Kajian Struktur Anatomi dan Zat Ekstraktif sebagai Penciri Beberapa Jenis Kayu Mangrove
Date
2024Author
Andianto
Wahyudi, Imam
Pari, Gustan
Sari, Rita Kartika
Metadata
Show full item recordAbstract
Beberapa jenis kayu dalam genus yang berbeda terkadang memiliki
tampilan fisik yang serupa meskipun secara anatomis berbeda. Tujuan penelitian
adalah mengkaji struktur anatomi, kandungan zat ekstraktif, serta potensi
penggunaan beberapa pelarut (reagen) sebagai pemilah antar jenis kayu mangrove.
Lima belas batang pohon mangrove dewasa (10?25 tahun) digunakan sebagai
bahan penelitian. Analisis struktur anatomi dilakukan secara makroskopis dan
mikroskopis. Kandungan zat ekstraktif kayu dianalisa menggunakan Liquid
Chromatography-Mass Spectrometry (LCMS-MS), sedangkan uji kualitatif untuk
menemukan reagen/pelarut potensial pemilah antar jenis dilakukan berdasarkan
warna atau bercak yang timbul pada permukaan kayu ketika reagen diteteskan.
Hasil uji herbarium menunjukkan 15 pohon mangrove yang diperoleh
terdiri dari 6 famili, 7 genus dan 10 jenis (species). Dari 10 jenis kayu yang diteliti,
R. apiculata, B. gymnorhiza dan B. cylindrica memiliki tampilan fisik yang mirip.
Ketiganya berwarna coklat kemerahan yang dapat dengan mudah dibedakan dari 7
jenis yang lain. Secara anatomi, perbedaan diantara ketiganya terletak pada jumlah
palang bidang perforasinya. Pada bidang perforasi tipe tangga, kayu B. gymnorhiza
dan B. cylindrica memiliki lebih dari 10 palang, sedangkan pada kayu R. apiculata
kurang dari 10 palang. Hasil penelitian juga menunjukkan keberadaan kristal druse
di dalam sel jari-jari merupakan ciri khas kayu H. tiliaceus, sedangkan ciri khas
kayu A. marina dan A. alba adalah keberadaan kulit tersisip. Susunan pori yang
semi tata lingkar, noktah antar pembuluh selang-seling bersegi banyak dan jari-jari
1 seri merupakan ciri khas kayu S. caseolaris dan S. ovata. Keberadaan kristal druse
dalam sel parenkim, parenkim tipe aliform dan konfluent, serta saluran interselular
traumatis merupakan penciri kayu T. catappa, sedangkan ciri khas kayu E.
agallocha adalah parenkim pita sempit dan jari-jari 1 seri.
Kesulitan membedakan kayu B. gymnorhiza, B. cylindrica, dan R. apiculata
khususnya di lapangan karena kemiripan tampilan fisik dan ciri anatominya dapat
diatasi dengan uji fitokimia secara kualitatif (uji bercak warna) menggunakan
reagen (pereaksi kimia). Setelah ditetesi larutan ferric chloride 5%, bercak hitam
kebiruan akan timbul pada permukaan lintang kayu B. gymnorhiza dan B.
cylindrica, sedangkan pada kayu R. apiculata akan timbul bercak hitam kehijauan.
Hal ini terkait dengan perbedaan kandungan zat (senyawa) ekstraktif dominan
masing-masing jenis. Kayu R. apiculata mengandung senyawa golongan
triterpenoid dan flavonoid, sedangkan kayu B. gymnorhiza asal Cilacap
mengandung senyawa steroid, naftalena, terpenoid, dan benzopyran. Senyawa
alkaloid, kumarin, dan fatty amides terdapat pada kayu B. cylindrica asal
Indramayu, sedangkan senyawa kumarin dan alkil amina terdapat pada kayu B.
cylindrica asal Cilacap. Several wood species in the different genus occasionally have a similar
physical appearance even though they are anatomically different. The purpose of
this research was to study the anatomical structure, extractive substances and the
potential use of several reagents as sorter/separators between mangrove wood
species. Fifteen mangrove trees (10?25 years) were used as research material.
Analysis of anatomical structures is carried out macro- and microscopically. The
extractive substances are analyzed using LCMS-MS, while qualitative tests to find
potential reagents/solvents for separating wood species are carried out based on the
color or spots that appear on the surface of the wood when the reagent is dripped.
The herbarium results showed that the 15 sample mangrove trees obtained
consisted of 6 families, 7 genera and 10 species. Of the 10 wood species studied, R.
apiculata, B. gymnorhiza and B. cylindrica have a similar physical appearance. All
three are reddish brown in color which can be easily distinguished from the other 7
species. Anatomically, the difference among the three lies in the number of bars in
their perforation plate. In the scalariform perforation plate of B. gymnorhiza and B.
cylindrica there are more than 10 bars, whereas in R. apiculata there are less than
10 bars. The results also show that the presence of druse in the ray parenchyma is a
specific characteristic of H. tiliaceus, while the specific characteristic of A. marina
and A. alba is the presence of included phloem. The semi-ring porous arrangement
of pores, multi-faceted alternating intervessel pits and 1 series of ray parenchyma
are specific characteristic of S. caseolaris and S. ovata. The presence of druse in
parenchyma, aliform and confluent parenchyma, as well as traumatic intercellular
channals is a specific characteristic of T. catappa, while the specific characteristic
of E. agallocha is narrow band parenchyma and 1 series of ray parenchyma.
The difficulty of distinguishing B. gymnorhiza, B. cylindrica and R.
apiculata wood, especially in the field because of the similarity in physical
appearance and anatomical characteristics, can be overcome by color testing. After
dripping with a 5% ferric chloride solution, bluish black spots will appear on the
surface of B. gymnorhiza and B. cylindrica, whereas on R. apiculata wood, greenish
black spots will appear. This is related to differences in the dominant extractive
substance of each species. R. apiculata wood contains triterpenoid and flavonoid
compounds, while B. gymnorhiza from Cilacap contains steroid compounds,
naphthalene, terpenoids and benzopyran. Alkaloid compounds, coumarins and fatty
amides are found in B. cylindrica from Indramayu, while coumarin and alkyl amine
compounds are found in B. cylindrica from Cilacap.
Collections
- DT - Forestry [347]