Hubungan Struktur Komunitas Makrozoobentos dengan Kualitas Air di Perairan Muara Angke Teluk Jakarta
Abstract
Aktivitas manusia yang padat di Muara Angke sangat mempengaruhi kualitas
perairan menjadi tidak stabil. Makrozoobentos digunakan dalam penelitian ini
karena makrozoobentos peka terhadap kondisi perairan. Penelitian ini bertujuan
menganalisis hubungan antara struktur komunitas makrozoobentos dengan kualitas
air di Perairan Muara Angke pada musim kemarau dan musim hujan. Penelitian
dilakukan dari bulan Agustus 2023 hingga Januari 2024. Pengambilan sampel
makrozoobentos dilakukan menggunakan Ekman Grab dengan tiga kali ulangan.
Parameter kualitas air yang diuji meliputi suhu, kekeruhan, TSS, kedalaman, DO,
pH, dan salinitas. Metode analisis meliputi kepadatan makrozoobentos, indeks
ekologi, tipe substrat, indeks similaritas, dan analisis komponen utama. Komposisi
makrozoobentos mencakup tiga kelas dan 54 genus. Jenis yang paling banyak
ditemukan yaitu Dosinia sp. Kepadatan tertinggi tercatat di Stasiun 5 pada musim
kemarau dengan 600 ind/m², dan terendah di Stasiun 2 pada musim hujan dengan
27 ind/m². Indeks keanekaragaman berkisar dari rendah hingga tinggi, indeks
keseragaman dari sedang hingga tinggi, dan indeks dominansi dari rendah hingga
sedang. Kualitas air di Perairan Muara Angke menunjukkan beberapa parameter
melebihi batas baku mutu berdasarkan PPRI No. 22 Tahun 2021, namun
makrozoobentos masih dapat hidup. Seluruh stasiun memiliki tipe substrat liat. Human activity in Muara Angke destabilizes water quality. Macrozoobenthos,
sensitive to water conditions, were studied to analyze their relationship with water
quality during dry and rainy seasons from August 2023 to January 2024. Samples
were collected with an Ekman Grab, testing parameters like temperature, turbidity,
TSS, depth, DO, pH, and salinity. Analytical methods included density, diversity,
evenness, dominance indices, substrate type, similarity index, and principal
component analysis. The macrozoobenthos included three classes and 54 genera,
with Dosinia sp. being the most common. The highest density 600 ind/m² was at
Station 5 in the dry season, and the lowest 27 ind/m² at Station 2 in the rainy season.
Diversity and evenness indices varied from low to high, and dominance from low
to moderate. Despite exceeding several water quality standards, macrozoobenthos
survived, with all stations having clay substrates.