Analisis Hubungan Antara Ukuran Populasi Orangutan Kalimantan (Pongo pymaeus) dengan Perubahan Tutupan Lahan di Kalimantan Tengah
Date
2024Author
Openg, Elisabeth Bewa Lodanarita
Santosa, Yanto
Jaya, I Nengah Surati
Metadata
Show full item recordAbstract
Perubahan tutupan lahan merupakan faktor pendorong utama terhadap perubahan habitat dan berperan penting terhadap distribusi spesies satwa liar termasuk orangutan Kalimantan. Keberadaan orangutan sangat tergantung dari kondisi habitat sebagai faktor pendukung kelangsungan hidupnya, karena berkaitan dengan ketersediaan pakan dan pohon sarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara ukuran populasi orangutan kalimantan dengan perubahan tutupan lahan pada sembilan lokasi tertentu yang berada di dalam kawasan konservasi di Kalimantan Tengah, diantaranya Suaka Margasatwa Lamandau, Taman Nasional Sebangau dan Taman Nasional Tanjung Puting. Hasil analisis mendapatkan delapan peubah bebas yaitu, hutan mangrove, hutan rawa sekunder, rawa, semak belukar, perkebunan, pertambangan, tanah atau lahan terbuka, dan tubuh air.
Hasil penelitian pada lokasi tertentu yang diamati menunjukkan bahwa populasi orangutan Kalimantan cenderung mengalami penurunan pada Suaka Margasatwa Lamandau dengan kenaikan terbesar pada tutupan lahan terbuka sekitar 12% per tahun (777 Ha/tahun). Taman Nasional Sebangau mengalami kenaikan populasi orangutan dengan kenaikan luasan terbesar pada tutupan lahan
semak belukar rawa sekitar 4% per tahun (777 Ha/tahun). Kecenderungan peningkatan populasi orangutan juga terjadi pada Taman Nasional Tanjung Puting dengan kenaikan tutupan lahan terbesar pada lahan terbuka sekitar 19% per tahun (3.321 Ha/tahun).
Ukuran populasi orangutan kalimantan memiliki hubungan dengan perubahan luas tutupan hutan rawa sekunder, semak belukar dan tanah terbuka. Variabel hutan rawa sekunder dan semak belukar memiliki koefisien regresi yang bernilai positif (+) sebesar 0,080 dan (+) 0,378. Sedangkan variabel tanah terbuka mempunyai nilai koefisien regresi negatif (-) 2,037. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ukuran populasi orangutan Kalimantan berbanding lurus dengan tutupan hutan rawa sekunder dan semak belukar, sebaliknya berbanding terbalik dengan tanah terbuka. Land cover change is the main driving factor for habitat change and plays an
important role in the distribution of wild animal species including the Kalimantan
orangutan. The existence of orangutans is very dependent on habitat conditions as
a supporting factor for their survival, because it is related to the availability of food
and nest trees. This research aims to identify the relationship between the size of
the Kalimantan orangutan population and changes in land cover at nine specific
sites within conservation areas in Central Kalimantan, including the Lamandau
Wildlife Reserve, Sebangau National Park and Tanjung Puting National Park. The
results of the analysis obtained eight independent variables, namely, mangrove
forests, secondary swamp forests, swamps, shrubs, agriculture, mining, open land
and water bodies.
The results of research at certain locations, show that the Kalimantan
orangutan population tends to decline in the Lamandau Wildlife Reserve, with the
largest increase in open land cover of around 12% per year (777 Ha/year). Sebangau
National Park experienced an increase in the orangutan population, with the largest
increase in swamp bushland cover of around 4% per year (777 Ha/year). The trend
of increasing orangutan population also occurs in Tanjung Puting National Park,
with the largest increase in land cover in open land of around 19% per year (3,321
Ha/year).
The size of the Kalimantan orangutan population is related to changes in
secondary swamp forest cover, shrubs and open land. The variables secondary
swamp forest and shrubs have regression coefficients that are positive (+) at 0,080
and (+) 0,378. Meanwhile, the open land variable has a negative (-) regression
coefficient of 2,037. Thus, it can be said that the size of the Kalimantan orangutan
population is directly proportional to the cover of secondary swamp forest and
shrubs, whereas it is inversely proportional to open land.
Collections
- MT - Forestry [1428]