Analisis Keragaman Pangan, Asupan Zat Gizi, Kolesterol, Serat Sebelum dan Saat Pandemi Covid-19 pada Subjek Dislipidemia dan Obesitas
Abstract
Dislipidemia adalah ketidakseimbangan minimal lebih dari satu kadar lipid
darah seperti kolesterol total, lipoprotein densitas rendah (k-LDL), trigliserida, dan
lipoprotein densitas tinggi (k-LDL). Laporan riskesdas terkait dislipidemia pada
penduduk berusia ?15 tahun didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan mereka
yang bertempat tinggal di perkotaan. Obesitas merupakan kondisi yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan energi dalam jangka waktu
panjang. Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan lemak dalam jaringan
adiposa dan mengakibatkan kelebihan berat badan. Prevalensi berat badan lebih
berdasarkan IMT masih tergolong tinggi yaitu 13,6%, obesitas 21,8% dan obesitas
sentral berada pada angka paling tinggi yaitu 31% pada tahun 2018.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, keragaman pangan berhubungan negatif
dengan kejadian dislipidemia dan obesitas. Diketahui bahwa faktor ekologi, sosial,
dan budaya mempengaruhi ketersediaan, pilihan, dan konsumsi pangan. Asupan zat
gizi makro yang berlebihan dalam waktu lama dapat menyebabkan kejadian
dislipidemia dan obesitas. Selain itu, kekurangan vitamin C dikaitkan dengan
perlemakan hati, hiperlipidemia hingga obesitas. Pada beberapa penelitian
sebelumnya juga menjelaskan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko defisiensi
zat besi. Disisi lain, kandungan kolesterol dalam makanan berkontribusi terhadap
peningkatan kadar kolesterol darah. Serat pangan diketahui dapat mengatur
mikrobiota usus serta meningkatkan kesehatan sehingga mempengaruhi kejadian
dislipidemia dan obesitas.
Pada bulan Maret 2020 covid-19 mulai masuk di Indonesia, selama pandemi
berlangsung terjadi krisis global yang merubah berbagai pola makan masyarakat.
Mulai dari cara mengonsumsi makanan, kebersihan makanan, hingga jenis pangan
yang dikonsumsi. Perubahan yang terlihat selama pandemi adalah peningkatan
konsumsi lauk nabati, serta penurunan konsumsi lauk hewani dan makanan segar.
Frekuensi berbelanja juga dilaporkan menurun yang diakibatkan oleh peraturan
lock down dan pembatasan sosial sehingga banyak masyarakat kehilangan
pekerjaan dan pendapatan saat pandemi. Dislipidemia dan obesitas adalah penyakit
komorbit dapat memperparah infeksi covid-19.
Penelitian ini merupakan bagian dari studi kohor faktor risiko penyakit tidak
menular yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Litbangkes). Penelitian yang digunakan adalah tahun 2019 dan 2021 di
5 kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah dan Kota Bogor. Populasi penelitian
adalah seluruh penduduk dewasa, dengan kriteria inklusi penduduk dewasa 30-45
tahun dan tidak memiliki cacat fisik dan kriteria eksklusi perempuan dalam keadaan
hamil, peserta yang loss follow up dan peserta dengan data tidak lengkap pada dua
titik pengambilan data. Jumlah sampel minimal yang dihitung menggunakan
aplikasi sample size pendekatan rumus uji hipotesis relative rate (RR) dan
Incidence Rate (IR) dan didapatkan besar sampel minimal 263 subjek sedangkan
total subjek yang diteliti adalah sebesar 342 subjek. Semua data yang didapatkan
kemudian diolah menggunakan program komputer Microsoft Excel dan dianalisis
menggunakan aplikasi IBM Statistical Program Social Science (SPSS) Statistic 25.
Analisis data yang dilakukan terdiri dari analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa sebaran subjek yang
mengalami dislipidemia dan obesitas sebagian besar adalah responden berusia 41-
45 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan tingkat pendidikan tamatan SLTA,
selain itu bekerja dirumah atau ART, dengan jumlah anggota keluarga kecil.
Responden yang lebih tua cenderung mengalami dislipidemia dan obesitas karena
kamampuan tubuh untuk proses metabolisme sudah berkurang sehingga rentan
mengalami penumpukan lemak dalam darah, selain itu jenis kelamin perempuan
lebih banyak mengalami dislipidemia dan obesitas karena kemungkinan adanya
pengaruh hormon yang berdampak pada metabolism lipoprotein, serta kondisi
menopause yang menyebabkan peningkatan berat badan dan perubahan distribusi
lemak.
Analisis univariat menilai faktor perilaku tahun 2019 dan 2021. Tidak terjadi
perubahan yang signifikan, dimana mayoritas responden memiliki tingkat aktivitas
fisik sangat aktif, bukan perokok dan tidak mengalami gangguan mental emosional
(stres). Kategori keragaman pangan dinilai pada tahun 2019 saja dengan tingkat
keragaman pangan baik (83%), sedang (16,1%) dan rendah (0,9%). Analisis regresi
linear dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keragaman
pangan, hasilnya yaitu jumlah anggota rumah tangga (p= 0,021) dan skor indeks
brinkman (p<0,001) memengaruhi keragaman pangan dengan arah perubahan
negatif. Sehingga, semakin meningkat jumlah anggota rumah tangga dan/atau skor
indeks brinkman maka semakin rendah skor keragaman pangan.
Uji beda dilakukan terhadap asupan zat gizi sebelum dan saat pandemi,
hasilnya didapatkan bahwa asupan vitamin C saat pandemi lebih rendah
dibandingkan sebelum pandemi (p<0,001). Hal ini disebabkan karena sumber
vitamin C biasanya didapatkan dari sayur dan buah sedangkan saat pandemi terjadi
penurunan asupan sayur dan buah, masyarakat takut mengonsumsi makanan segar
tanpa diolah sehingga juga memengaruhi asupan vitamin C. Selain itu juga
dilakukan uji beda kondisi dislipidemia dan obesitas. Hasilnya menjelaskan bahwa
k-HDL, trigliserida dan lingkar perut mengalami perubahan dengan arah perubahan
positif selama pandemi. Peningkatan ini disebabkan karena adanya kemungkinan
penurunan aktifitas fisik selama pandemi.
Analisis regresi logistik multinomial dilakukan, untuk melihat zat gizi yang
memengaruhi kejadian dislipidemia dan obesitas. Diketahui sebelum pandemi,
asupan karbohidrat rendah dapat mencegah kejadian dislipidemia dan obesitas
p=0,0014 (OR: 0,134 95% CI: 0,027-0,662) dan mencegah salah satu diantaranya
p=0,008 (OR: 0,112 95% CI: 0,022-0,557), masing-masing 86,6% dan 88,8%
dibanding mereka yang mengonsumsi karbohidrat normal. Selain itu, asupan zat
besi kurang dapat meningkatkan kejadian dislipidemia dan obesitas 4,8 kali
dibanding yang mengonsumsi zat besi cukup p=0,007 (OR: 4,855 95% CI: 1,533-
15,375). Saat kondisi pandemi diketahui asupan lemak kurang dapat meningkatkan
kejadian dislipidemia dan obesitas 1,74 kali dibanding mereka yang mengonsumsi
lemak normal p=0,043 (OR: 1,742 95% CI: 1,017-2,981).
Collections
- MT - Human Ecology [2399]
