksi, ELT, dan ETLT. Proporsi ELT sapi FH menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada sapi PO, yang dapat menjelaskan tingginya jumlah CL dan embrio terkoleksi sapi PO belum tentu menghasilkan proporsi ELT yang tinggi pula. The availability of superior cattle breeds in Indonesia is still low, but increasing it will take quite a long time. It is necessary to implement a reproductive biotechnology method to reduce time concisely, one of which can be using the embryo transfer method. Superovulation is the initial part of a series of embryo transfer processes, which is a method for growing, developing and maturing follicles using the FSH hormone and increasing the number of ovulation in the same estrus cycle. This study aims to determine the superovulation response in Friesian Holstein (FH) and Ongole Grade (OG) cows as seen from the number of corpus luteum (CL), embryos collected, transferable embryos, non-transferable embryos, and the proportion of transferable and non-transferable embryos, each grouped by age. The results showed that there were differences (P<0.05) in the number of CL, collected embryos, and non-transferable embryos, while in transferable embryos there were no differences (P>0.05). The superovulation response compared at certain ages showed no differences (P>0.05) in CL, collected embryos, transferable embryos, and non-transferable embryos. The transferable embryos proportion of FH cows is higher than OG cows, which can be concluded that the high number of CL and embryos collected from OG cows do not necessarily have a high proportion of transferable embryos.
Collections
- MT - Animal Science [1226]